Bernard lahir pada tahun 1090 di Fontaines-les-Dijon, Burgundy, Prancis, di kastil Fontaines di dekat Dijon. Dia lahir dari keluarga bangsawan Prancis, ayahnya adalah Tescelin de Fontaine, penguasa Fontaine-lès-Dijon, dan ibunya adalah Alèthe de Montbard. Bernard adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, enam di antaranya adalah laki-laki dan salah seorang saudaranya adalah St. Humbeline.
Selain dibimbing oleh orang tuanya yang saleh, dia juga dikirim untuk menjalani pendidikan sejak usia muda di sebuah kampus di Chatillon. Disana dia sangat menonjol karena kesalehannya yang luar biasa dan kepribadiannya yang tenang. Di kampus itu dia mempelajari teologi dan Kitab Suci.
Ibunya meninggal ketika dia berusia 19 tahun. Di usia 22 tahun dia memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Sistersian yang baru dibentuk dan sangat menekankan kesederhanaan. Dia juga membujuk saudara-saudaranya dan beberapa temannya untuk mengikuti jejaknya.
Pada tahun 1113, Bernard bersama 30 orang bangsawan muda, saudara dan temannya, menghadap St. Stephen, abbas di biara Citeaux. Ayahnya dan saudaranya yang lain tidak lama kemudian juga ikut bergabung.
Bernard sangat takut dengan jeratan dan godaan duniawi, karena alasan itu juga dia memutuskan untuk menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan menjalani hidup dalam keheningan dan doa.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari dia melemparkan dirinya ke dalam air yang sangat dingin untuk mendinginkan pikirannya dari godaan hawa nafsu.
Di lain waktu, ketika dia tidur di sebuah penginapan, seorang pelacur datang menghampirinya dalam keadaan telanjang dan berbaring di sampingnya, dan dia segera melarikan diri setelah menyadarinya untuk menyelamatkan kemurniannya.
Setelah menjalani masa novisiat dengan semangat, Bernard akhirnya menjadi seorang biarawan Sistersian di tahun berikutnya. Tidak lama kemudian superiornya, yang melihat kemajuannya yang sangat pesat dalam kehidupan spiritual, mengutusnya bersama 12 orang biarawan yang lain untuk mendirikan biara baru di tempat yang sunyi dan terpencil di suatu lembah yang disebut Val d'Absinthe.
Menurut tradisi, Bernard mendirikan biara itu pada tanggal 25 Juni 1115, dia menamainya Claire Vallée, yang kemudian disebut dengan Clairvaux. Dia ditunjuk sebagai abbas di biara baru itu dan mulai aktif menjalankan karya pelayanannya, yang kemudian menjadikannya seorang tokoh terkemuka di abad ke-12.
Dia kemudian membangun banyak biara lagi, dan dalam waktu singkat biara itu memiliki lebih dari 700 biarawan serta memiliki 160 rumah biara untuk para biarawati. Bernard juga merevisi dan mereformasi Ordo Cistercian.
Pada tahun 1128, Bernard menghadiri Konsili Troyes, dimana dia menetapkan garis-garis besar Aturan Kesatria Templar, yang kemudian menjadi pedoman bangsawan Kristen yang ideal.
Setelah wafatnya Paus Honorius II pada tanggal 13 Februari 1130, terjadi perpecahan di dalam Gereja dalam menentukan paus pengganti. Raja Louis VI dari Perancis mengadakan suatu konsili nasional para uskup Perancis di Étampes pada tahun 1130, dan menunjuk Bernard untuk menentukan paus pengganti antara Innocent II dan Anacletus.
Pada akhir tahun 1131, kerajaan Prancis, Inggris, Jerman, Portugal, Kastilia, dan Aragon mendukung Paus Innocent II; namun, sebagian besar Italia, Prancis selatan, dan Sisilia, serta para patriark Latin dari Konstantinopel, Antiokhia, dan Yerusalem mendukung anti-Paus Anacletus. Bernard berupaya meyakinkan daerah-daerah yang lain untuk mendukung Innocent II sebagai paus.
