Pages

Rabu, 08 Agustus 2018

Naomi - contoh bagi para mertua



Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki." (Rut 4:14-15)


Pada zaman para Hakim terjadi bala kelaparan di Betlehem-Yehuda, yg mengakibatkan Elimelekh, seorang penduduk daerah itu, membawa istrinya, Naomi, dan kedua anak mereka, Mahlon dan Kilyon, ke Moab.

Cara Tuhan bekerja di tengah umat-Nya memang unik dan tidak dapat diduga. Di dalam kitab Hakim-Hakim, Tuhan bertindak tegas dan keras secara langsung menyikapi perselingkuhan rohani umat Israel. 

Namun dalam kitab Rut ini cara kerja Tuhan sangat berbeda. Nama Elimelekh, dalam bahasa Ibrani berartiAllahku Raja”, seharusnya mencerminkan iman si pemilik nama. Namun ia membawa Naomi, istrinya, beserta kedua anaknya meninggalkan Israel untuk menetap di Moab (Rut 1:1). 

Kedua anaknya kemudian menikah dengan perempuan Moab (Rut1:4). Padahal Israel harus menjaga kemurnian iman dengan tidak mengawini bangsa penyembah berhala

Seiring berjalannya waktu, Naomi lalu menjadi janda, karena suaminya meninggal. Kedua anaknya pun kemudian menyusul suaminya. Betapa sedihnya menjadi janda di negeri orang. Tak ada lagi yang dapat menjadi sandaran hidup. Sampai akhirnya, Naomi memutuskan untuk kembali ke Israel karena ia mendengar "Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka" (Rut 1:6). 

Itulah saat iman mekar merespons kebaikan Allah yang mulai disadari. Meski demikian, Naomi tidak egois. Ia membebaskan kedua menantunya dari keterikatan dengan dia, toh kedua anaknya telah tiada.

Tindakan Orpa pulang ke rumah orang tuanya sangat wajar menurut ukuran dunia. Ia taat pada perintah mertuanya dan memang sudah tidak terikat dengan Naomi. 

Namun tindakan Rut melampaui itu karena ia melihat dengan kaca mata iman, yang memandang bukan kepada situasi yang tak berpengharapan, seperti yang Naomi lihat. 

Iman Naomi pun bergumul, bertumbuh mengatasi apa yang ia sedang rasakan. Baik iman yang polos seperti Rut maupun yang bergumul seperti Naomi, kedua-duanya Tuhan terima. Yang penting fokus pada Tuhan. 

Beberapa hal bisa kita pelajari dari peran Naomi sebagai seorang mertua

Pertama, ia bersikap manis kepada kedua menantunya. Jikalau Naomi tidak bersikap manis kepada menantunya, mereka tidak akan berat hati meninggalkan Naomi (Rut 1:14). 

Di samping itu, Naomi menganggap kedua menantunya seperti anak kandungnya sendiri. Hal inilah penyebab Naomi bisa bersikap manis kepada mereka. Dalam beberapa ayat, Naomi memanggil mereka dengan sebutananak-anakku”. 

Seorang menantu akan merasa nyaman dengan mertuanya jika sang mertua tidak menganggap mereka seperti anak orang lain, melainkan seperti anak kandungnya sendiri

Kedua, pembimbing rohani yang baik. Naomi membimbing menantunya untuk mengenal dan percaya kepada Tuhan lewat sikap hidupnya. 

Ketiga, Naomi tidak memaksakan kehendak kepada menantunya (Rut 1:11-12, 18). Naomi memberikan hak untuk memilih kepada menantunya

Keempat, memikirkan masa depan menantunya. Naomi menyadari kalau menantunya masih muda saat ditinggalkan anaknya dan butuh seorang penopang hidup baginya. Oleh sebab itu, dia berniat mencarikan suami bagi menantunya yang janda (Rut 3:1-5). 

Kebahagiaan Naomi akhirnya terwujud ketika pada akhirnya Rut menantunya diperisteri oleh Boas, yang nantinya akan melahirkan seorang anak yang diberi nama Obed, ayah Isai, kakek Daud

Naomi merupakan teladan mertua yang layak menjadi contoh bagi para mertua. Naomi mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang disukai orang-orang disekitarnya, karena dia tidak menonjolkan kesukaran hidupnya dengan tujuan agar dikasihani orang lain

Naomi seakan tidak ingin membuat repot orang-orang di sekitarnya. Justru dia berusaha melakukan hal yang menyukakan orang lain, meskipun kesesakan hidup menghampirinya.

Orang lain mungkin tidak begitu paham dengan kesesakan yang kita alami, bahkan mungkin tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk menolong kita. Namun yang pasti kita harus tetap memberikan hal yang menyukakan orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi berkat bagi sesama kita.

(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).