Jika kita tekun membaca seluruh kitab Suci dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu maka kita akan melihat bahwa Allah tetap setia berjalan bersama umat-Nya.
Kisah yang terjadi dalam Kitab Suci merupakan panduan bagi kita untuk menuliskan sejarah keselamatan bagi kita.
Metode ilahi dalam memberi wahyu dan penyataan hukum secara berangsur- angsur pertama-tama ditulis pada
(1) alam (Mzm 19:2 - Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya), kemudian pada
(2) kesadaran manusia (Rm 2:15 - Isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela), dan kemudian pada
(3) dua loh batu (Kel 24:12 - Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka) yang berisi prinsip-prinsip dasar.
Kemudian
(4) seluruh Kitab Suci berisi edisi yang lebih luas dan lengkap (Rm 15:4 - Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci).
Pada saatnya
(5) Yesus muncul sebagai perwujudan yang sempurna dari kebenaran yang digambarkan dengan kehidupan-Nya sendiri yang bebas dari dosa (Yoh 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran). Jadi, Kristus edisi yang digambarkan.
Tujuan ilahi, pada akhirnya, ialah
(6) supaya hukum itu tertulis di hati manusia (Ibr 8:10 - Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku), dan akhirnya pedoman tersebut
(7) dinyatakan dalam kehidupan/tingkah laku mereka (2 Kor 3:2-3 - Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Kamu adalah surat Kristus, yang ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia). Jadi, perbuatan/tingkah laku orang Kristen menunjukkan Hukum Ilahi yang hidup.
(Sumber: sejarah.co).