Pada tahun 1139, Bernard ikut berperan serta dalam Konsili Lateran Kedua, dimana mereka yang masih mendukung perpecahan dikecam. Pada tahun ini juga Bernard dikunjungi oleh St. Malachy, Pimpinan Gereja di seluruh Irlandia, dan mereka berteman akrab. St. Malachy ingin menjadi seorang Cistercian, namun paus tidak mengizinkannya. St. Malachy kemudian wafat di Clairvaux pada tahun 1148, Bernard menulis biografi tentang orang kudus ini.
Bernard sangat menentang ajaran sesat mengenai Tritunggal Maha Kudus yang disebarkan oleh Peter Abelard. Dia kemudian menyampaikan ajaran sesat itu kepada paus, yang kemudian mengadakan sebuah konsili di Sens pada tahun 1141 untuk menyelesaikan masalah ini.
Setelah Bernard membuat pernyataan pembukaan, Abelard memutuskan untuk mundur tanpa berusaha untuk memberikan tanggapan. Konsili itu sangat mendukung pernyataan Bernard dan Paus juga memberikan persetujuannya.
Abelard menyerah tanpa perlawanan, dia kemudian mengundurkan diri ke Cluny di bawah perlindungan Peter Venerabilis dan meninggal dua tahun kemudian.
Paus Innocent II meninggal pada tahun 1143. Dua penerusnya, Paus Celestine II dan Paus Lucius II, menjabat hanya dalam waktu singkat. Bernard kemudian melihat salah seorang muridnya, Bernard dari Pisa, yang kemudian dikenal sebagai Eugene III, diangkat ke tahta St. Petrus.
Atas permintaan Paus sendiri, Bernard menulis sebuah buku (Book of Considerations) yang berisi berbagai petunjuk dan mengirimkannya. Gagasannya yang menonjol diantaranya adalah bahwa reformasi Gereja harus dimulai dengan kesucian paus. Hal-hal temporal hanyalah pelengkap; hal-hal yang utama menurut karya Bernard adalah kesalehan dan meditasi yang mendahului tindakan.
Setelah sebelumnya membantu mengakhiri perpecahan di dalam gereja, Bernard kemudian dipanggil untuk memerangi ajaran sesat.
Pada bulan Juni 1145, Bernard melakukan perjalanan di Prancis selatan dan karya pewartaanya disana membantu memperkuat perlawanan terhadap ajaran sesat. Beberapa kali Bernard ditawari untuk menjabat sebagai uskup, tetapi semua tawaran itu ditolaknya.
Pada tahun 1144, setelah Orang-orang Kristen dikalahkan dalam Pengepungan Edessa dan sebagian besar wilayah itu jatuh ke tangan orang-orang Turki Seljuk, Paus Eugene III menugaskan Bernard melakukan karya misi untuk mengobarkan semangat Perang Salib Kedua. Demi ketaatannya kepada Tahta Suci, Bernard menjalankan karya misinya dan melakukan perjalanan ke seluruh Prancis, Italia, dan Jerman.
Dia berhasil mengobarkan antusiasme banyak orang untuk turut serta dalam Perang Salib, dan tidak seperti Perang Salib Pertama, kali ini banyak bangsawan dan uskup yang mendukung. Di Jerman berbagai mujizat dilaporkan terjadi atas perantaraannya, dan hal ini semakin mendukung keberhasilan karya misinya.
Sangat disayangkan bahwa antusiasme Perang Salib itu kemudian mengarah pada serangan terhadap orang Yahudi; seorang biarawan Perancis yang fanatik bernama Radulphe memimpin pembantaian orang Yahudi di Rhineland, Cologne, Mainz, Worms, dan Speyer. Radulphe beralasan bahwa orang Yahudi tidak berkontribusi secara finansial untuk menyelamatkan Tanah Suci. Uskup Agung Cologne dan uskup agung Mainz dengan keras menentang tindakannya itu dan meminta Bernard untuk mengecam Radulphe dan pengikutnya.
