Jika Anda melihat senyum kedamaian di wajah Paus Fransiskus saat ini, mungkin Anda tak percaya bahwa beliau juga pernah mengalami saat-saat sulit dalam kehidupannya, wajahnya sulit tersenyum, tampak serius karena menanggung beban.
Bergoglio muda (Nama Paus Fransiskus sebelum diangkat menjadi Paus), menjadi imam Yesuit di Seminari Villa Devoto pada umur 22 tahun sesaat setelah ia lulus menjadi Master di bidang Kimia Universitas Buenos Aires. Pada umur 24 ia memegang diploma Filsafat dari Colegio Maximo San Jose di San Miguel. Pada umur 25-26 ia mengajar sastra dan psikologi di Colegio de la Inmaculada Santa Fe, serta Colegio del Salvador di Buenos Aires.
Menjadi Provinsial Yesuit
Pada tahun 1973 di usianya ke 36, Bergoglio ditunjuk menjadi Provinsial Serikat Yesuit di Argentina (1973 1979) yang terpecah-belah akibat munculnya paham Teologi Pembebasan yang dimotori oleh sebagian imam Yesuit.
Teologi Pembebasan sendiri muncul akibat porak porandanya kondisi masyarakat akibat konflik politik, korupsi, jurang kaya miskin, dll. Sebagian imam Yesuit tampil ke depan untuk membela rakyat.
Namun sebagian imam Yesuit lainnya berpandangan mereka sebaiknya tidak tampil langsung dalam membela masyarakat. Bergoglio muda yang cerdas diharapkan dapat menyatukan perpecahan tersebut.
Sebenarnya Bergoglio dianggap terlalu muda untuk menjadi seorang Provinsial, Tapi ada beberapa kejadian yang membuat ia naik pangkat dengan pesat. Di antaranya seniornya yang lebih layak menjadi provinsial meninggal dalam kecelakaan mobil, serta menipisnya jajaran Yesuit akibat perubahan-perubahan besar dalam Gereja Katolik yang diakibatkan Konsili Vatikan II tahun 1962.
Namun alih-alih menyatukan, periode 1976-1983 adalah periode yang di kenal sebagai Perang Kotor. Sekitar 30.000 orang Argentina dibunuh atau menghilang dalam periode itu. Dalam masa-masa itulah Bergoglio memimpin imam Yesuit yang terkenal militan.
Biara-biara Yesuit berulang kali diserbu oleh juta militer yang berkuasa. Hal ini karena banyak para Yesuit di seluruh Amerika Latin mengganti buku doa harian mereka dengan selebaran-selebaran. Mereka siap menjadi martir untuk membela rakyat miskin yang menderita dan tertindas akibat konflik politik. Dua pastor Yesuit, Yorio dan Jalics bahkan mengorganisasi orang miskin di perkampungan Buenos Aires untuk menghadapi para penindas mereka.
Sebagai pimpinan Bergoglio berkewajiban untuk mengamankan organisasinya, sehingga ia terpaksa meng-ultimatum kedua pastor Yesuit tersebut. Tetap di biara atau keluar. Kedua pastor tersebut memilih keluar, dan beberapa hari kemudian orang-orang bersenjata menangkap kedua pastor tersebut.
Meski setelah 5 bulan, Yorio dan Jalics akhirnya dilepaskan berkat usaha dan negosiasi Bergoglio, selama bertahun-tahun Yorio menyalahkan Bergoglio untuk penculikannya, menuduh Provinsial meninggalkan dia, tidak melindunginya dan menyerahkannnya pada militer.
Hal inilah yang menjadi sumber ketegangan utama Bergoglio, yang agaknya ditangkap juga oleh jajaran tinggi Yesuit. Sehingga mereka merasa perlu memberinya cuti untuk menenangkan kembali jiwa dan pikirannya. Mereka menugaskannya belajar menempuh pendidikan doktoral di Jerman.
Bertemu Altar Bunda Maria Pengurai Simpul
Bukan tugas mudah untuk belajar menempuh program doktoral dalam kondisi tertekan. Setelah bertahun-tahun berhasil di studi, sehingga di anggap cerdas oleh kebanyakan orang. Saat itu Bergoglio yang merasakan kegagalan dalam tugasnya sebagai Provinsial, tak bisa fokus dalam studinya, dan bayangan ke gagalan studi sudah terasa olehnya. Dalam kondisi hancur, gagal, ia pergi ke sebuah gereja untuk berdoa.
