Pages

Selasa, 20 November 2018

Berkat Tuhan bagi orang yang dikasihi-Nya




Banyak orang beranggapan bahwa berkat diperoleh karena kerja keras, harus bersusah payah (Kej 27:40; 33:9). Ada benarnya karena Amsal 10:4 mengatakan: “Tangan orang rajin menjadikan kaya.” Tetapi sadarilah bahwa “Berkat ada di atas kepala orang benar” (Ams 10:4; Kej 32:10). 

Siapakah orang benar itu? Kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah dengan setia di hadapan Tuhan, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita (Ul 6:25). Orang benar pasti diberkati (Mzm 37:25-26). 

Pemazmur berkata: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mzm 127:2). 

» Bukan berarti Tuhan melarang kita untuk bekerja keras. Bukan berarti bahwa Tuhan menyuruh kita untuk bersantai-santai dalam hidup. Tetapi Tuhan mengajarkan bahwa sebenarnya Tuhan sudah mengatur berkat-berkat itu kepada siapa saja yang dicintai-Nya pada saat tidur. 

Pada malam hari, pada saat tubuh dan pikiran ini sedang beristirahat Tuhan merancangkan berkat-berkat yang akan diperolehnya keesokan harinya. Karena itu, ketika Tuhan melihat seorang yang senantiasa terpaut pada-Nya, saat ia sedang tertidur lelap, maka Tuhan akan memberkati apa yang akan diusahakan orang itu keesokan harinya

Kewajiban setiap orang adalah takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pkh 12:13). 

Allah mengasihi kita lebih dari siapa pun yang pernah mengasihi kita. Kasih-Nya terwujud dalam tindakan (Yak 2:17). Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Rm 5:6-10; Yoh 3:16). Mengapa Allah begitu mengasihi kita? Karena kita adalah ciptaan-Nya yang khusus. 

Allah menciptakan dunia dari kasih yang meluap. Ia ingin supaya kita mengasihi Dia sebagaimana Ia mengasihi kita. Ia ingin menyatukan kita dalam keluarga besar Gereja-Nya (Docat 5). 

Karena kasih-Nya yang kuat bagaikan api yang menghanguskan (Ul 4:24), maka Ia menjaga umat-Nya dengan kasih yangcemburu’ (Kel 20:5). 

Cemburu ilahi ini disebabkan karena Tuhan tidak menghendaki umat pilihan-Nya, milik kepunyaan-Nya dan yang sangat dikasihi-Nya berpaling dari Dia dan memilih mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya (1 Yoh 2:15-16 » keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup). 

Jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan, kita berada pada “sumber” kehidupan yang tidak akan pernah habis. Artinya Tuhan menjamin berkat spiritual dan jasmani yang tidak ada habisnya. Namun, jika kita meninggalkan Tuhan, maka segala usaha akan sia-sia saja seperti kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air (Yer 2:13). 

Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr 12:6). Caranya: menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; makan, tetapi tidak sampai kenyang; minum, tetapi tidak sampai puas; berpakaian, tetapi badan tidak sampai panas; bekerja untuk upah tetapi pundi-pundinya berlobang karena bangkrut atau kena sakit penyakit (Hag 1:6). 

Kesalahan ini terjadi karena kita tidak tahu kewajiban kita dan tidak mengandalkan Tuhan dalam menyelesaikan masalah (Yes 30:16 » kami mau naik kuda tangkas dan lari cepat langsung menghubungi si A atau B untuk bertanya dan meminta bantuan, langsung melakukan C atau D berdasarkan logika sendiri, tanpa berdoa lebih dulu (Yer 17:5-8). 

Akhirnya mengalami penderitaan yang pahit, karena ia dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi ia tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! (Pkh 6:1-2). 

Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna. Tujuan kehendak Tuhan sesungguhnya semata-mata untuk kebaikan kita (1 Tes 4:3; Rm 8:28; Yer 29:11). 

Mengenal kehendak Allah bukan sekedar hal mengenal apa yang benar dan salah melainkan mengenai apa yang terbaik dan sesuai dengan ajaran Firman-Nya bagi kita (Rm 12:2; Bdk. Flp 1:10). 

Orang yang takut akan Tuhan, tidak mau mengecewakan Tuhan, akan berusaha untuk hidup seturut firman-Nya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan diri sendiri, bukan karena dorongan orang lain. 

Orang yang takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya (Mzm 25:12). Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang-orang percaya yang melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepada-Nya. 

Baiklah kita kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihani kita, dan memberi pengampunan dengan limpahnya (Yes 55:7). Baiklah kita mengasihi Tuhan dengan menuruti firman-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat (Yoh 14:23; 1 Yoh 5:3; Bdk. Kej 29:20). 

Ingatlah! Tuhan tahu kapasitas manusia ciptaan-Nya. Dia berkata, “Lakukanlah bagianmu (Rm 12:3; Yak 4:15; Ams 16:3), dan ijinkan Aku melakukan bagian-Ku, maka segalanya jauh lebih sederhana.” 

Jadi, bertobatlah dan tinggal diam menanti-nantikan pertolongan Tuhan dengan rendah hati (Bdk. 1 Ptr 5:6), dalam tinggal tenang, kita dapat menguasai diri kita untuk dapat berdoa (I Ptr 4:7b). Karena itu serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Mzm 37:5). Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Mrk 9:23b) (Yes 30:15). 

Kalau kita membiarkan kuasa penjelmaan Roh Kudus berkarya dalam hati kita, maka kita akan bebas lepas dan ikhlas seperti kanak-kanak. Kita akan menjadi sadar bahwa Kerajaan Allah selalu tidak dipengaruhi oleh semua perubahan hidup (Mother Teresa).

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 12 Juli 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).