Pages

Kamis, 18 April 2019

Belajar dari kesalahan Saul


 
Betapa pentingnya urapan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Jika kita hanya berpegang pada firman Tuhan tanpa urapan Roh Kudus, mustahil kita bisa bertahan dalam pergumulan hidup. Sebab tidak ada kekuatan untuk melakukan firman sehingga akhirnya firman Tuhan hanya sekedar kita terima sebagai suatu pengetahuan saja. 

Demikian pula sebaliknya, ada urapan Roh Kudus (pembaptisan) tetapi tidak pernah menerima pelajaran [katekese], maka roh kita tidak diterangi oleh Roh Kudus sehingga firman yang kita dengar tidak tertanam di hati kita (KGK 1214-1216; Yak 1:21). 

Marilah kita belajar dari Saul (1 Sam 15): 

Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh Tuhan untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman Tuhan. 

Beginilah firman Tuhan semesta alam: (A) Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. (B1) Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." 

Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda. Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang menghadang di lembah. 

Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek. Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. 

Tetapi Saul dan rakyat itu (1) menyelamatkan Agag dan (2A) kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka. 

Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel, demikian: "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan (B2) Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada Tuhan semalam-malaman. 

Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal." 

Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan; (B3) aku telah melaksanakan firman Tuhan." Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?" 

Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas." 

Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan Tuhan kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah." Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel? 

Tuhan telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka. Mengapa engkau (B4) tidak mendengarkan suara Tuhan? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan?" 

Lalu kata Saul kepada Samuel: (B5) "Aku memang mendengarkan suara Tuhan dan mengikuti jalan yang telah disuruh Tuhan kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. (B6) Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu (2B) kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu, di Gilgal." 

Tetapi jawab Samuel: "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, (B7) mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, (B8) memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab (B9) pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan (B10) kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." 

Berkatalah Saul kepada Samuel: (C1) "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah Tuhan dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada Tuhan." 

Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman Tuhan; sebab itu Tuhan telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel." 

Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak. Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "Tuhan telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu. Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal." 

Tetapi kata Saul: (C2) "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada Tuhan, Allahmu." Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul. Dan Saul sujud menyembah kepada Tuhan. 

Lalu berkatalah Samuel: "Bawa ke mari Agag, raja Amalek itu." Dengan gembira Agag pergi kepadanya, sebab pikirnya: "Sesungguhnya, kepahitan maut telah lewat." Tetapi kata Samuel: "Seperti pedangmu membuat perempuan-perempuan kehilangan anak, demikianlah ibumu akan kehilangan anak di antara perempuan-perempuan." Sesudah itu Samuel mencincang Agag di hadapan Tuhan di Gilgal. 

Kemudian Samuel pergi ke Rama, tetapi Saul pergi ke rumahnya, di Gibea-Saul. Sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi Samuel berdukacita karena Saul. Dan Tuhan menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel. 

» (A) Di dalam Perjanjian Lama, Allah bekerja melalui satu bangsa pilihan Allah, yaitu bangsa Israel. Allah ingin menyatakan kepada bangsa-bangsa lain bahwa Allah orang Israel adalah Allah yang hidup dan berkuasa. 

(B1- B10) Sejak dahulu hingga sekarang, ketaatan adalah kunci untuk mendapatkan perkenan Allah. Bagi Tuhan: tidak melaksanakan firman-Nya/tidak mendengarkan suara-Nya, itu adalah melakukan apa yang jahat di mata-Nya (tidak beriman/tidak taat), sama dengan dosa bertenung dan menyembah berhala

(C1-2) Sifat dasar manusia: bersalah, tidak mau mengaku kesalahan dengan tulus tetapi berjuang menjaga harga dirinya dengan berdalih dan mencari kambing hitam. 

Ingatlah! Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa. Tanpa ketaatan, segala yang kita lakukan untuk Allah menjadi tidak berkenan di mata-Nya. 

Saul tahu apa yang Tuhan inginkan tetapi jiwanya dikuasai oleh keadaan. Ia ingin mendapatkan simpati dan kehormatan dari rakyatnya dengan tindakan ketidaktaatannya kepada Allah, sehingga ia tidak memuliakan Tuhan dengan perbuatannya tetapi ia mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri. 

(1) Sudah menjadi kebiasaan pada saat itu, ketika menang dalam peperangan melawan musuh raja dari pihak musuh tidak dibunuh tetapi dibawa berkeliling untuk dipertontonkan dan dipermalukan di hadapan rakyat banyak. Dengan melakukan hal ini, sang raja dari tuan rumah akan mendapat simpati dan penghormatan dari rakyatnya sendiri karena telah menangkap raja pihak musuh dan mengalahkan rakyatnya. 

(2AB) Sudah menjadi kebiasaan di Israel, ketika menang dalam peperangan melawan musuh, mereka mempersembahkan korban syukur kepada Allah karena Allah telah memimpin mereka. 

Tanpa ketaatan, seseorang tidak dapat menerima keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Allah. Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita juga harus “taat” kepada firman dan kehendak-Nya. Oleh karena itu, iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan dalam Kekristenan. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 168/IV/2019).