Ketika sedang makan siang, tiba-tiba datang seorang sahabat saya (X: berusia 13 tahun, SMP kelas 1). Sambil menahan air mata, X menceritakan keadaan dirinya yang sedang hamil, yang menghamilinya adalah ayahnya sendiri. Dia meminta saya menemaninya ketika dia berbicara dengan ibunya.
Sesampai di rumah X menumpahkan seluruh isi hatinya kepada ibunya. Ibunya berkata sambil menangis: "Jangan gugurkan kandungan ini, anak ini tidak bersalah apa-apa. Kita akan lewati bersama-sama, kita akan besarkan anak ini bersama-sama." Untuk menutupi aib keluarga, X berhenti sekolah.
Seringkali saya menengoknya, saya melihat X kadang-kadang menangis dan tertawa sendiri. Dia mengalami depresi berat karena hidup sendirian di sebuah kamar yang gelap, dipisahkan dari lingkungan luar.
Kadangkala X mengambil garpu atau pisau dan menusuki kepala dan perutnya. Dengan kejadian itu, ibunya terpaksa memindahkan anak perempuan satu-satunya itu ke sebuah perkebunan ayahnya. X dipasung dalam sebuah pondok kecil, dia hidup dengan seorang pembantu.
Suatu hari rantai besi yang membelenggu tangan dan kaki X terlepas, karena rantai itu sudah tiga belas tahun dipakai, sudah tua dan usang.
Setelah belenggu itu terlepas, X menyadari apa yang terjadi, lalu dia berlari mencari pisau dan mengangkat pisau itu ke atas sambil berteriak: "Tuhan, tidak ada yang peduli dengan hidupku, masa depanku sudah hancur. Aku mau mati saja. Tuhan, tolonglah aku ... ampunilah aku."
Tiba-tiba tangan kanan X yang memegang pisau itu seolah-olah ada yang menahannya. Terdengarlah langkah-langkah kaki mendekatinya, lalu memeluknya dengan kasih.
Ketika X dipeluk, dia meronta-ronta sambil berteriak: "Tuhan, Engkau kejam, selama ini Engkau berada di mana? Apakah Engkau tidak pernah sayang kepadaku. Kalau Engkau sayang kepadaku, mengapa hal ini Kau ijinkan terjadi dalam hidupku?"
Ketika emosi dan tangisnya mulai me-reda, X baru menyadari bahwa Tuhan begitu peduli kepadanya, dia melihat Tuhan juga ikut menangis sambil berkata: "Aku sangat mengasihimu, Aku mengampunimu."
Ketika Yesus melihat Maria menangis, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu ... maka menangislah yesus. Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya! (Yoh 11:33-36)
Lalu X membersihkan tubuhnya dan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah dia melihat ayahnya dalam keadaan lumpuh total.
Ketika X berkata kepada ayahnya, ayahnya hanya diam saja, menangis dan menatapnya dengan tajam seolah-olah berkata: "Maafkan ayah, perbuatan terkutuk itu ayah lakukan tanpa sadar karena ayah dalam keadaan mabuk setelah pulang dari sebuah acara."
Ayah X mengalami lumpuh total karena perasaan bersalah yang luar biasa terhadap X. Setelah X dimampukan Tuhan untuk mengampuni, maka terjadilah pemulihan di keluarganya. Tiga bulan kemudian ayahnya meninggal.
Setiap orang yang membenci adalah seorang pembunuh (jiwa) -manusia (1 Yoh 3:15)
Kisah nyata ini saya ceritakan atas persetujuan X. Melalui kisah ini saya (Jason Chang - lih. Percaya tanpa ragu) mengetahui bahwa Tuhan tidak pernah mengijinkan maut menjemput nyawa ayahnya sampai anaknya pulang mengampuni dan Tuhan memulihkan segala sesuatunya.
Selain itu, anak yang dikandung X dalam keadaan sehat, meskipun dilahirkan pada usia 8 bulan dan ditolong oleh seorang dukun beranak. Jadi, pertemuan secara pribadi dengan Tuhan, membawa perubahan hidup seseorang.
Selain itu, anak yang dikandung X dalam keadaan sehat, meskipun dilahirkan pada usia 8 bulan dan ditolong oleh seorang dukun beranak. Jadi, pertemuan secara pribadi dengan Tuhan, membawa perubahan hidup seseorang.
Pendakwa mendakwa siang malam di hadapan Allah kita. Mereka - mengalahkan dia oleh darah Anak Domba dan oleh perkataan kesaksian mereka. (Why 12:10-11).
(Sumber: Warta KPI TL No.119/III/2014 » Kesaksian Jason Chang, pencipta lagu "Sentuh Hatiku").