Pages

Rabu, 09 Januari 2019

1 Sam 1:24-28

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya



Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 22 Desember 2018: Hari Biasa Khusus Adven - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: 1 Sam 1:24-28; MT 2:1, 4-5, 6-7, 8abcd; Luk 1:46-56)


1. Misteri dari berkat Allah

Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah Tuhan di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu. 

Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli; lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada Tuhan. 

Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka (*) aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada Tuhan. 

Renungan:

(*) Hana ingat Tuhan bukan hanya di kala ada masalah, namun di kala terbebas dari masalah. 

Inilah misteri dari berkat Allah dalam kehidupan orang-orang yang percaya penuh kepada-Nya. 

Ketika kita berani kehilangan untuk Tuhan, kita akan menerima lebih banyak (1 Sam 2:21 - Tuhan mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi). Ketika kita berani memberikan yang terbaik, Allah akan ganti dengan yang jauh lebih baik.

Jadi, jangan hanya berharap hal-hal yang besar bagi Allah saja, cobalah lakukan hal-hal yang besar untuk Allah!

Betapa kontrasnya, dengan kondisi sebagian besar dari antara kita. Ketika kita hidup susah, kita begitu rajinnya mencari Tuhan. Ketika anak kita sakit, kita begitu rajinnya doa pagi. Ketika usaha kita seret, kita begitu aktifnya ikut doa puasa. 

Namun apa yang terjadi sesudah Allah menenangkan badai kehidupan itu. Kadang kita melupakan-Nya! Kita lebih mengutamakan usaha dari pada Tuhan. Kita lebih peduli dengan tuntutan anak untuk berekreasi keluar kota pada hari Minggu dari pada memuliakan Allah yang telah menyembuhkannya dari sakit. Kita ingat Tuhan di kala susah, namun melupakan dia di kala senang!

Tuhan Yesus memberkati.