Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Selasa, 22 Januari 2019: Hari Biasa II - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ibr 6:10-20; Mzm 111:1-2, 4-5, 9, 10c; Mrk 2:23-28
1. Pengharapan - sauh bagi jiwa
Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak."
(*) Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.
Renungan:
Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut.
Ukuran jangkar jelas sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak. Dengan jangkar itu orang dapat bertahan dalam badai ketidakpastian hidup.
(*) Penantian panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham. Namun Abraham tahu kepada siapa ia meletakkan pengharapannya.
Menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada Pribadi yang memberikan janji itu.
Jadi, jangan pernah meninggalkan pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan adalah sauh bagi jiwa, yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai kehidupan.
Tuhan Yesus memberkati.