Marilah kita belajar dari gaya hidup jemaat yang pertama (Kis 2:41-47)
[41] Orang-orang yang menerima perkataan-Nya (5) itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa
» Petrus adalah orang biasa yang tidak terpelajar (Kis 4:13), berkat urapan Roh Kudus, ia berani bangkit, memberikan kesaksian dan menasehati angkatan yang jahat.
Hal ini terjadi karena kuasa Roh Kudus, Roh Kudus memimpin Petrus ke dalam seluruh kebenaran sehingga ia dapat menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.
Pengkotbah yang pandai secara teori duniawi tanpa urapan Roh Kudus, hidup pendengarnya biasa-biasa saja, tidak ada perubahan hidup yang lebih baik.
Hal ini terjadi karena tidak ada kata-kata yang tertanam dalam jiwa pendengarnya sehingga hati pendengarnya tetap menebal (Kis 2:4, 14-40; Luk 10:21; Yoh 18:8-13; Mat 13:15; Luk 8:1-15).
[42] Mereka bertekun dalam pengajaran (2) rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (1)
[43-45] Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya (3) tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya (4) kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
[46] Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah (6). Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah (7). Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap.-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan
» karena mempunyai gaya hidup yang berkenan di hati Tuhan, maka disukai semua orang.
Ada 7 gaya hidup yang berkenan di hati Allah
1. Berdoa
Berkat merupakan tindakan dasariah doa Kristen: pertemuan antara Allah dan manusia. Di dalam berkat itu, anugerah Allah dan penerimaannya oleh manusia bersatu dalam sapaan timbal balik.
Doa yang memberkati adalah jawaban manusia atas anugerah-anugerah Allah. Karena Allah memberkati, maka hati manusia dapat memuja Dia yang adalah sumber segala berkat (KGK 2626). Berkat pergaulan ini, terjadi perubahan dalam gaya hidup manusia (Bdk. Ams 13:20).
Seperti halnya bernafas, kita dapat berdoa setiap saat dalam begitu banyak kegiatan fisik dan urusan duniawi. Namun, kita tidak pernah berdoa sungguh-sungguh kalau kita tidak berdoa secara eksklusif pada saat-saat atau waktu-waktu tertentu dalam keseharian hidup kita.
Berdoa setiap saat dalam setiap kegiatan fisik dan urusan duniawi amat dangkal dan sebentar saja sifatnya sama seperti membasahi kepala dengan segelas air.
Berdoa secara eksklusif terpisah atau terlepas dari kegiatan fisik dan urusan duniawi bersifat mendalam dan lama, sama seperti merendam seluruh badan di dalam sebuah kolam air yang sejuk dan nyaman. Kepuasan dan kesegarannya lebih meresap dan lebih bertahan lama dalam diri dan hidup kita.
Apabila kita benar-benar berada dalam keadaan gawat darurat (artinya, benar-benar tidak ada lagi tempat dan waktu yang khusus dan eksklusif untuk berdoa karena tumpukan pekerjaan fisik dan urusan duniawi), mau tidak mau barulah kita menerima dan membenarkan prinsip kontemplasi dalam aksi atau berdoa dalam setiap pekerjaan fisik.
Dalam berkontemplasi dalam aksi, kita “… melihat wajah Allah dalam segala sesuatu, dalam diri setiap orang, di mana pun, sepanjang waktu, dan tangan-Nya dalam semua kejadian, dan membuat kita melakukan segala yang kita lakukan (apakah kita berpikir, belajar, bekerja, berbicara, makan atau beristirahat) menjadi tersedia sepenuhnya bagi Dia dalam bentuk apa pun Dia mendatangi kita.
Kontemplasi dalam aksi pada alur ini adalah sesuatu kesadaran iman bahwa Tuhan hadir dalam segala sesuatu yang ada di sekitar kita atau di depan kita (Mzm 139:1-10).
Jika kita bersungguh-sungguh mengarahkan hati kepada Allah, maka Allah yang adil akan berbelas kasih kepada kita dan memulihkan hidup kita (Bdk. Kej 18:17-32).
Tetapi jika kita tidak berdoa atau salah berdoa maka berkat Allah tidak akan tercurahkan bagi kita. Jadi, kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan (Mat 26:41).
2. Suka membaca, mendengar dan merenungkan firman Tuhan
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17).
Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12).
Yang kesukaannya merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam … apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm 1:2-3).
3. Memiliki dasar yang benar
Sebagai anak-anak yang kekasih, kita harus menjadi penurut Allah (Ef 5:1).
