Bagi Yesus, persaudaraan sejati tidak bergantung pada masalah hubungan darah. Dimanakah letak persaudaraan sejati?
Menurut seorang ahli Kitab Suci, ada empat jalan menuju persaudaraan sejati: Persaudaraan sejati dapat dicapai melalui
1. Pengalaman yang sama, khususnya jika pengalaman itu benar-benar dijalani bersama. Bagi kita orang Kristen, pengalaman yang menjadikan kita saudara bukan hanya pengalaman keberhasilan yang sama. Dasar dari persaudaraan sejati diantara orang Kristen adalah pengalaman menjadi orang berdosa yang diampuni.
Karena hanya ketika kita menerima kelemahan kita dengan rendah hati dan tulus, serta tidak berpura-pura menjadi seorang supermen atau superwomen … saat itulah kita bisa mengetahui bahwa iman, harapan dan kasih selalu terhubung dengan kerendahan hati.
2. Ketertarikan yang sama untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Yesus Kristus, baik melalui bible study atau melalui pengalaman iman.
Mereka datang dari tempat yang jauh, dengan pekerjaan, kekuatiran dan usaha yang harus mereka lakukan … dan tetap menemukan persaudaraan baru di kelompok mereka karena ketertarikan yang sama.
3. Ketaatan yang sama. Para rasul adalah kelompok yang sangat beragam. Berbagai kepercayaan dan pendapat bercampur baur diantara mereka.
Matius pemungut cukai dan Simon orang Zelot adalah orang yang fanatik, nasionalis seharusnya mereka membenci satu sama lain.
Tetapi mereka terhubung dengan erat karena bersama-sama mereka telah menerima Yesus sebagai Tuan. Manusia dapat mengasihi satu sama lain hanya ketika mereka sama mengasihi Yesus Kristus.
4. Tujuan yang sama. Satu hal yang dapat mengikat manusia adalah dengan memiliki tujuan yang sama.
Jika persaudaraan datang melalui tujuan yang sama, maka orang Kristen melampaui yang lain. Karena sebagai orang Kristen kita semua bertujuan untuk mengenal Yesus lebih baik dan untuk membawa orang lain ke dalam kerajaan-Nya.
Kita mungkin memiliki perbedaan dalam berbagai hal, cara kita berpakaian, cara berbicara, cara bertindak, cara berpikir dsb. Tetapi tujuan ini … untuk mengenal Tuhan di atas segala hal adalah apa yang telah kita setujui bersama.
(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014 » Renungan Rm. Arthur Dingel).