» lelaki dan perempuan itulah yang menciptakan keutuhan manusia sebagai gambar dan rupa Allah sendiri. Menekankan pada lelaki/perempuan saja, membuat pemahaman kita akan manusia sebagai gambar dan rupa Allah menjadi pincang, tidak utuh.
Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:7)
» Dalam bahasa Ibrani ada permainan kata. Tuhan menggunakan adamah (debu tanah) untuk membentuk adam (manusia). Jadi, istilah adam bukanlah nama diri seorang lelaki Adam, melainkan istilah untuk menunjuk manusia pada umumnya; secara khusus berarti "tubuh manusia"
Iman Kekristenan memandang tubuh manusia sebagai sesuatu yang baik.
Coba bayangkan tiga hal ini
1. Berdirilah di depan cermin. Lihatlah diri anda pada cermin itu. Apa yang anda lihat? Anda pasti melihat diri anda dalam bentuk nyata, yaitu tubuh anda (mata, hidung, mulut, kaki, tangan dll.). Anda tidak bisa melihat diri anda tanpa melihat tubuh anda.
Sebaliknya juga demikian. Ketika melihat tubuh anda, yang anda lihat adalah diri anda. Jadi, ketika melihat diri anda, anda sebenarnya juga melihat sesuatu yang bersifat roh, spiritual, tanpa materi.
2. Berdirilah di depan cermin. Lihatlah tubuh anda pada cermin itu. Apa yang anda lihat? Anda pasti melihat yang bersifat materi, yang bisa dilihat dengan mata, disentuh, dipegang.
3. Anda berdiri telanjang bulat di depan cermin. Lihatlah tubuh telanjang anda pada cermin itu. Apa yang anda lihat?
4. Ketika anda tertarik pada seseorang, maka anda pasti akan berusaha mencuri-curi pandang. Apa yang dapat anda lihat? Hanya wajahnya.
Wajahnya adalah bagian dari tubuh manusia, dengan struktur tertentu tergantung dari bentuk tulang yang ada, jenis dan warna kulit tertentu tergantung dari etnis, bentuk dan warna mata dst.
Tetapi, coba anda berkata kepada teman anda: "Aku sudah melihat tubuh perempuan itu." Bagaimana reaksinya?
Teman anda pasti akan berpikir anda sudah melihat tubuh telanjang perempuan itu ketika ia sedang mandi atau berganti pakaian.
Mengapa muncul pikiran seperti itu? Hal ini terjadi karena ajaran sesat dari Gnostisisme dan Manikeisme. Dalam paham-paham itu tubuh dianggap identik dengan dunia materi yang jahat. Roh itulah yang baik. Selama hidupnya, roh itu terpenjara dalam tubuh manusia.
Jadi, kita sudah terlanjur dibiasakan untuk mengenal seseorang manusia seolah-olah ia adalah sesuatu yang terpisah dari tubuhnya.
Istilah seks seringkali diselewengkan sehingga kita berpikir bahwa yang dimaksud seks hanyalah soal persetubuhan.
Padahal seks menyangkut dasar hidup setiap manusia: sejak lahir, waktu bertumbuh, sebelum menikah, tetap sendiri atau menikah, menyambut kelahiran anak, membesarkan anak, sampai akhirnya manusia mati.
Seks selalu ada, bergerak, memberi daya untuk hidup setiap manusia. Seks selalu terkait dengan keadaan manusia sebagai manusia yang memiliki tubuh!
Tiga pengalaman dasar manusia pada saat penciptaan, yakni
1. Kesendirian asali (original solitude)
Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia (Kej 2:7, 19-20)
» Manusia menjadi hidup karena ada nafas hidup yang berasal dari Tuhan. Segala makhluk itu hidup tanpa nafas hidup dari Tuhan.
Jadi, manusia ada dengan tubuh yang mencerminkan sebuah pribadi, sedangkan segala makhluk itu ada dengan tubuh saja tanpa ada sedikit bagian pun dari mereka yang bisa mencerminkan sebuah pribadi.
Di sini manusia menyadari bahwa ia sama sekaligus berbeda. Ia merasa terasing. Ia mengalami keadaan yang biasa disebut sebagai "kesendirian asali".