Gereja di Jerman saat itu mempunyai banyak altar, yang biasanya merupakan sumbangan dari para bangsawan. Satu altar utama biasanya digunakan untuk misa dengan umat. Dan beberapa altar lainnya digunakan oleh beberapa kelompok biarawan lainnya untuk berdoa sendiri-sendiri maupun berkelompok.
Bergoglio khusyuk berdoa, sampai ia menyadari ada yang tak biasa pada lukisan di altar tersebut. Lukisan Bunda Maria itu menggambarkan Bunda Maria yang sedang mengurai simpul-simpul. Dan baru kali inilah ia menjumpai lukisan Bunda Maria mengurai simpul tersebut.
Dan Bergoglio pun tersadarkan, permasalahan-permasalahan dalam karirnya sebagai biarawan, kegagalan-kegagalannya dalam menunaikan tugas atasan, mungkin seperti untaian pita yang penuh simpul tadi, dan ia kesulitan menguraikannya sendiri. Maka ia pun berdoa untuk meminta bantuan Bunda Maria guna membantu menguraikan permasalahan-permasalahan yang ia hadapi.
Entah berapa lama Bergoglio berdoa, dan meski permasalahan-permasalahan yang ia hadapi masih seperti semula, ia telah merasa sedikit kelegaan. Karena masalah-masalah tadi tak lagi dihadapinya sendiri. Ia mengimani bahwa Bunda Maria pasti akan membantu menguraikan permasalahannya.
Asal-usul Lukisan Bunda Maria Pengurai Simpul
Dan ia mulai bertanya pada biarawan di sana, tentang asal-usul lukisan Bunda Maria pengurai simpul tadi. Ternyata lukisan dan altar tersebut adalah sumbangan dari seorang bangsawan Jerman bernama Wolfgang Langenmantel pada 300 tahun lalu.
Wolfgang dinikahkan dengan seorang putri bangsawan bernama Sophia, yang derajat kebangsawanan keluarganya lebih tinggi dari keluarganya. Mungkin karena hal ini Sophia yang merasa derajatnya lebih tinggi, lebih suka membawa maunya sendiri sehingga pernikahan mereka sering cekcok dan diambang perceraian.
Saat itu dalam adat pernikahan kedua mempelai mengenakan mahkota yang dihiasi bunga-bunga, dan antara kedua mahkota yang dipakai mempelai pria dan wanita di satukan oleh sehelai pita panjang.
Nantinya dalam kehidupan berumah tangga jika mereka menjumpai permasalahan pelik, mereka akan bersama-sama membuat satu simpul di tali pernikahan mereka, jika permasalahan berhasil di selesaikan, simpul tadi diurai kembali.
Tapi dalam pernikahan Wolfgang dan Sophia, simpul-simpul di tali pernikahan mereka terus bertambah, tanpa ada yang diurai, sehingga tali pernikahan itu penuh simpul. Dan mereka memang merasakan bahwa konflik-konflik di pernikahan mereka terus meningkat, sampai suatu saat Wolfgang merasa bahwa pernikahan mereka tak bisa dipertahankan lagi.
Namun menyadari bahwa perceraian di larang di gereja Katolik. Maka sebelum resmi bercerai, Wolfgang mencoba meminta nasihat dari pihak gereja. Wolfang menemui Romo Jakob Rem, seorang imam Yesuit yang memiliki devosi kuat pada bunda Maria. Dan Jakob meminta agar Wolfgang melakukan saran-sarannya untuk 4 minggu ke depan, dan setiap akhir minggu meminta Wolfgang menemuinya di Biara untuk memantau hasilnya.
Wolfgang mengikuti saran Jakob, dan di akhir minggu melaporkan hasilnya, untuk kemudian melakukan saran lain dari Jakob untuk seminggu berikutnya.
Namun tidak ada perubahan dari sikap Sophia, sehingga Wolfgang merasa bahwa segala upaya yang dilakukannya tidak membawa hasil.
Pada janji pertemuannya yang terakhir (28 September 1615), dengan rasa putus asa Wolfgang menemui Jakob untuk terakhir kalinya. Ia membawa pula pita pernikahannya yang penuh simpul permasalahan tadi.
Jakobpun merasa tak bisa memberikan saran lain bagi Wolfgang untuk membatalkan perceraiannya, namun sebagai imam yang berdevosi kepada Bunda Maria, Jakob mengajak Wolfgang untuk berdoa bersama dan menyerahkan permasalahan tersebut kepada Bunda Maria.
Dengan membawa tali pernikahan penuh simpul tadi, Jakob mengajak Wolfgang untuk berdoa bersama di hadapan Bunda Maria.
