Marc Mero adalah seorang mantan juara gulat WWC dan WWE. Pada usia mudanya, dia terjerat pada pergaulan buruk, menggunakan narkoba, dan menyaksikan puluhan dari teman-temannya meninggal karena cara hidup yang tidak benar.
Hari ini, Marc telah bertobat dan menjadi pengikut Kristus - dia sekarang bekerja sebagai pembicara untuk memotivasi orang-orang agar mengambil pilihan-pilihan yang benar di dalam hidup dan juga menemukan kebahagiaan sesungguhnya di dalam Yesus Kristus.
Artikel hari ini adalah kesaksian dari Marc tentang hubungannya dengan ibunya.
Jika kalian merasa orang tua kalian suka bikin malu, kalian belum bertemu dengan ibuku. Dia seringkali mempermalukan aku dengan luar biasa di depan teman-temanku.
Aku masih ingat waktu itu aku bermain football di kompetisi sekolah - Ibuku ikut berlari di pinggir lapangan ketika kami setim sedang berlari menyerang ke area musuh. Dia berteriak sambil berlari di samping lapangan dengan suara cemprengnya, “Marc-Marc! Bangun! Bangun!”
Dan ketika kami sedang huddle up, seorang temanku tertawa dan mengatakan: “Marc apakah itu ibumu?!”
Aku lalu menengok kepada ibuku, dan kembali meletakkan pandanganku kepada temanku, “Tidak, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya di dalam hidupku.”
HAHAHA ga lah bercanda … Tentu saja aku tidak mengatakan itu.
Aku menceritakan hal itu kepada kalian karena hal paling indah yang ibu saya pernah berikan kepadaku adalah: “Dia percaya kepada-ku.”
Aku sudah overdosis dari narkoba tiga kali di dalam hidupku. Aku seharusnya sudah mati saat ini. Tetapi aku percaya aku masih hidup hingga hari ini karena sebuah alasan.
Ada pepatah yang mengatakan: “Kamu tunjukkan kepadaku teman-temanmu, dan aku tunjukkan kepadamu masa depanmu.”
Aku tau pepatah ini benar, dan bagaimana aku bisa tau pepatah ini benar? Karena aku bergaul dengan para pecundang dan aku menjadi pecundang terbesar diantara semuanya.
Pada suatu hari aku dan teman-temanku baru pulang sehabis mabuk-mabukan, dan seorang temanku mengatakan: “Marc, lampu rumahmu masih menyala!”
Aku berkata, “Aduh! Ibuku masih bangun!”
Kalian tau, ibuku tidak pernah mau tidur sebelum dia tau aku telah pulang dengan keadaan masih hidup.
Ketika aku masuk ke rumah, dia menyapaku, “Hai Marc, bagaimana malam-mu?”
“Baik ma, aku uda mau tidur,” jawab-ku.
“Bisakah aku berbicara denganmu sebentar?” tanya ibuku.
“Ma aku cape. Aku mau tidur!”
“Marc, aku belum melihatmu seharian dan semalaman. Tolong bolehkanlah aku berbicara denganmu!”
“Biarkanlah aku sendiri! Ganggu aja!”
Dan aku membanting pintu kamarku ke depan satu-satunya orang yang mempercayaiku.
Tidak lama kemudian aku mengikuti sebuah ke-juara-an gulat di Jepang. Setelah seharian mengikuti pertandingan, aku masuk ke kamar hotelku dan aku langsung tertidur pulas.
Tiba-tiba tengah malam, sekitar pukul tiga pagi, aku mendengar ada yang mengetok pintu kamarku. Aku mengintip melalui lubang kecil di pintu, dan aku melihat promotor-ku. Aku membuka pintu, dan dia langsung berkata, “Marc, kamu harus menelpon ke rumah sekarang! Ada sebuah keadaan darurat!”
Aku menggunakan telepon hotel dan langsung menelpon ke rumah, “Hei, apa yang terjadi?”
“Marc … Aku tidak tau bagaimana cara mengatakan ini kepadamu.”
Aku mengatakan kepadanya, “Apa yang terjadi? Katakan saja kepadaku.”
Orang ditelpon mulai menangis. “Marc, aku tidak kuat untuk mengatakannya.”
Aku membalas, “cepat katakan saja!”
Dan dia mengatakan, “Marc… Ibu-mu meninggal.”
Telepon hotel itu terlepas dari tanganku dan jatuh ke lantai. Aku langsung berlari keluar dari kamar hotel, aku mengambil lift turun, dan ketika pintu lift terbuka aku langsung berlari ke tengah jalanan.
Aku berdiri di tengah jalanan Hiroshima pada pukul tiga pagi - aku masih ingat aku menatap ke langit dan mengatakan, “Ma … Maafkan Aku!”
Aku terbang kembali ke rumah untuk datang ke penguburan ibuku. Aku tidak tau harus berbuat apa, jadi aku hanya berdiri di belakang. Aku melihat dari kejauhan sambil berbisik di kepalaku sendiri, “Ma… Tolong bangun.”
Akhirnya aku memiliki keberanian untuk mendekat kepadanya. Ketika aku melihatnya dari dekat, aku melihat dia sangatlah cantik. Dia memakai pakaian berwarna putih, dia terlihat seperti seorang malaikat.
Aku berdiri di sebelahnya dan aku mengatakan, “Ma … Kau adalah pahlawanku! Semua yang aku capai hari ini semuanya adalah berkatmu. Kau telah mencintaiku! Kau telah memberikanku hidup! Kau satu-satunya orang yang percaya kepadaku!”
Dan bagaimana caraku membalasnya selama ini? Dengan mabuk-mabukan? Dengan narkoba? Dengan menjadi seorang pecundang?
Yang selama ini dia inginkan hanyalah untuk berbicara denganku … Aku berharap aku dapat berbicara denganmu saat ini ma … Aku berharap kau dapat melihat apa yang aku lakukan sekarang. Mengapa aku tidak bisa menjadi seorang anak yang lebih baik dulu?
Aku ingin mengingatkan kalian, hidup kita dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang kita buat. Dan jika kamu mengelilingi hidupmu dengan narkoba, alkohol, dan pil, kamu akan menemukan jalan buntu.
Aku hari ini disini untuk mengatakan kepadamu, aku telah melalui hidup seperti itu - dan itu meninggalkan hati yang hancur, hubungan yang hancur, harapan yang hancur, dan juga kematian!
Jika kamu memiliki seorang ayah atau seorang ibu, ketika kamu melihat mereka, maukah kamu mengatakan kepada mereka bahwa kamu mencintai mereka?
Hidupku dulu adalah tentang menjadi kaya dan terkenal. Aku harus menjadi seorang miliarder, sehingga aku dapat meningkatkan pernikahanku, keluargaku, dan teman-temanku. Dan aku menemukan sesungguhnya semua uang yang kamu dapatkan akan tetap membuatmu merasa sendirian dan kesepian.
Aku belajar apa yang sesungguhnya berharga, dan itu adalah hidup yang telah diberikan kepada kita dan juga keluarga yang telah dikaruniakan kepada kita.
Hidup bukanlah tentang apa yang kamu miliki di dalam kantungmu, tetapi tentang apa yang kamu miliki di dalam hatimu.
“Hidup bukanlah tentang memenangkan perlombaan. Hidup adalah tentang menyelesaikan perlombaan, dan berapa banyak orang yang dapat kita bantu untuk menyelesaikan perlombaan ini.” (Marc Mero)
(Sumber: Grace Depth)