Kesadaran manusia ini hanya bisa muncul dalam keadaan manusia yang bertubuh. Tanpa tubuh, tidak akan ada kesendirian asali ini.
2. Kebersatuan asali (original unity)
Lalu Tuhan membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu (Kej 2:21-22)
» Tuhan tidak perlu menghembuskan lagi nafas hidup ke dalam sebuah tubuh lain yang baru saja Ia bangun.
Daya hidup yang sudah ada dan berfungsi dalam diri manusia (adam) dengan sendirinya sudah diteruskan dalam tubuh yang baru selesai dibentuk oleh Tuhan.
Dari sini sudah terlihat bahwa nafas hidup yang berasal dari Tuhan itu, sekali diberikan kepada sebuah tubuh, tetapi memiliki kekuatan yang sama untuk diteruskan kepada sebuah tubuh yang lain.
Dengan kata lain, hanya karena adanya nafas hidup yang berasal dari Tuhan itulah manusia itu mampu meneruskan kehidupan.
Lebih tegas lagi, manusia, sebuah tubuh yang dihembusi nafas ilahi itu, semakin menjadi serupa dengan Tuhan sendiri, karena ia mampu meneruskan hidup ilahi itu dengan tubuhnya.
Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku
» Pada saat manusia itu (adam) melihat dirinya sendiri dalam bentuk tubuh yang lain dia berseru dengan kagum dan takjub karena ia mengenali sebuah tubuh yang sama-sama bisa mencerminkan sebuah pribadi dan sebuah tubuh yang memiliki daya hidup ilahi.
Tubuh yang dilihatnya itu bukan hanya sekedar seonggok daging, melainkan sebuah pribadi yang sama dengan dirinya.
Dalam luapan keterpesonaan semacam ini, tidak ada di antara kedua subyek itu yang memandang subyek yang lain dengan nafsu untuk "mengambil" dan menginginkannya (Kid 4:9).
Jadi, yang ia cari bukan terutama tubuh, melainkan pribadi yang terpancar melalui sebuah tubuh.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
» Dalam bahasa Ibrani ada permainan kata. Setelah manusia itu (adam) mengenali dirinya sendiri dalam bentuk kehadiran lain yang bisa mencerminkan pribadi, ia menyebut dirinya sendiri sebagai lelaki (ish). Tubuh yang lain yang menjadi penolong disebutnya sebagai perempuan (ishshah).
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kej 2: 24)
» persatuan yang sungguh mendalam antara kedua pribadi itu bisa sungguh terjadi dalam keadaan masing-masing yang bertubuh sebagai lelaki dan sebagai perempuan.
Tubuh yang mengungkapkan pribadi itu adalah tubuh yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi tempat di mana Tuhan yang tidak kelihatan itu menjadi kelihatan.
Dengan demikian, persetubuhan bukan hanya merupakan sesuatu yang bersifat biologis, tetapi juga selalu berarti teologis.
Di sinilah kita dihadapkan pada sebuah revolusi besar yang ditawarkan oleh Yohanes Paulus II. Persetubuhan adalah sebuah tindakan teologis, karena dengan bersatunya dua tubuh, yang selalu berarti bersatunya dua pribadi itulah terlihatlah kenyataan Allah yang tersembunyi. Inilah yang disebut sebagai "kebersatuan asali".
Kerinduan akan persetubuhan sudah ditanamkan dalam tubuh manusia sejak awal penciptaan karena di sanalah manusia sebenarnya mendengar kembali gema kerinduan asali akan adanya persatuan antarpribadi.
» persatuan yang sungguh mendalam antara kedua pribadi itu bisa sungguh terjadi dalam keadaan masing-masing yang bertubuh sebagai lelaki dan sebagai perempuan.
Tubuh yang mengungkapkan pribadi itu adalah tubuh yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi tempat di mana Tuhan yang tidak kelihatan itu menjadi kelihatan.
Dengan demikian, persetubuhan bukan hanya merupakan sesuatu yang bersifat biologis, tetapi juga selalu berarti teologis.
Di sinilah kita dihadapkan pada sebuah revolusi besar yang ditawarkan oleh Yohanes Paulus II. Persetubuhan adalah sebuah tindakan teologis, karena dengan bersatunya dua tubuh, yang selalu berarti bersatunya dua pribadi itulah terlihatlah kenyataan Allah yang tersembunyi. Inilah yang disebut sebagai "kebersatuan asali".