Bernard melakukannya, namun ketika aksi pembantaian itu tetap berlanjut, Bernard melakukan perjalanan dari Flanders ke Jerman untuk menyelesaikan masalah itu secara langsung. Dia kemudian menemui Radulphe di Mainz dan berhasil membungkamnya, dan memulangkannya kembali ke biaranya.
Tergerak oleh kata-kata Bernard yang membakar semangat, banyak orang Kristen yang pergi ke Tanah Suci, namun Perang Salib Kedua berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan. Seluruh tanggung jawab kegagalan itu ditimpakan kepada Bernard.
Di tahun-tahun terakhir kehidupannya, Bernard mengalami kesedihan akibat kegagalan Perang Salib yang dikobarkannya. Dia pun merasa bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk menyampaikan permohonan maaf kepada paus.
Pada bagian kedua buku "Book of Considerations," dia menyampaikan permohonan maafnya dan memberikan penjelasan bahwa kegagalan itu sebagai akibat dari sikap dan perbuatan para prajurit Perang Salib yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Setiap pagi Bernard selalu bertanya pada dirinya sendiri, "Mengapa aku datang ke dunia ini?" Dia kemudian akan mengingatkan dirinya pada tugas utamanya - untuk menjalani hidup dalam kekudusan.
Dia terkenal karena dianugerahi kemampuan untuk mendatangkan mujizat. Suatu ketika dia memulihkan kemampuan berbicara seorang lelaki tua sehingga dia bisa mengakui dosa-dosanya sebelum meninggal.
Di lain waktu, segerombolan besar lalat melanda Gereja Foigny, dan kemudian mati seketika setelah Bernard menyatakan ekskomunikasi terhadap lalat-lalat itu. Reputasinya sedemikian besar sehingga para pangeran dan paus meminta petunjuknya, dan bahkan para musuh Gereja pun mengagumi kemurnian hidupnya dan keagungan tulisan-tulisannya.
St. Bernard meninggal pada tanggal 20 Agustus 1153 di Biara Clairvaux, Ville-sous-la-Ferté, Aube, Prancis. Dia dikanonisasi pada tanggal 18 Januari 1174 oleh Paus Alexander III.
Dia adalah seorang biarawan Cistercian pertama yang dicantumkan dalam kalender orang-orang kudus, dan dinyatakan sebagai seorang Doktor Gereja oleh Paus Pius VIII pada tahun 1830.
St. Bernard dihormati sebagai santo pelindung bagi peternak lebah, Burgundy (Prancis), para pembuat dan penjual lilin, Ordo Sistersian, biarawan Sistersian, Ksatria Perang Salib, Universitas Queens (Cambridge, Inggris), Gibraltar (Inggris), Algeciras (Spanyol), Katedral Speyer (Jerman), Binangonan (Rizal, Filippina), dan Paroki St. Bernard dari Clairvaux Binangonan (Rizal, Philippines).
St. Bernard dari Clairvaux biasanya dilambangkan atau digambarkan dengan lebah atau sarang lebah, pena, buku, biarawan Sistersian yang menerima penampakan Bunda Maria, biarawan Sistersian dengan sarang lebah atau segerombolan lebah di dekatnya, biarawan Sistersian dengan iblis yang dirantai, biarawan Sistersian dengan mitra uskup tergeletak di tanah di sampingnya, biarawan Sistersian dengan anjing putih, biarawan Sistersian yang sedang menulis dan memandang Bunda Maria, dengan alat-alat penyiksaan yang digunakan dalam penyaliban Yesus, atau bersama St. Humbeline.
Dikenal juga sebagai Doktor Gereja yang Melankolis (karena kefasihannya) dan Bapa Gereja yang Terakhir.