Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Bini adalah seorang wanita yang sehari-harinya berjualan makanan di pasar untuk menghidupi keluarganya. Ia tinggal di desa Bejen, Kaliwungu, Semarang.
Suatu hari ia merasakan sakit di perut dan ketika ia meraba-raba perutnya, ia menemukan seperti ada yang mengganjal. Kemudian keluarganya mengantarnya ke RS di Solo yang fasilitasnya lebih lengkap.
Dari hasil USG, mereka mendapati bahwa ternyata ada tumor di perutnya. Namun ia tidak punya uang untuk biaya operasi. Ia pun pulang dan semakin hari perutnya membesar, seperti orang hamil 9 bulan.
Suatu malam, seorang misionaris Amerika yang sedang melayani di daerahnya, menengoknya. Denish memberitakan tentang jalan keselamatan yang hanya ada melalui Yesus Kristus dan bahwa kuasa-Nya yang ajaib dapat memberikan mujizat kesembuhan. Saat itu juga, Bini menerima Yesus dan mengimani kesembuhannya.
Esok paginya sekitar jam lima, ia buang air kecil. Air seninya hitam pekat seperti air kopi dengan bau menyengat. Perutnya yang besar lama-lama kempes. Saat ia mengecek kembali kondisinya di Rumah Sakit, tumornya sudah lenyap.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ayat ini berbicara bahwa untuk memiliki iman, manusia tidak perlu melihat secara jasmani.
Iman lahir ketika kita berharap pada Tuhan. Walaupun secara manusia, apa yang kita harapkan tidak bisa terjadi, tetapi percayalah bahwa Tuhan sanggup.
Maka, seperti yang dialami Ibu Bini, iman kita akan menjadi kunci yang melepaskan kuasa Allah dan mendatangkan mujizat Tuhan.
Bukan hanya mengalami, bahkan iman dapat membuat kita dipakai Tuhan, seperti misionaris tersebut untuk melakukan mujizat-Nya.
Sebelum bisa mengalami kuasa mujizat atau dipakai Tuhan untuk melakukan mujizat, kita perlu memahami rahasia mujizat, yaitu: iman.
(Renungan Keluarga Allah)