Kerinduan akan persetubuhan sudah ditanamkan dalam tubuh manusia sejak awal penciptaan karena di sanalah manusia sebenarnya mendengar kembali gema kerinduan asali akan adanya persatuan antarpribadi.
Karena memang sejak awal diciptakan demikian, tidaklah mengherankan bila pada masa akil balik, misalnya, muncul sebuah rasa ingin tahu akan hal-hal seputar tubuh, seputar perbedaan antara tubuh lelaki dan perempuan, dan secara khusus seputar persetubuhan itu sendiri.
Rasa ingin tahu yang muncul pada masa pertumbuhan manusiawi yang sehat itu adalah sebuah bukti adanya tangan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, sebagai lelaki dan perempuan, dan keduanya akan menjadi satu daging.
Karena sejak mula diciptakan sebuah tubuh lelaki senantiasa rindu akan persatuan dengan tubuh perempuan, tidaklah mengherankan bahwa penyesatan yang paling efektif untuk merusak gambar manusia adalah dengan menghadirkan gambaran palsu tentang persetubuhan. Inilah yang dijual laris oleh bisnis pornografi.
Rasa ingin tahu yang muncul pada masa pertumbuhan manusiawi yang sehat itu adalah sebuah bukti adanya tangan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, sebagai lelaki dan perempuan, dan keduanya akan menjadi satu daging.
Karena sejak mula diciptakan sebuah tubuh lelaki senantiasa rindu akan persatuan dengan tubuh perempuan, tidaklah mengherankan bahwa penyesatan yang paling efektif untuk merusak gambar manusia adalah dengan menghadirkan gambaran palsu tentang persetubuhan. Inilah yang dijual laris oleh bisnis pornografi.
3. Ketelanjangan asali (original nakedness)
Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu (Kej 2:25)
» Mengapa pada situasi semacam itu ketelanjangan sama sekali tidak menimbulkan rasa malu sedikit pun? Karena ada kekuatan yang saling terpancar dari masing-masing tubuh telanjang itu, sedemikian kuatnya sehingga sama sekali tidak ada ruang bagi keinginan sekecil apa pun untuk merampas pemberian itu bila memang tidak secara bebas diberikan oleh pribadi yang bersangkutan.
» Mengapa pada situasi semacam itu ketelanjangan sama sekali tidak menimbulkan rasa malu sedikit pun? Karena ada kekuatan yang saling terpancar dari masing-masing tubuh telanjang itu, sedemikian kuatnya sehingga sama sekali tidak ada ruang bagi keinginan sekecil apa pun untuk merampas pemberian itu bila memang tidak secara bebas diberikan oleh pribadi yang bersangkutan.
Ketelanjangan menjadi ungkapan subyek sebagai subyek pada dirinya sendiri, bukan sebagai obyek bagi yang lain.
Ketelanjangan yang dihayati seperti itu menunjuk dengan jelas keagungan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, dengan tubuhnya, lelaki dan perempuan. Inilah yang terjadi dalam "ketelanjangan asali".
Situasi ketelanjangan asali tadi mengungkapkan kesadaran manusia yang sungguh masih mampu merayakan hidup dengan tubuhnya dengan kebebasan sebagai pemberian diri yang bebas dan penuh (pemberian diri yang total).
Tubuh yang memiliki ciri dasar ini disebut sebagai tubuh yang memiliki arti "nupsial". Ini adalah ciri cinta Yesus kepada kita. Bila kita melakukan ini, kita memenuhi perintah-Nya untuk mengasihi seperti Yesus sendiri mengasihi kita.
Jadi, ketelanjangan adalah ungkapan keilahian yang memungkinkan manusia memahami tubuh dalam arti yang paling suci, paling murni. Karenanya, ketelanjangan adalah sebuah kekudusan.
Ketelanjangan yang dihayati seperti itu menunjuk dengan jelas keagungan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, dengan tubuhnya, lelaki dan perempuan. Inilah yang terjadi dalam "ketelanjangan asali".
Situasi ketelanjangan asali tadi mengungkapkan kesadaran manusia yang sungguh masih mampu merayakan hidup dengan tubuhnya dengan kebebasan sebagai pemberian diri yang bebas dan penuh (pemberian diri yang total).
