Pages

Rabu, 09 Januari 2019

Luk 2:22-35

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 30 Desember 2017: Hari keenam dalam Oktaf Natal - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: 1 Yoh 2:3-11; Mzm 96:1-2a, 2b-3, 5b-6; Luk 2:22-35


Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, (1) mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama (2) Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika (3) Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu, Israel."

Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."


Renungan


1. Persekutuan keluarga

Secara khusus, Paus Yohanes Paulus II dalam “Familiaris Consortio” menyatakan bahwa keluarga adalah “gereja mini”, persekutuan dan persemaian dasar iman.

Adapun 3 tugas dasarnya, antara lain

(1) ”Perantara”: Seperti Maria dan Yusuf yang mengantar Yesus ke Bait Allah, kita juga diajak menjadi “jembatan”, semacam “mediator”: mengantar anggota keluarga kita untuk mendekat pada Tuhan dan terlibat di gereja.

(2) ”Pendoa”: Seperti Simeon yang selalu hidup benar dan saleh dalam hidup doa, kita juga diajak menjadi “orator”, saling mendoakan. Disinilah kita diajak untuk mencintai dengan saling mendoakan dan saling memberkati: “Bawalah cinta ke rumahmu karena disinilah cinta satu sama lain dimulai.”

(3) ”Pembela”: Yesus yang ilahi datang dengan cara yg insani. Ia selalu ada dan menjadi “advocator”, semacam pembela bagi pergulatan hidup kita. Ia menjadi berkat bagi Simeon yang sudah tua dan Ia menjadi hadiah bagi Yusuf dan Maria yang sederhana.

Secara khusus, seperti Maria yang “jiwanya akan tertembus pedang”, kita juga kerap “tertembus pedang” karena pelbagai konflik. Marilah kita mempersembahkan pelbagai konflik kepada Tuhan, sang advocator, pembela sejati kita.