Kebahagiaan bukanlah berdasarkan atas apa yang saudara miliki; namun berdasarkan pilihan yang saudara ambil dalam memandang hidup ini. Masalah hati.
Jika hati kita merasa bahagia karena kita percaya di dalam Tuhan yang Maha Kasih, maka kita akan cenderung untuk melepaskan pandangan kita dari masalah yang ada.
Namun jika kita mengikuti keinginan kita atau tenggelam dalam masalah kita (besar/kecil), pandangan kita akan tertutup sehingga tidak bisa melihat rencana Allah bagi kita.
Keluhan yang terus menerus adalah balasan yang sangat menyedihkan atas semua kenyamanan yang kita nikmati (Benyamin Franklin).
Kebahagiaan adalah kebiasaan - mulailah mengembangkannya (Elbert Hubbard).
Kebahagiaan itu mirip seperti Oksigen, ketersediaannya di bumi ini sangat berlimpah, bahkan selalu tersedia.
Apabila seseorang mengalami kesulitan menghirup oksigen, pasti bukan karena oksigennya sudah langka, melainkan karena telah terjadinya gangguan di dalam sistem pernapasannya.
Demikian pula, jika kita kesulitan untuk berbahagia, pasti bukan karena persediaan kebahagiaan sudah langka, tapi karena telah terjadinya gangguan di dalam pribadi atau rohani kita.
Langkah Pertama untuk menikmati kebahagiaan: belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan dan berhenti mem-bandingkan diri dengan orang lain!
Orang yang selalu bersyukur adalah orang yang bisa menikmati keindahan dunia dan arti kebahagiaan hidup.
Syukuri yang telah di miliki, bukan malah membandingkan dengan apa yang tidak kita miliki, agar kebahagiaan selalu mengisi kehidupan.
Kapankah kebahagiaan akan di dapatkan, kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, tapi mengabaikan apa yang sudah kita miliki?
Jadilah pribadi yang selalu bersyukur dengan berkat yang sudah kita miliki. Ciptakanlah rasa damai dalam hati, agar kita bisa membahagiakan diri kita sendiri.
Bukan kejadian yg membuat kita bahagia atau tidak. Kita harus memilih di antara keduanya.
Kemarin sudah berlalu, esok belum tiba, kita hanya punya 1 hari, yaitu hari ini. Jangan sesali ketidak bahagiaan yang di alami, tapi buat sekarang bahagia, agar kelak tidak menyesali ketidak bahagiaan hari ini.
Separuh dari dunia salah menebak arah dalam berburu kebahagiaan. Mereka pikir kebahagiaan itu isinya adalah memiliki, mengambil, dan dilayani. Padahal kebahagiaan adalah saat bisa memberi dan melayani.
“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kol 3:15).
Kebahagiaan bukan terletak pada: kesenangan, uang, ketidak-percayaan, kemegahan dalam kuasa politik, kemegahan di bidang kemiliteran, kedudukan dan kemasyhuran.
Hanya di dalam Kristus. “Hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kebahagiaanmu dari padamu”.
Hanya di dalam Kristus. “Hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kebahagiaanmu dari padamu”.
- Ada damai sejahtera : Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu (Yoh 14:27).
- Ada penghiburan : Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh 14:27)
- Ada persekutuan : Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibr 13:15)
- Ada kehidupan: Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:36)
(Sumber: Warta KPI TL No. 02/VI/2004).
Kebahagiaan orang Kristen
Allah memberi panggilan ini kepada setiap manusia secara pribadi, tetapi juga kepada seluruh Gereja, kepada umat, yakni mereka yang telah menerima janji dan hidup darinya dalam iman (KGK 1719).
Kebahagiaan sejati tidak terletak dalam kekayaan dan kemakmuran, tidak dalam ketenaran dan kekuasaan, juga tidak dalam karya manusia – bagaimanapun juga nilainya tidak seperti ilmu pengetahuan, teknik dan kesenian – dan juga tidak dalam salah satu makhluk, tetapi hanya di dalam Allah, sumber segala yang baik dan segala cinta kasih.
Semua orang yang bertekuk lutut di depan kekayaan: manusia, kebanyakan orang, menyembahnya secara naluriah.
Mereka mengukur kebahagiaan menurut kekayaan, dan menurut kekayaan mereka mengukur juga nilai seseorang … semuanya itu berasal dari keyakinan bahwa dengan kekayaan orang bisa beroleh segala sesuatu.
Kekayaan salah satu berhala dewasa ini, dan selanjutnya kesohoran … kemasyhuran, kenyataan bahwa seseorang dikenal dan disanjung dunia telah dianggap sebagai sesuatu hal yang baik dalam dirinya sendiri, atau kebaikan tertinggi, satu obyek untuk dihormati (J.H. Newman).
Dekalog, kotbah di bukit, dan ajaran para Rasul menunjukkan kepada kita jalan menuju Kerajaan Sorga. Kita berjalan di jalan ini langkah demi langkah, dalam pelaksanaan tugas kita sehari-hari, ditopang oleh rahmat Roh Kudus. Oleh karya Sabda Kristus, lama-kelamaan kita menghasilkan buah di dalam Gereja demi kemuliaan Allah (KGK 1723).
Firman adalah Allah. Firman yang tertanam di dalam hatimu yang berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yoh 1:1; Yak 1:21)
Hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengarkan untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014).
Berilah kebahagiaan kepada orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan anda sendiri.
(Sumber: Warta KPI TL No.127/XI/2014).
Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata dan mulai memberikan balon kepada masing-masing peserta.
Dan kepada mereka masing-masing diminta untuk menulis namanya di balon tersebut dengan menggunakan spidol. Kemudian semua balon dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ruangan lain.
Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu dan diminta untuk menemukan balon yang telah ditulis nama mereka, dan diberi waktu 5 menit.
Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu dan diminta untuk menemukan balon yang telah ditulis nama mereka, dan diberi waktu 5 menit.
Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan. Waktu lima menit sudah usai, tidak ada seorang pun yang bisa menemukan balon mereka sendiri.
Sekarang masing-masing diminta untuk secara acak mengambil sembarang balon dan memberikannya kepada orang yang namanya tertulis di atasnya. Dalam beberapa menit semua orang punya balon mereka sendiri.
Sekarang masing-masing diminta untuk secara acak mengambil sembarang balon dan memberikannya kepada orang yang namanya tertulis di atasnya. Dalam beberapa menit semua orang punya balon mereka sendiri.
Akhirnya sang Motivator berkata: “Kejadian yang baru terjadi ini mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri (mirip dengan mencari balon mereka sendiri) dan banyak yang gagal.
Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka memberikan kebahagiaan kepada orang lain (memberikan balon kepada pemiliknya).
Berilah kebahagiaan kepada orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan anda sendiri.
(Sumber: Warta KPI TL No.127/XI/2014).