Pages

Selasa, 15 Januari 2019

Hidup kekal: mengenal Allah yang benar



Kerinduan akan Allah sudah terukir dalam hati manusia karena manusia diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Allah tidak henti-hentinya menarik dia kepada diri-Nya. Hanya dalam Allah manusia dapat menemukan kebenaran dan kebahagiaan yang dicarinya terus-menerus: 

"Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk memasuki persekutuan dengan Allah. Sudah sejak asal mulanya manusia diundang untuk berwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan oleh Allah dalam cinta kasih-Nya, dan lestari hidup berkat cinta kasih-Nya. Dan manusia tidak sepenuhnya hidup menurut kebenaran, bila ia tidak dengan sukarela mengakui cinta kasih itu, serta menyerahkan diri kepada Penciptanya" (GS 19,1) (KGK 27). 

Kita tidak dapat disatukan dengan Allah, kalau kita tidak secara sukarela memutuskan untuk mencintai Dia. Tetapi kita tidak dapat mencintai Allah, kalau melakukan dosa berat terhadap Dia, terhadap sesama kita, atau terhadap diri sendiri: "Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang memiliki hidup kekal di dalam dirinya" (1 Yoh 3:14-15). . 

Tuhan kita memperingatkan kita, bahwa kita dipisahkan dari-Nya, apabila kita mengabaikan perhatian kita kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak dari orang miskin dan kecil, yang adalah saudara dan saudari-Nya (Mat 25:31-46). 

Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelas-kasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini, dinamakan "neraka" (KGK 1033). 

Untuk memahami kehidupan kekal, kita harus memahami ada kondisi "kematian", yaitu: "kejadian kekal", konsekuensi kejatuhan manusia ke dalam dosa sejak manusia yang mula-mula, yaitu Adam. 

Melanggar Hukum Kekudusan Allah konsekuensinya adalah mati (Kej 2:16-17).

(1) Mati secara roh 

Panggilan manusia menjadi kudus seperti Allah (Mat 5:48; 1 Ptr 1:15-16; Im 11:44-45). Tanpa kekudusan, orang tidak dapat memandang Allah (Ibr 12:14). Segala yang tidak bersih tidak diperkenankan masuk surga (Why 21:27). 

Ada jurang yang memisahkan antara Allah yang Mahakudus dengan manusia yang telah berdosa (Tuhan memanggil, takut dan bersembunyi - Kej 3:8-10). Akibatnya, manusia tidak dapat bergaul dengan Allah secara langsung sebagaimana sebelumnya. 

(2) Mati secara moral 

Pada waktu kita masih belum/tidak mengenal Allah, tanpa berpikir kita ditarik kepada berhala-berhala yang bisu (1 Kor 12:2), memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah (Gal 4:8), ada roh perzinahan (Hos 5:4); mengikuti jalan dunia ini, hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging (Ef 2:2-3; Perbuatan daging yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5:19; Kol 3:5). 

Tidak mau mengenal Allah, dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya (2 Tes 1:8-9). 

Kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum (2 Ptr 3:17), melupakan pengajaran Allah (Hos 4:6), tidak mengenal kebenaran Allah, berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri (Rm 10:3), hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak lagi mempedulikan Allah atau orang lain (Mat 25:41-43). 

Semua orang dapat mengatakan bahwa ia telah mengenal Tuhan, namun mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya (Rm 1:21), hal itu tidak menjamin bahwa mereka dikenal oleh Tuhan (Mat 7:23), pikiran mereka sia-sia dan jahat, hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Ef 4:17; 2:3). 

(3) Tunduk pada hukum kematian (Kej 3:19) 

Manusia pertama diciptakan dengan kemampuan untuk hidup selama-lamanya. Konsekuensi yang diberikan semua manusia keturunan Adam sejak manusia itu jatuh ke dalam dosa adalah mati secara fisik (Ibr 9:27; 1 Kor. 15:21), kecuali Henokh dan Elia (Kej 5:24; 2 Raj 2:11). 

(4) Kematian kekal (KGK 1033 - Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelas-kasihan, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya (neraka = kematian kedua – Why 21:8; Mat 9:43). 

Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil (1 Kor 1:21). 

Sejak dahulu manusia selalu mendambakan hidup kekal. Kendati segala upaya telah dicoba, manusia belum berhasil mencapai. Namun, orang Kristen telah memiliki apa yang sudah lama didambakan oleh dunia

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yoh 17:3); persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus (1 Yoh 1:2-3). 

Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15). Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis 4:12). 

Kata Yesus: Aku dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30). Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14: 6). 

Firman Tuhan mengatakan bahwa kehidupan kekal bukanlah hanya sebuah warisan masa depan, ketika kita mati dan masuk ke dalam Surga (Ayb. 19:26 - aku akan melihat Allah; Yoh. 5:28-29 - berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal), melainkan juga sesuatu yang kita miliki saat ini, dimulai ketika kita sungguh-sungguh mengenal Allah (Yoh 6:47-51). 

Bagaimana kita dibenarkan dan dapat menerima secara langsung hidup kekal? 

Berkat Sakramen Baptis, kita sanggup hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus (KGK 1266). 

