Sejak kecil ibunya sudah menanamkan pengertian tentang kehidupan yang kekal, yaitu sorga yang ia juga yakini bahwa di sanalah ayahnya juga telah berbahagia bersama Yesus, Bunda maria, para malaikat, dan semua orang kudus.
Suatu ketika ibunya jatuh sakit payah sehingga tidak mampu mengurus anak-anaknya. Maka dipanggillah nenek dan adik dari ibunya untuk mengurus mereka.
Namun, kedatangan mereka membuat Margareta kecil selalu sedih karena apa yang dilakukannya selalu salah di mata neneknya sehingga ia sering dimarahi.
Yang paling menyedihkan hatinya adalah tatkala dia tidak boleh pergi ke Gereja untuk mengikuti Misa kudus. Neneknya menganggap bahwa ke Gereja itu tidak penting; kalau mau berdoa mengapa harus ke Gereja, di rumah juga bisa.
Saat itu dia berpikir, “Kalau demikian lalu apa artinya pengurbanan Tuhan Yesus?” Apa perlunya Tuhan mengadakan perjamuan? Apa perlunya Kristus mengadakan perjamuan terakhir yang selalu dihadirkan kembali dalam Misa kudus? Ya, kecuali kalau menganggap bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus tidak penting.
Pasti Yesus sangat sedih melihat sikap seperti ini. Masalahnya bagi Margareta kecil adalah dia tidak dapat membantah neneknya. Oleh sebab itu Margareta kecil sering mencari-cari alasan sehingga ia bisa ke Gereja secara sembunyi-sembunyi.
Dalam doa setelah menyambut komuni, Margareta kecil sering mengatakan, “Semoga Tubuh dan Darah-Mu semakin memperkuat imanku dan memberikan ketabahan kepadaku untuk selalu setia kepada-Mu.”
Namun, kepergian Margareta ke Gereja akhirnya diketahui juga oleh neneknya sehinga dia mendapat marah dari neneknya.
Saat ia menginjak masa remaja, seorang tuan tanah berusaha meminangnya. Neneknya pun memaksakan untuk mau menerima pinangan dari si tuan tanah itu, namun tanpa ada yang mengetahui ternyata Margareta telah berjanji kepada Yesus bahwa ia ingin hidup dalam kemurnian dan ingin menjadi biarawati.
Akhirnya Tuhan membimbingnya untuk dengan pasti menentukan sebuah pilihan, yaitu menjadi seorang biarawati. Ia tahu bahwa Tuhan yang memilihnya untuk menjadi mempelai-Nya.
Suara Tuhan semakin menggema di hatinya, semakin lama semakin menggetarkan. Pikirannya seolah-olah dijernihkan oleh kekuatan Roh. Oleh sebab itu, ia mampu menentukan pilihannya dengan sangat mantap walau seluruh keluarganya berharap ia mau menerima pinangan tuan tanah tersebut.
Akhirnya pada tanggal 20 Juni 1672 dalam usianya yang ke-23, Margareta masuk biara Paray-le-monial Perancis setelah mengalami perang batin yang amat hebat.
Akan tetapi, penderitaan Margareta tidak berhenti di sini. Ternyata di dalam biara pun dia masih harus mengalaminya. Beberapa tugas yang dilakukannya selalu gagal, sehingga ia merasa dirinya sama sekali tak berarti.
Dalam biara seringkali ia dimarahi, kadang juga tanpa alasan yang pasti. Namun, dengan tabah dan tanpa mengeluh ia menerima semuanya itu.
Pada suatu hari, antara tahun 1673-1675 Yesus menampakkan diri kepadanya saat ia sedang berlutut di dekat tangga altar. Saat itu terlihat olehnya, Yesus tampak di hadapannya dengan pakaian yang bercahaya dadanya terbuka, hati-Nya terlihat terang dan jelas sekali. Di atas Hati Suci itu ada api yang bernyala-nyala dan di tengah-tengahnya terlihat sebuah salib indah. Di sekeliling Hati Ilahi terbentuklah mahkota duri yang panjang-panjang dan tajam. Hati Yesus yang maha suci tertembus!
Luka-Nya lebar dan dalam. Darah menetes keluar dan jatuh ke atas tepi lengan baju-Nya yang bercahaya seakan-akan bertahta permata yang mulia dan sangat mahal.
Dengan tangan kanan-Nya Dia menunjukkan Hati-Nya yang ajaib, sementara tangan kiri-Nya memberkati Margareta. Dari telapak tangan itu memancar ikatan cahaya.
Dalam penampakan itu, Yesus meminta untuk menganjurkan kebaktian khusus kepada Hati Kudus Yesus, sebab inilah tanda cinta kasih Tuhan kepada manusia.
Tiap-tiap bulan pada hari Jumat pertama, Yesus datang menampakkan Hati Ilahi-Nya dan kadang-kadang luka-luka yang lain kelihatan pula. Tiap-tiap hari itu Yesus memperlihatkan kesedihan-Nya, karena cinta-Nya tidak diterima umat manusia.
