Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Sabtu, 21 Juli 2018: Hari Biasa XV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Mi 2:1-5; Mzm 10:1-2, 3-4, 7-8, 14; Mat 12:14-21
Sabtu, 20 Juli 2019: Hari Biasa XV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kel 12:37-42; Mzm 136:1, 23-24, 10-12, 13-15; Mat 12:14-21
Lalu keluarlah (1) orang-orang Farisi itu dan (5) bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu (2) menyingkir dari sana. (3) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
(4) Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."
Renungan
1. Mujizat sarana untuk pertobatan
(1) Karena kedudukan mereka terancam, maka mereka kuatir orang banyak tidak lagi mau mendengarkan mereka. Lalu mereka pun mencari-cari kesalahan Yesus, menuduh-Nya yang bukan-bukan.
(2) Menyingkir bukanlah berarti menyerah kalah atau membiarkan kesewenangan meraja-lela tetapi Yesus ingin memberi contoh kepada kita, bahwa diperlukan kerendahan hati dan penyangkalan diri untuk mampu memahami kehendak Tuhan.
Sifat buruk ini sampai sekarang pun masih kita jumpai pada para pemimpin yang berperilaku buruk, menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang-orang yang mengancam kedudukannya, yang menggoncang kehormatannya.
Mereka tega merekayasa suatu kejadian, memutar-balikkan fakta, dan bahkan mengatas-namakan kebenaran untuk membenarkan kelakuan mereka. Kita perlu mewaspadai pemimpin yang seperti ini.
(3) Yang bersekongkol hanya tinggal segelintir saja. Inilah buah dari kerendahan hati dan penyangkalan diri itu.
(4) Yesus tidak ingin orang-orang terbuai oleh mujizat itu. Mujizat terjadi bukan untuk mempesona orang, tetapi untuk menyatakan belas kasih Allah sehingga suatu saat hati umat-Nya akan berbalik pada-Nya. Jadi, keselamatan hanya bisa dicapai melalui pertobatan.
2. Jangan membunuh
(5) Mengapa orang-orang Farisi berbuat demikian? Karena mereka iri hati pada Yesus. Mereka melihat kehadiran dan perbuatan Yesus yang baik itu mengancam posisi mereka.
Dalam hidup harian mungkin saja kita pernah melakukan hal yang sama seperti orang-orang Farisi, berusaha untuk "membunuh" orang lain melalui cara kita, apapun bentuknya.
Jika kita telah menyadari bahwa perbuatan atau perkataan kita telah "membunuh" jiwa orang-orang yang menurut kita mengganggu zona nyaman kita dengan cara menyebarkan gosip atau hoax, bertobatlah! Karena hal ini tidak berkenan di hadapan Tuhan.