Jack Ma adalah seorang guru bahasa Inggris yang kemudian menciptakan situs sederhana untuk melayani penerjemahan ke dalam bahasa Cina dengan seorang kawannya. Dalam beberapa jam, situs Ma mendapat respon melalui sejumlah surat elektronik dari berbagai belahan dunia.
Ketika baru segelintir rumah tangga di Cina memiliki komputer sendiri, Ma meninggalkan pekerjaannya sebagai guru untuk memulai bisnis online.
Di kampung halamannya di Hongzhou, kota yang terletak 100 mil sebelah timur Shanghai, Ma mendirikan perusahaan Internet Cina yang pertama terdaftar, yaitu situs indeks bisnis China Page.
Tidak puas dengan China Page, dengan bantuan 17 orang kawannya, pada tahun 1999 Ma memulai bisnis belanja online Alibaba dari apartemennya. Ketika internet mulai merambah Cina, Alibaba dimulai sebagai situs bagi usaha kecil dan menengah untuk melakukan jual beli secara online.
Kini dari sebuah perusahaan yang dimulai di kamar apartemen 15 tahun yang lalu, Alibaba menjadi perusahaan perdagangan online raksasa.
Jack Ma sekarang menjadi orang terkaya di Cina setelah mencetak uang lebih dari US$ 19,5 miliar (Rp 237 triliun). Hal ini terjadi setelah Alibaba mengumpulkan dana segar US$ 25 miliar (Rp 304 triliun) dalam penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Saham New York pada September 2014.
Majalah Forbes pun menobatkan IPO Alibaba sebagai pencetak rekor baru, dan Ma masuk dalam jajaran miliader terkaya.
Setelah banyak yang mengenalnya sebagai miliarder, Ma mengalami stres karena banyak orang yang memiliki harapan muluk padanya. Kata Ma: “Rasanya sakit saat mengetahui dirimu menjadi orang terkaya di dunia, dan semua orang hanya mengandalkanmu dalam urusan uang.”
Selain itu Ma merasa tidak bahagia karena ada banyak hal yang dipikirkan dan tidak bebas saat berjalan-jalan atau melakukan aktivitas di luar ruangan. Kata Ma: “Jika sudah begini, tak ada lagi yang bisa dinikmati. Akhirnya membelanjakan uang lebih sulit dari pada mencarinya.”
Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang paling pahit. Orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya (Pkh 6:2).
Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia (Prolog KGK 1)
Kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
Kita harus menyalibkan manusia lama kita supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia.
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini.
Jadi, serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Rm 6:1-14; 2 Kor 5:15; Flp 2:14).
Setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk menjadi “berkat” dan untuk memberkati (KGK 1669; 1 Ptr 3:9)
Marilah kita belajar dari seorang janda miskin (Luk 21:1-4):
[1-2] Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser, ke dalam peti itu
» pada zaman Israel kuno, apabila seorang suami mati, warisannya diberikan kepada anak laki-laki tertua dan janda orang yang mati itu dibuat tergantung pada anaknya itu. Seandainya anaknya itu tidak baik atau jatuh miskin, maka susahlah hidup sang janda.
[3-4] Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
» janda itu telah mengalami kasih-setia Allah dan dia benar-benar telah mengenal Allahnya sehingga berani mempraktekkan ketergantungannya kepada Allah secara radikal. Baginya, Allah jauh lebih berharga dari pada dua peser terakhir yang dimilikinya, semua yang ada antara dirinya dan kelaparan.
Tuhan menghendaki persembahan yang terbaik dari setiap umat-Nya, baik kaya mau pun miskin! Ingatlah! Tidak akan pernah ada kata kekurangan jika orang berani memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan, sebab Tuhan sudah memperlengkapinya dengan kecukupan yang melimpah dalam diri setiap umat-Nya.
Jadi, segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budimu, lakukanlah semuanya itu dalam nama Yesus sambil mengucap syukur (Kol 3:17; Luk 10:27).
Apakah kita sudah mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah? (Rm 12:1).
Apakah kita sudah mempersembahkan sesuatu (waktu, tenaga dan uang) dengan hati yang ikhlas dan sukacita? (Rm 12:8; 2 Kor 9:7).
Atau kita melakukan sesuatu karena ingin kelihatan baik di depan orang lain? Apakah kita memberi persembahan kita kepada Allah dari kelebihan kita?
Ataukah kita seperti sang janda miskin, yang percaya bahwa sungguh pantas dan layak bagi Allah untuk menerima segalanya yang kita miliki?
Berilah sedekah dari harta milikmu. Matamu jangan menyesal apabila engkau memberi sedekah. Mukamu jangan kaupalingkan dari seorang miskin, niscaya wajah Allahpun tidak akan dipalingkan dari padamu. Berilah sedekah sesuai dengan kekayaanmu. Dengan jalan itu kautimbun simpanan bagi dirimu untuk masa darurat. Sedekah merupakan persembahan yang baik ke hadapan Yang Mahatinggi bagi semua orang yang memberi (Tob 4:7-11)
(Sumber: Warta KPI TL No.127/XI/2014 » Renungan KPI TL Tgl 13 November 2014, Dra Yovita Baskoro, MM).