Sekali peristiwa dalam sebuah penampakan kepada Margareta, Yesus menunjukkan dua jenis kehidupan, yaitu pertama adalah jenis kehidupan yang penuh kenikmatan, kebesaran, dan kehormatan.
Sedangkan jenis kedua merupakan kehidupan yang penuh sengsara, kesedihan, dan kesusahan. Saat itu Tuhan meminta supaya Margareta memilih salah satu kehidupan tersebut.
Akan tetapi, Margareta menjawab, ”Tidak akan kupilih yang mana pun. Kehendak-Mu sajalah yang akan kuturuti.”
Wajah Yesus dilihatnya semakin berseri dan kemudian Dia mengatakan, ”Jika demikian, terimalah tanda kasih-Ku yang Mahabesar!”
Kemudian diberikan-Nya kepada Margareta jenis kehidupan yang kedua, yakni kesengsaraan, kesedihan, dan kesusahan. Sejak saat itu amat banyaklah penderitaan yang harus dipikul oleh Margareta hingga ia mencapai kesucian hidupnya.
Tanda kasih Yesus berupa duabelas janji Hati Kudus-Nya, yaitu:
1. Aku akan menganugerahkan karunia yang dibutuhkan dalam suatu keadaan mendadak.
2. Aku akan mengaruniakan damai dalam keluarga-keluarga mereka.
3. Aku akan menghibur mereka dalam segala penderitaan.
4. Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup khususnya pada saat menghadapi maut.
5. Aku akan mencurahkan berkat atas segala usaha mereka.
6. Para pendosa akan menemukan dalam hatiku sumber dan samudera belaskasihan yang tak terbatas.
7. Orang-orang yang dingin hati akan memperoleh karunia semangat kerajinan untuk berbuat baik.
8. Orang-orang yang bersemangat dan rajin akan berkembang dengan cepat menuju kesempurnaan yang tinggi.
9. Para imam akan memperoleh karunia-karunia, agar mereka sanggup melunakkan hati yang paling keras dalam dosa.
10. Aku akan memberkati rumah-rumah di mana patung atau gambar hati-Ku yang terkudus ditempatkan dan dihormati.
11. Nama setiap orang yang menyebarluaskan penghormatan ini akan tertulis di dalam hati-Ku dan tak akan pernah terhapus.
12. Aku tak akan membatalkan sedikitpun karunia-karunia bagi semua orang yang ingin memperolehnya dalam hati-Ku.
Melalui Margareta Yesus juga menyampaikan sebuah janji agung, “Aku menjanjikan bahwa cinta-Ku yang Mahakuasa akan mengaruniakan anugerah kepada kepada setiap orang yang menyambut komuni suci pada sembilan hari Jumat pertama berturut-turut. Mereka akan meninggal dengan selamat.” Itulah janji Yesus yang harus disebarluaskan.
Penampakan Yesus kepada Margareta akhirnya diketahui juga oleh para suster yang lain. Namun, mereka justru menambah penderitaan Margareta dengan segala cemoohan mereka yang menyakitkan.
Akan tetapi, puji Tuhan, Dia memperoleh bantuan rohani yang sangat menolong dari seorang Pater Yesuit yang sangat berpengalaman, yaitu Pater Claud La Colombiere.
Pater ini berani menentang pikiran banyak orang dan Dia percaya atas kelurusan dan kesucian Margareta. Berkat rahmat Allah dan usaha mereka berdua akhirnya banyak orang percaya pada kerahiman dan belaskasihan Allah.
Banyak dari antara mereka yang berhasil ditobatkan dari dosa. Mereka yang sesat pikirannya dikembalikan pada jalan Allah. Penampakan Yesus dan anjuran Margareta sangat berpengaruh dalam kehidupan rohani serta kebiasaan umat Katolik terutama dalam penghormatan terhadap Hati Kudus Yesus dan Sakramen Mahakudus.
Akhirnya pada tanggal 17 Oktober 1692 dalam usia 43 tahun Margareta diperkenankan untuk berjumpa dan bersatu dengan Allah Bapa di sorga setelah 20 tahun hidup dalam biara.
Perjalanan hidup Margareta memang layak untuk diteladani, terutama kesucian hatinya dan pengurbanannya. Penyerahan diri kepada Yesus yang dilakukannya dengan sepenuh hati itulah yang membuat Yesus semakin mengasihinya.
Oleh karena kesucian hidupnya maka pada tanggal 13 Mei 1920 Margareta Maria Alacoque digelar Santa oleh Paus Benedictus XV. Pemberian gelar ini bertepatan dengan peringatan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Dan setiap tanggal 16 Oktober Santa Margareta Maria Alacoque diperingati oleh Gereja.
(Sumber: Warta KPI TL No. 98/VI/2012 » www.carmelia.net © 2008).