Setelah lulus dari kuliah S1, kakak saya bertanya: “Kenapa kamu tidak melanjutkan kuliah lagi?” Jawab saya: “Biayanya terlalu mahal, dari pada untuk biaya kuliah, lebih baik saya belikan rumah.”
Mendengar jawaban itu, kakak saya langsung menjanjikan akan membiayai kuliah saya.
Berbekal janji itu, maka saya mencari kampus yang lebih murah biayanya. Satu bulan lamanya saya menunggu transfer uang kuliah, tetapi uangnya tidak kunjung ditransfer.
Saya bercerita pada kakak saya yang lainnya, lalu dia mendesak saya untuk menagihnya. Dalam keadaan bimbang saya berdoa: “Tuhan, saya nggak tahu mesti bagaimana?”
Tiba-tiba saya diingatkan firman di Yer 17:5 – “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri”. Begitu mendengar firman itu, saya memohon ampun pada-Nya.
Untuk pembiayaan awal kuliah, saya berhutang pada kakak saya yang lainnya. Pada suatu hari, kakak saya berkata: “Aku bosan sama kamu, setiap kali datang ke sini selalu berhutang. Cobalah untuk sms pada yang menjanjikan biaya kuliahmu.”
Menjelang ujian, saya harus sudah membayar lunas biaya kuliah. Dalam keadaan bimbang saya sms pada kakak saya yang menjanjikan biaya kuliah.
Ternyata Tuhan mengetuk hatinya, malam itu juga saya mendapatkan balasan sms, katanya: “Aku sudah transfer biaya kuliahmu.”
Setelah membaca SMS itu saya langsung bersyukur sekaligus juga memohon ampun pada Tuhan karena dalam menghadapi suatu permasalahan lebih banyak mengandalkan logika daripada percaya pada-Nya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 94/II/2012).
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu.
(Mrk 11:24)