06.24 -
*Pertobatan*
Pertobatan yang menyembuhkan
Ketika dia sedang berjalan-jalan di keramaian pertokoan sambil memikirkan skenario bagaimana cara bunuh diri, tiba-tiba matanya menangkap suatu tayangan menarik di televisi yang ada di sebuah toko. Segera dia berhenti sebentar.
Saat itu tengah disiarkan film dokumenter tentang karya Muder Teresa beserta para suster Misionaris Cintakasih.
Pria yang putus asa ini menangkap tayangan dramatis dari seorang suster Misionaris Cintakasih (bukan Muder Teresa yang tengah melayani saat itu) yang sedang merawat seorang gelandangan sekarat dengan begitu tulus dan penuh kasih.
Suster ini langsung menyentuh borok dan luka bernanah tanpa sarung tangan dan tanpa merasa jijik sedikit pun. Nampak bagaimana dengan senyum tulus penuh kasih dihiburnya orang sekarat itu.
Menyaksikan tindakan cintakasih yang begitu tulus dan murni, begitu dramatis dan menyentuh, pria depresi ini langsung berlutut di tempat di mana dia berdiri. Dia mengalami cinta Allah menguasai dirinya sedemikian rupa, turun langsung atas dirinya. Menangislah dia sejadi-jadinya. Begitu terharu.
Pengalaman itu langsung menghentak kesadarannya bahwa Tuhan itu sungguh ada. Dia pun membatalkan niatnya untuk bunuh diri dan bertobat.
Di zaman Gereja Perdana ada seorang bernama Saulus yang hatinya begitu berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh orang-orang Kristen perdana (Kis 9:1).
Dengan semangat militan, Saulus membinasakan jemaat perdana. Dimasukinya rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara (Kis 8:3).
Sampai suatu ketika, ia meminta otoritas yang lebih penuh dari Imam Besar untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik agar dapat menangkapi para pengikut Kristus. Dalam perjalanannya itu, ketika ia sudah dekat kota Damsyik, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia (Kis 9:3).
Oleh sinar ilahi, Saulus rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”
Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” (Kis 9:4-5). Lewat kejadian ini Saulus buta selama tiga hari dan setelah sembuh kelak berganti nama menjadi Paulus, seorang misionaris besar (Kis 9:4-16).
Kedua kejadian di atas menceritakan pertobatan sebagai kejadian yang ilahi. Terjadinya amat dramatis dan instan lewat intervensi ilahi. Pengalaman pertobatan seperti ini biasanya sungguh menyembuhkan dan mengubah.
Pertobatan ini terjadi karena kebijaksanaan dan kerahiman Allah semata. Pertobatan ini merupakan karya Allah semata. Tidak semua orang dianugerahi pertobatan seperti itu. Sah-sah saja apabila kita merindukannya. Namun demikian, kita tetap dipanggil untuk mengupayakan pertobatan terus-menerus dengan usaha sendiri.
Mengapa dari diri kita perlu mengupayakan pertobatan?
Alasan teologisnya:
1. Supaya kita bisa masuk Kerajaan Allah (Mat 3:2; 4:17; Mrk 1:`15; Luk 3:3).
2. Yesus datang supaya orang berdosa bertobat (Luk 5:32).
Alasan praktisnya, namun cukup penting:
1. Dosa membuat jiwa kita terluka dan makin pecah (tidak utuh).
2. Dosa dapat menyebabkan penderitaan batin, yang pada akhirnya bermuara menyebabkan penyakit fisik (Yoh 5:14; Mrk 2:11; 1 Kor 11:29-32).
Rm Emeliano Tardif MSC dalam bukunya Yesus Hidup, Jesus esta Vivo - kesembuhan dengan didahului pertobatan pribadi dari dua orang bernama Anette Giroux dan Marino. Mereka melakukan dosa perzinahan (kumpul kebo), setelah mereka bertobat dari dosanya, Anette disembuhkan dari sakit parkinson, Marino juga disembuhkan dari sakitnya (borok yang bernanah dan kecanduan alkohol).
Francis MacNutt dalam bukunya Healing รจ dia menyaksikan dan mendengar sendiri dalam pelayanan penyembuhannya bagaimana penyakit-penyakit misalnya kanker, tumor, radang usus besar, sakit pada dada disembuhkan setelah si sakit lebih dahulu bertobat. Penyembuhan terjadi setelah si sakit bertobat dari kepahitan, rasa benci, rasa putus asa, dan dendam.
Pertobatan dan pengampunan dapat menjadi kunci yang baik untuk mengalami kesembuhan fisik dan batin
Banyak sekali pasien sudah tidak bisa ditangani oleh logika-logika medis disembuhkan oleh upaya penyembuhan murah meriah yang dinamakan cinta (Dr. Bernie Siegel – seorang dokter bedah di Amerika).
Pasangan romantis yang sedang jatuh cinta, biasanya jarang mengalami kelelahan fisik. Banyak penyakit fisik jadi hilang (penelitian di Yayasan Menninger Topeka, Kansas, USA).
Anak monyet yang dipisahkan dari induknya mengalami penurunan kekebalan yang begitu drastis (Dr Christopher Coe dari Stanford University).
Film-film yang bertemakan kasih sayang dan cinta bisa meningkatkan immunoglobin-A dalam air liur. Film tentang karya-karya Muder Teresa juga menghasilkan immunoglobin-A pada banyak penonton terutama mereka yang mempunyai altruistik atau mementingkan orang lain (David Mc. Clelland dan Carol Kirshnit, psikolog dari Harvard University).
