Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 19 Oktober 2018: Hari Biasa XXVIII - Tahun B / II (Hijau)
Bacaan: Ef 1:11-14; Mzm 33:1-2, 4-5, 12-13; Luk 12:1-7
Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu (1) kemunafikan orang Farisi.
Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.
Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, (2) janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!
(3) Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.
Banyak perkara yang ada pada orang Farisi yang menjadi contoh hal yang negatif dan tidak benar. Salah satunya adalah sikap kemunafikan. Munafik adalah jurang antara kenyataan yang tampak dan kenyataan yang tidak tampak/tersembunyi.
(2, 3) Yesus tidak pernah jemu-jemunya mengajak para murid-Nya untuk tidak takut. Dia memberikan kepastian penyelenggaraan Ilahi bagi para murid.
Allah adalah sahabat sejati manusia di sepanjang perjalanan hidup berimannya. Yesus mengajak para murid dan para pendengar-Nya untuk tidak takut dalam mewartakan iman dan memberikan kesaksian hidup di tengah dunia ini.
Beranikah kita mewartakan Kristus di tengah dunia ini yang penuh tantangan? Yakinkah kita atas penyelenggaraan Allah di sepanjang perjalanan hidup beriman kita?