Berkat Sakramen Krisma, kita berani mewartakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah (Kis 2:11), meninggalkan manusia lama yang kekanak-kanakan, membuat sanggupmenerima makanan keras (1 Kor 3:2; Ibr 5:12), serta menjadigaram dan terang dunia’ (Mat 5:13-16) (KGK 1302-1303). 

Buah utama dari penerimaan Ekaristi di dalam komuni ialah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus (KGK 1391; Yoh 6:56-57). Berkat Sakramen Ekaristi, Kristus menghidupkan cinta kita dan memberi kita kekuatan, supaya memutuskan hubungan dengan kecenderungan yang tidak teratur kepada makhluk-makhluk dan membuat kita berakar di dalam Dia (KGK 1394). 

Semakin kita ambil bagian dalam hidup Kristus dan semakin kita bergerak maju dalam persahabatan dengan-Nya, semakin kurang pula bahaya bahwa kita memisahkan diri dari-Nya oleh dosa besar (KGK 1395). 

Seseorang yang mengenal Tuhan adalah seseorang yang bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus (2 Ptr 3:17-18). 

Seseorang yang sudah lahir baru tetap akan memiliki dosa, karena kita semua masih tinggal di dunia ini. Tetapi seseorang yang lahir baru akan terus bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan Yesus dan terus bertumbuh dalam kebencian kepada dosa-dosa. Seseorang yang sudah lahir baru tetap dapat jatuh sewaktu-waktu di dalam hidupnya, tetapi dia akan berdiri kembali dan berjalan lagi menuju Tuhan Yesus

3 Keindahan dari kasih karunia (1 Tim 1:13-17): 

1. Kasih karunia bukanlah sesuatu yang diberikan kepada orang-orang yang layak mendapatkannya, melainkan sesuatu yang diberikan kepada orang berdosa, yang tidak layak mendapatkannya (Mrk 2:17). 

2. Kasih karunia membuahkan iman dan kasih kepada Yesus. Semakin kita menerima kasih karunia Tuhan dan menyadari keindahan kasih karunia itu, maka iman kita dan kasih kita kepada Yesus juga akan semakin bertumbuh. Orang-orang yang memiliki iman dan kasih yang besar bukanlah mereka yang baik, melainkan mereka yang sadar bahwa Tuhan sangat baik. 

Hanya ada satu jalan - karena kasih karunia kita diselamatkan oleh iman (Ef 2:8-9). Jika kita mengaku dengan mulut kita, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati kita, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan (Rm 10: 9). 

Hanya mereka yang memiliki iman dapat melihat kehadiran kerajaan yang kasat mata dan tersembunyi. Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kita (Luk 17:20-21), bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor 4:20), bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus (Rm 14:17). 

3. Dari menerima kasih karunia, menjadi penyalur kasih karunia. Tuhan tidak berencana agar kita hanya menjadi penerima kasih karunia, melainkan Dia berencana supaya kita juga bisa menjadi penyalur kasih karunia. Setelah kasih karunia mengubah hidup kita, Tuhan ingin agar kita menunjukkan kepada dunia betapa luar biasa perubahan yang terjadi di dalam diri kita. 

Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekaltidak akan mati selama-lamanya (Yoh 3:16; 11:25-26). 

Allah menghendaki umat manusia untuk tinggal bersama Dia selamanya (Why. 21:3 - kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka; Yoh. 14:2-3 - di mana Aku berada, kamu pun berada). 

Allah telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa (Kol 1:13-14). Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka (Yer 31:33-34). 

Mengenal Allah menggambarkan hubungan yang dekat dan intim (Yer. 31:33-34 - Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku, mereka semua mengenal Aku). 

Ciri-ciri mengenal Allah

(1) akan bertobat kepada Tuhan dengan segenap hatinya (Yer 24:7), tidak berbuat dosa lagi (1 Yoh 3:6), menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan: mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian, jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan, jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu (Luk 3:8, 10-14). 

(2) akan hidup dengan memancarkan kasih (1 Yoh 4:7-8; 1 Kor 13:4-8; Yer 9:24). 

(3) akan menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh 2:3-4), akan tetap kuat dan akan bertindak (Dan 11:32). 

Jikalau kita mengasihi-Nya, kita akan menuruti segala perintah-Nya. Janji-Nya: Bapa-Ku akan mengasihimu dan Kami akan datang kepadamu dan diam bersama-sama denganmu (Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu). Aku akan menyatakan diri-Ku kepadamu. Bapa akan memberikan seorang Penolong/Roh Kebenaran/Roh Kudus, Dia akan diam di dalam kamu menyertai kamu selama-lamanya (Yoh 14:15-27). 

Jadi, kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus (Ef 2:10). Kita adalah bait Allah, rumah-Nya, tempat perhentian-Nya karena Roh Allah diam di dalam kita (1 Kor 3:16-17; Kis 7:48-49). Orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah (1 Kor 8:3). 

Marilah kita meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepada kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar (Ef 1:17). 

Hidup kekal kita terima dari Allah, hanya melalui Yesus Kristus tidak ada jalan lain! Tanpa itu tidak ada cara yang dapat kita tempuh untuk mengenal Allah.

(Sumber: Warta KPI TL No. 165/I/2019).