Muder Teresa beserta suster-susternya tidak kejangkitan penyakit kendati melayani tanpa sarung tangan dan sering berkontak dengan mereka yang berpenyakit kronis dan menular.
Kurangnya cinta menjadikan kita rentan terhadap penyakit.
Berdasarkan penelitian di atas, maka kita perlu melakukan fitness rohani, semacam latihan-latihan agar rohani kita menjadi fit dan sehat. Sebab jikalau rohani kita sehat maka fisik pun jadi fit dan sehat.
1. Pemeriksaan batin yang rutin
Apabila terdeteksi rasa pahit, kemarahan, kekecewaan, kebencian dan dendam menghantui kita, segera upayakan membuangnya. Caranya: mohon ampun pada Tuhan dalam doa pribadi; melakukan “faal iman” yang berlawanan dengan perasaan-perasaan negatif itu.
2. Mandi batin (Sakramen Pengampunan Dosa)
Ini penting dilakukan secara rutin. Terus menyimpan dosa ibarat memelihara sel-sel kanker. Dosa juga telah membuat kita kotor di hadapan Tuhan. Gereja telah menyediakan sarana bagi kita untuk “mandi batin”. Dengan mendatangi bilik pengakuan dosa, keluar dari sana diri kita akan “bersih” kembali.
Ketika mengakukan dosa di hadapan seorang imam, ada tiga hal yang perlu, yakni:
Rasa sesal yang mendalam (contritio – KGK No. 1451-1454), menyebutkan secara jelas dan rendah hati segala dosa yang diperbuat tanpa pembelaan diri (confession – KGK No. 1455-1458), dan melakukan dengan segenap hati penitensi yang diberikan seorang imam akibat dari dosa kita (penitensi atau penyilihan – KGK No. 1459-1460).
Perlu digarisbawahi di sini ialah upaya membangkitkan rasa sesal yang mendalam. Semakin besar rasa sesal mendalam, semakin besar buah Sakramen Tobat ini membawa kesembuhan dan pemulihan bagi jiwa dan roh yang pada gilirannya dapat bermuara pada kesembuhan fisik. Sebaliknya pengakuan yang tidak serius dan tidak sempurna penyesalannya, buah-buah pemulihannya pun akan sedikit dialami.
3. Menyucikan diri lewat doa dan meditasi
Doa dan meditasi dapat menyehatkan badan dan jiwa kita. Ada teknik-teknik doa dan meditasi tertentu yang dapat membuat kita dipenuhi cinta ilahi.
Doa Yesus
Dalam postur tubuh tegak dan relax, tarik nafas dalam-dalam dan perlahan-lahan lewat lubang hidung seraya menyerukan “Ye ...”. lalu hembuskan nafas perlahan-lahan lewat hidung pula, lambat sekali sampai habis sambil menyerukan “ ... sus”.
Lewat ritme pernafasan sambil batin menyerukan Ye-sus, ini berarti kita mengundang pribadi Yesus yang adalah Sang Kasih dan Raja Damai menguasai batin kita.
Meditasi Cintakasih
Dalam postur tubuh tegak dan relax, tarik nafas dalam-dalam lewat lubang hidung sambil membayangkan menghirup kasih dan damai Tuhan. Lalu hembuskan perlahan-lahan lewat lubang hidung pula, lambat sekali sampai habis. Ketika menghirup udara, bayangkan kasih dan damai Tuhan memasuki relung hati kita. Lalu tersenyumlah sambil menghebuskan nafas perlahan-lahan. Jadi, fokus pada kasih dan damai Tuhan yang memasuki relung hati dan pada senyum bahagia karena dicintai Tuhan dan dilimpahi damaiNya.
Lakukanlah Doa Yesus atau Meditasi Cintakasih setiap hari selama lima belas menit, maka kita akan mengalami buah-buah batin yang tenang, sehat dan damai.
4. Hidup dalam semangat cinta dan keikhlasan
Cinta dan keikhlasan adalah kunci, sekaligus pintu masuk, untuk mengalami ketentraman batin. Jadi, belajarlah menghayati hidup yang jauh dari stres dan rasa tertekan.
Hidup dalam semangat cinta dan keikhlasan berarti menjauhi segala perasaan kepahitan, kebencian, keputusasaan, dendam dan terbuka untuk selalu mengampuni.
Tidak semua sakit disebabkan dosa, namun dosa bisa menyebabkan beberapa penyakit.
Bagi sebagian dari kita yang sudah mengalami “hidup baru” dalam Roh, ada baiknya jangan berpuas diri. Kita harus terus memelihara semangat tobat sampai akhir hidup kita agar kita sehat lahir-batin. Bahkan, ada baiknya untuk memohon rahmat pertobatan seperti yang dialami St. Paulus.
Pertobatan yang membuat kita “jatuh cinta kembali pada Allah” sehingga rasa takut akan Allah dan sense of sins (rasa kenal dosa) makin membimbing hidup kita. Sampai akhirnya kita pun tiba pada pengertian mendalam berikut ini: “Kesucian adalah hadiah terbaik bagi kita dan prestasi terbesar yang dapat kita capai untuk Gereja dan Tuhan”, hanya kesucian yang dapat menghantar kita pada keabadian.
(Warta KPI TL No. 91/XI/2011 » Pertobatan yang menyembuhkan, HDR Maret-April 2010 Tahun XIV).