Pages

Senin, 12 November 2018

Tuhan selalu setia

Anak pertama saya harus menjalani interview di Jakarta. Saya tidak tega melepas anak perempuan saya sendiri, maka saya menemaninya ke sana. Jadi, hari Kamis itu saya membereskan segala sesuatunya di Surabaya agar hari Jumatnya dapat mengantarkan anak saya. 

Saya membayar rekening-rekening melalui ATM di salah satu bank di RMI. Setelah menjalankan mobil, saya baru tahu bahwa ban mobil saya ada yang kempes. 

Ketika saya membelok ke jalan Ngagel Jaya Selatan, ada seseorang (X) mengendarai sepeda motor menunjuk-nunjuk ban mobil kiri yang kempes. Saya tidak menghentikan mobil karena saya merasa curiga pada X. Mobil saya jalankan secara perlahan-lahan sampai ke tempat tambal ban. 

Di tukang tambal ban, orangnya tidak ada, justru di sana berdiri dua orang yang mencurigakan. Saya berdoa memakai bahasa roh sambil menjalankan mobil dengan perlahan-lahan. Mobil saya hentikan di depan toko-toko yang buka dan ramai pengunjungnya. Syukur kepada Allah, meskipun keadaan seperti itu, saya tidak merasakan panik. 

X mengetuk-ketuk pintu kaca mobil sambil menawarkan dirinya hendak menolong saya, tetapi saya katakan 'tidak'. Hal ini dilakukan X sampai tiga kali. Di kaca spion saya juga melihat teman X menunjuk-nunjuk ke mobil saya. Melihat kejadian itu saya langsung menyadari bahwa ban mobil saya kempes gara-gara ada seseorang yang menembaknya. 

Saya menghubungi teman-teman dari KPI TL untuk memohon bantuan, tetapi tidak ada satupun HP yang dapat dihubungi. Saya tahu mereka belum mengaktifkan HP setelah pertemuan KPI TL. 

Saya menghubungi tetangga saya, tetangga saya mengatakan bahwa suaminya saat itu sedang menjemput anaknya di SMA St. Louis maka suaminya bisa langsung meluncur ke tempat saya. Kemudian suaminya menelpon saya, dia mengatakan "jangan keluar dari mobil, tetap nyalakan mesinnya sampai saya datang."

Saya juga menelpon suami saya, dia mengatakan bahwa akan mengirim sopir dari Gresik. Kemudian suami saya menelpon lagi, mengatakan bahwa dia juga memohon bantuan teman kontraktornya yang posisi kantornya dekat saya berada.

Singkat cerita, Ibu Judy dan anaknya Johan, suami tetangga saya, sopir suami saya dan teman suami saya datang menemui saya. Melihat ada banyak orang yang menolong saya, maka kedua orang yang mencurigakan itu tidak kelihatan batang hidungnya lagi.

Dari kejadian itu, saya sangat malu kepada Tuhan. Karena begitu sibuk dengan berbagai macam kegiatan, saya telah mengecewakan hati-Nya, kurang setia dalam berelasi dengan-Nya, tetapi Dia begitu setia membentengi saya dari rencana si jahat. 

Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat (2 Tes 3:3).

(Sumber: Warta KPI TL No.108/IV/2013)