Jumat, 02 November 2018

Ayo menabung harta di sorga



Jumat, 28 September 2018 sekitar jam 15.00 WIT terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo 7, 7 melanda Sulawesi Tengah. Gempa tersebut disusul tsunami yang menerjang wilayah pesisir pantai. 

Saat gempa terjadi, tanah yang dipijak berubah bak gelombang dan menenggelamkan ratusan rumah yang berdiri di atasnya. Fenomena tanah bergerak ini disebut likuifaksi, di mana tanah berubah menjadi air sehingga kehilangan kekuatan. 

Ketika saya mendengar kabar bahwa Palu mengalami gempa bumi dan tsunami dari Televisi, maka saya berusaha mencari kabar keadaan adik sepupu saya (X) yang berada di sana. 

Inilah kisahnya: Pada waktu bangun tidur sore, X minum kopi dan melihat tukang mebelnya lagi mengecat mebel pesanan orang, tiba-tiba mebel tersebut jatuh. X juga mendengar ada banyak orang berteriak “lari ... gempa ... air ... air ...” Mendengar teriakan tersebut, X segera ke luar dari rumahnya dan berlari. X berlari (kejar-kejaran), diikuti tanah yang bergerak sambil berteriak-teriak “Yesus help me ...” 

X melihat tanah terbelah dan anaknya terjatuh di sana. Puji Tuhan, anaknya dapat diselamatkan meskipun kakinya patah akibat sebagian kakinya tertimbun tanah. Namun tukangnya tidak dapat diselamatkan karena dia terhisap tanah tersebut. 

Dari kisah di atas, kita bisa belajar tentang perbedaan investasi harta di dunia dan di sorga. Berinvestasi di dunia ini baik, namun investasi tersebut sifatnya tidak kekal. Satu kali bumi digoncangkan dalam hitungan beberapa menit saja, semua investasi tersebut akan musnah dan hilang dalam sekejab mata seperti yang dialami oleh orang-orang di Donggala dan di Palu. 

Hukum mengumpulkan harta di sorga tidak sama dengan di dunia. Jika di dunia kita menimbun dan terus menimbun, atau menerima dan terus menerima, maka untuk mengumpulkan harta di sorga yang berlaku justru sebaliknya, yaitu dengan memberi atau menabur

Apakah itu lewat persepuluhan (Mal 3:10-12), melakukan sesuatu untuk Tuhan (Mat 25:40 - segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku » Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Ams 19:17 - Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu). 

Apalagi kalau kita “mempersembahkan tubuh kita” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah dengan cara memberitakan firman-Nya, baik atau tidak baik waktunya, maka sekarang pada masa ini juga kita akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal (Rm 12:1; 2 Tim 4:2; Mrk 10:29-30). 

Menimbun harta di sorga berbicara mengenai

- menempatkan Tuhan diatas segalanya dalam urutan prioritas yang benar. 

- mengembalikan apa yang menjadi hak Tuhan 

- mempersembahkan hidup dan segala yang kita miliki sepenuhnya buat Tuhan. 

- melakukan kehendak-Nya di muka bumi sesuai panggilan kita masing-masing 

- kerinduan untuk memberkati orang lain dengan segala berkat yang telah dicurahkan Tuhan buat kita. 

Setiap kali kita melakukan hal-hal diatas, itu sama seperti menambah satu batu pada tempat tinggal kita di sorga. Terus dan terus bangun sampai pada akhirnya bangunan itu jadi dan siap kita tempati setelah kita menyelesaikan fase dunia yang sementara ini. 

Bumi akan digoncangkan ... kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan (Ibr 12:26-28). 

Pada suatu kali Yakobus menegur dengan keras orang-orang kaya yang kikir dan hanya berpikir untuk terus menimbun hartanya tanpa memperdulikan nasib orang lain (Yak 5:1-6 - Hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan). Orang yang berfokus pada menimbun harta dan mengejar kekayaan dikatakan seolah-olah sedang menggemukkan diri untuk hari penyembelihan kelak. 

Peringatan ini sungguh keras dan karenanya wajib kita perhatikan dengan seksama. Jadi, jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (Ef 4:17-18). 

Jika dunia terus mengajarkan kita bahwa dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya hidup akan aman dan terjamin kebahagiaannya, kita tidak perlu ikut-ikutan berpikir seperti itu. 

Tetapi ingatlah janji Tuhan ini: “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:31-33). 

Jika demikian, adakah sebuah bentuk investasi yang benar-benar aman, yang mampu membawa kita hidup bahagia di dunia sekaligus menjamin kebahagiaan pada kehidupan selanjutnya, yaitu di sorga? 

Ada, bukankah Yesus telah mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk diinvestasikan (Mat 6:19-20 - kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya). Ini adalah satu-satunya tempat yang teraman, dan lebih bermanfaat karena sifatnya kekal

Jadi, sebanyak apapun kita menimbun harta dalam pundi-pundi kita, semua itu tidak akan berguna untuk bekal kehidupan selanjutnya jika tidak dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang tepat seperti tujuan Allah memberkati kita. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 162/X/2018 » Renungan KPI TL Tgl 11 Oktober 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).