Seusai mereka berdoa, mereka melihat bahwa tali pernikahan tersebut menjadi berkilat putih mempesona. Dan simpul-simpul mati yang sebelumnya terikat kuat (mungkin karena dibuat dalam kondisi emosi, sehingga terikat mati dan sulit diurai) menjadi longgar, sehingga mudah diurai.
Jakobpun menguraikan simpul itu satu persatu, dan menyerahkan kembali ke Wolfang, dan memintanya kembali ke rumah. Bunda Maria telah mengabulkan doamu, bawa kembali tali pernikahan ini, batalkan rencana perceraianmu. Pertahankan pernikahanmu dengan Sophia sampai ajal menjemput.
Tak diceritakan bagaimana perubahan sikap Sophia, yang pasti Wolfgang dan Sophia tak jadi bercerai, dan pernikahan mereka berlanjut sampai mereka mempunyai beberapa anak dan cucu.
Pada tahun 1700, 85 tahun kemudian, cucu Wolfgang, Romo Heironymus Ambrosius Langenmantel menyumbangkan sebuah altar keluarga. Dia menugaskan Johann Melchoir Georg Schmittdner untuk membuat lukisan kisah penyelamatan pernikahan kakeknya oleh Bunda Maria.
Bunda Maria yang membantu menguraikan simpul-simpul permasalahan dalam pernikahan kakeknya. Di bawah lukisan Bunda Maria tersebut di gambarkan juga kakeknya yang di tuntun oleh Malaikat Rafael melewati masa perselisihan pernikahannya (yang diilhami oleh kisah malaikat Rafael menemani perjalanan Tobia untuk menemui Sara calon istrinya).
Kembali ke Argentina
Menyambung kembali kisah Bergoglio, setelah menguak sejarah lukisan Bunda Maria Pengurai Simpul, Bergoglio memutuskan tidak melanjutkan kuliah doktoralnya di Jerman. Ia memutuskan kembali ke Argentina.
Saat ia kembali ke Argentina, kelompok teologi pembebasan yang dulu dicopotnya semasa menjabat provinsial, sekarang merekalah yang menjadi pejabat tinggi dan mengatur provinsial berdasarkan beberapa petunjuk dari pemimpin Yesuit di Roma. Kehadiran Bergoglio di Argentina, menimbulkan dualisme kepemimpinan, antara pengikut setia Bergoglio dengan para pemimpin baru Provinsial. Akhirnya mereka mengirim Bergoglio ke Cordoba, yang 800 km jauhnya dari Buenos Aires.
Di Cordoba, Bergoglio tidak diberi tugas khusus. Tugas resminya adalah mendengar pengakuan dosa, duduk di kamar sambil menunggu terdengar bunyi bel, tanda bahwa ada beberapa jiwa yang merasa bersalah dan ingin melepaskan diri dari beban dosa.
Itu adalah malam-malam yang gelap bagi seseorang yang sekarang dikenal sebagai sosok yang begitu besar. Berada di sebuah kamar kecil yang mirip sel tahanan, di sebuah kota kecil di ujung Argentina. Ini adalah satu periode kehidupan yang penuh misteri yang tidak ada dalam biografi seorang Paus Fransiskus.
Tapi disinilah ia banyak membaca dan berdoa. Dan mungkin saja melakukan devosi kepada Bunda Maria Pengurai Simpul, yang memberi hatinya kedamaian. Karena ia telah menyerahkan permasalahannya kepada Bunda Maria.
Menjadi Paus
Dan sesuatu yang tampaknya mustahil terjadi. Dua tahun setelah pengasingannya, pada Juni 1992, Bergoglio diangkat menjadi uskup pembantu di Buenos Aires. Pada 1998, Bergoglio diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires, orang Katolik yang paling berkuasa di Argentina. Pada 21 Feb 2001, Bergoglio diangkat sebagai Kardinal. Dan p
Ia menjadi orang Yesuit pertama yang menjadi Paus. Ia juga menjadi Paus pertama yang berasal dari benua Amerika. Hal ini sebenarnya menunjukkan betapa kecilnya peluang Bergoglio untuk terpilih sebagai Paus.
Kita tak pernah tahu, apakah devosinya yang membawa Bergoglio keluar dari pengasingannya dan menjadi orang nomor satu di Gereja Katolik Roma. Yang pasti devosi itu membantunya terbebas dari beban-beban permasalahannya. Bunda Maria telah membantunya mengurai permasalahan yang membebani hidupnya.