Berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “… Aku mengutus engkau kepada Isai, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.”
Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukanlah yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.”
Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semua?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.”
Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnya menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” (1 Sam 16:1-12).
Ketiga anak Isai yang besar-besar pergi berperang, Daud adalah anak bungsu dari 8 bersaudara, menggembalakan domba ayahnya (1 Sam 17:12-13, 15).
Meskipun tidak diperhitungkan dunia (Mzm 27:10 - ayah dan ibunya meninggalkannya; 1 Sam 17:28 - saudaranya marah mendengar perkataannya; 1 Sam 17:33 - orang lain melecehkan kemampuannya), Daud tidak mengizinkan jiwanya terluka.
Dia menjaga hatinya, sehingga matanya indah dan parasnya elok (Ams 4:23; 1 Sam 16:12), jiwanya menyadari bahwa kejadiannya dahsyat dan ajaib (Mzm 139:14), dia menyadari bahwa Tuhan menyambutnya meskipun orang-orang disekitarnya menolaknya (Mzm 27:10).
Ada tujuh ciri-ciri hati yang benar di hadapan Tuhan
1. Hati yang selalu dibaharui setiap hari (Yeh 36:26)
* Selalu mau bertobat
Di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru (2 Kor 5:17). Jadi, kita harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu (Kis 26:20).
* Suka dekat dengan Allah
- Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya (Mzm 100:4). Allah bersemayan di atas puji-pujian orang Israel (Mzm 22:4).
- Allah adalah Roh, jadi kita harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24).
- Dengan berdoa, kita mengenal Tuhan secara pribadi.
- Orang yang kesukaannya merenungkan Taurat siang dan malam … menghasilkan buahnya … apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm 1:1-3).
* Suka berbuat baik
Tuhan itu baik dan benar (Mzm 25:8), Bapa yang penuh belas kasihan (2 Kor 1:3). Sebagai anak-anak-Nya, hati kita juga harus selalu dipenuhi dengan belas kasihan.
2. Hati yang patah dan remuk
* Dari kesombongan
Orang sombong adalah orang yang menghargai dirinya secara berlebihan, mudah tersinggung, melihat orang lain lebih rendah dari kita.
* Dari pembenaran diri sendiri
Orang yang suka membenarkan dirinya (tegar tengkuk, luarnya bisa lemah lembut tetapi dalam hatinya keras) adalah orang yang tidak mau mengakui kesalahan dan dosanya, merasa benar sendiri.
Orang yang hatinya sudah patah dari pembenaran diri, menghargai dirinya secara wajar, selalu bersandar kepada kemurahan Allah. Dia akan selalu meminta Allah untuk membenarkan dia karena dia tidak pernah sanggup untuk membenarkan dirinya. Jadi, kalau orang lain menyalahkan kita, belajarlah untuk diam.
* Dari rasa berpuas diri
Orang yang merasa puas dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan Tuhan dan sesama. Jika hati kita remuk kita membutuhkan Tuhan, sesama dan berkomunitas. Karena tanpa orang-orang seiman disekeliling kita, kita sulit untuk berakar, bertumbuh dan berbuah dengan benar.
3. Hati yang hanya percaya kepada Kristus
Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yoh 7:38).
4. Hati yang suci
Jika kita ingin melihat Allah, hati kita harus suci (Mat 5:8), bebas dari pengaruh kejahatan dunia dan menjauhi hal-hal berdosa.
5. Hati yang berdoa
* Percaya kepada Tuhan.
* Rindu kepada Tuhan.
* Membangun keakraban dengan Bapa.
6. Hati yang merasakan konflik di dalam dirinya
Konflik dalam hati adalah hal yang wajar (keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh - Gal 5:17), karena kita hidup di dalam dunia yang jahat (1 Yoh 5:19).
Kekuatan baik atau jahat yang akan menang? Yang sering diberi makan. Jika kita memberi makan roh kita dengan firman Tuhan, maka kita akan menjadi pemenang.
Tetapi jika kita memberi makan roh kita dengan seluruh standard dunia maka kita akan kalah.
Misalnya masalah “mengampuni” , standard dunia: tujuh kali; firman Tuhan: tujuh puluh kali tujuh kali (Mat 18:21-22).
7. Hati yang tulus ikhlas
Tulus ikhlas artinya “Jika ya, katakan: ya, jika tidak katakan: tidak, apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Mat 5:37), ada resikonya kalau orang tidak suka dengan kita; tidak munafik, mulut, hati dan kepala jadi satu.
Hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni, sehingga kita dapat menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh (Ibr 10:22).
(Sumber: Warta KPI TL No.113/IX/2013 » Renungan KPI TL tgl 4 Juli 2013, Dra Yovita Baskoro, MM)