Kita harus membangun rumah di atas dasar emas, perak dan batu permata (pekara-pekara rohani, pekara yang tahan uji dan yang memiliki kekekalan), sehingga ketika dalam kancah penghinaan, kita bisa menerima segala-galanya dengan sabar (1 Kor 3:12; Sir 2:4-5).
Karena kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm 8:28). Hal ini seperti mendirikan rumah di atas batu, hujan dan angin tidak merubuhkan rumah itu.
Jadi, kita harus memiliki dasar “Kristus” yang adalah “batu karang” (Mat 7:24-25; 1 Kor 3:11; 10:4). Caranya mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya sehingga menjadi orang bijaksana.
Jika kita membangun rumah di atas dasar kayu, rumput kering atau jerami (pekara-pekara jasmani/duniawi, tidak tahan uji, fana). Hal ini seperti mendirikan rumah di atas pasir, hujan dan angin merubuhkan rumah itu dan hebatlah kerusakannya. Orang bodoh mendengar firman Tuhan dan tidak melakukannya (1 Kor 3:12; Mat 7:26-27).
Pemimpin yang meletakan dasar iman dan umat yang harus memperhatikan dan membangun di atasnya sesuai dengan panggilan-Nya (1 Kor 3:10).
4. Kepedulian terhadap sesama dan saling tolong-menolong
Kasih itu murah hati (1 Kor 13:4).
Jika kita melakukan segala sesuatu untuk seorang yang paling hina menurut dunia, maka Allah Bapa di sorga akan membalasnya kepada kita (Mat 25:40; 6:4).
Dengan bekerja, kita harus membantu orang-orang yang lemah (Kis 20:35). Hendaklah sekarang ini kelebihanmu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan (2 Kor 8:12-15).
5. Manusia batiniah harus dibaharui dari sehari ke sehari (2 Kor 4:16-18).
Syaratnya “hidup dalam pertobatan setiap hari”. Pertobatan terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan perdamaian, bantuan bagi orang miskin, pelaksanaan dan pembelaan keadilan dan hukum (Bdk. Am 5:24; Yes 1:17), pengakuan kesalahan sendiri, teguran persaudaraan, pemeriksaan cara hidup sendiri, pemeriksaan batin, bimbingan rohani, penerimaan sengsara, dan ketabahan dalam penghambatan demi keadilan.
Setiap hari memikul salibnya dan mengikuti Kristus adalah jalan yang paling aman untuk pertobatan (Bdk. Luk 9:23). Pembacaan Kitab Suci, doa Bapa Kami dan Ibadat Harian, tiap menghormati Allah secara jujur dan tindakan kesalehan, menghidupkan roh pertobatan dan metanoia di dalam kita, dan turut membantu pengampunan dosa-dosa kita (KGK 1435, 1437).
Jika hal ini dilakukan dalam suatu komunitas maka dalam komunitas itu akan ada banyak urapan dan karunia-karunia.
6. Tetap mengandalkan Tuhan
Jika kita mengandalkan Tuhan maka kita akan menerima
1. Berkat rohani: memiliki kualitas hidup yang lebih baik sehingga kita bisa berakar, bertumbuh dan berbuah (Yer 17:7-8).
2. Berkat jasmani: pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan kita. Jadi, kita harus tekun dan giat melakukan bagian kita dengan mengejar pekara-pekara rohani (bersaksi – Kis 22:15; memberitakan Injil – 2 Tim 4:2; mengajak ke Gereja - Yes 58:13-14) terhadap apa yang sudah Tuhan percayakan pada kita (keluarga, pekerjaan, pelayanan) dan bagian Tuhan yang memberkati kita secara jasmani dan rohani.
Bagianku berpegang pada firman-firman-Nya. Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Mzm 119:57; Ams 10:22)
7. Senantiasa bersukacita memuji dan menyembah Tuhan
Tuhan bersemayam di atas puji-pujian (Mzm 22:4). Jadi, kita harus bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, bersukacita dan bersukaria, bermazmur bagi-Nya dengan menceritakan segala perbuatan-Nya yang ajaib (Mzm 9:2-3).
Mari kita mempertahankan gaya hidup ini agar mahkota yang Tuhan sediakan bagi kita dapat kita peroleh kelak dikemudian hari. Tanpa gaya hidup kerohanian seperti ini kita tidak bisa menikmati janji-janji Tuhan.
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan, yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia (Yak 1:12).
(Sumber: Warta KPI TL No.110/VI/2013 » Renungan KPI TL tgl 13 Juni 2013, Dra Yovita Baskoro, MM).