Tubuh yang memiliki ciri dasar ini disebut sebagai tubuh yang memiliki arti "nupsial". Ini adalah ciri cinta Yesus kepada kita. Bila kita melakukan ini, kita memenuhi perintah-Nya untuk mengasihi seperti Yesus sendiri mengasihi kita.
Jadi, ketelanjangan adalah ungkapan keilahian yang memungkinkan manusia memahami tubuh dalam arti yang paling suci, paling murni. Karenanya, ketelanjangan adalah sebuah kekudusan.
Ketelanjangan menjadi satu bagian tak terpisahkan dari "kesendirian asali" dan "kebersatuan asali" itu.
Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (Kej 2:16-17).
Adapun ular ialah yang paling cerdik ... berkata kepada perempuan itu: "Tentunya Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hari karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakananya (Kej 3:1-6).
» Penulis kisah ini ingin memperlihatkan perempuan itu sebagai sebuah simbolis dari sikap kita manusia, baik lelaki maupun perempuan, berhadapan dengan Allah sendiri.
Adapun ular ialah yang paling cerdik ... berkata kepada perempuan itu: "Tentunya Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hari karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakananya (Kej 3:1-6).
» Penulis kisah ini ingin memperlihatkan perempuan itu sebagai sebuah simbolis dari sikap kita manusia, baik lelaki maupun perempuan, berhadapan dengan Allah sendiri.
Mengapa ular yang begitu cerdik itu mendekati perempuan? Ingat, penulis tampaknya sengaja bermain kata secara lihai dengan menggunakan dua kata yang mirip dalam bahasa Ibrani: ular itu "cerdik" (arum) dan manusia itu "telanjang" (arom). Kecerdikan ular pada dasarnya bertujuan untuk memutarbalikkan keluhuran dan keindahan ketelanjangan manusia.
Manusia yang bertubuh perempuan itu ingin mengambil sendiri dari Tuhan bagi dirinya sendiri.
Jadi, manusia melakukan kesalahan besar ketika memutuskan untuk tidak lagi sekedar "menerima" dari Tuhan melainkan ingin seturut kehendaknya sendiri "mengambil".
Jadi, manusia melakukan kesalahan besar ketika memutuskan untuk tidak lagi sekedar "menerima" dari Tuhan melainkan ingin seturut kehendaknya sendiri "mengambil".
Tindakan "mengambil" berakar pada keraguan akan kesungguhan Allah untuk "memberi".
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, bersembunyilah manusia dan istrinya terhadap Tuhan Allah. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
Ia menjawab: "Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman itu, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." (Kej 3:7-11)
» Sebelum jatuh ke dalam dosa, manusia dan istrinya itu telanjang tetapi mereka tidak merasa malu (Kej 2:25). Mengapa?
Karena ketelanjangan dihayati sebagai manusia yang menerima di hadapan Allah yang memberi.
Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, bersembunyilah manusia dan istrinya terhadap Tuhan Allah. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
Ia menjawab: "Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman itu, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." (Kej 3:7-11)
» Sebelum jatuh ke dalam dosa, manusia dan istrinya itu telanjang tetapi mereka tidak merasa malu (Kej 2:25). Mengapa?
Karena ketelanjangan dihayati sebagai manusia yang menerima di hadapan Allah yang memberi.
Setelah jatuh ke dalam dosa, manusia dan istrinya itu merasa takut yang begitu besar sehingga manusia dalam segala keputus-asaannya berusaha bersembunyi dari hadapan Allah yang mahatahu itu. Mengapa?
Karena manusia sudah melakukan tindakan "mengambil" sehingga cara berpikir mereka pun berubah.
Ketelanjangan segera mereka tutupi, karena ada kekuatiran yang mendasar kalau-kalau ketelanjangan itu akan menjadi pintu bagi pihak lain untuk tidak lagi memperlakukan dirinya sebagai subyek melainkan obyek yang bisa dipakai dan dibuang begitu saja.
Karena manusia sudah melakukan tindakan "mengambil" sehingga cara berpikir mereka pun berubah.
Ketelanjangan segera mereka tutupi, karena ada kekuatiran yang mendasar kalau-kalau ketelanjangan itu akan menjadi pintu bagi pihak lain untuk tidak lagi memperlakukan dirinya sebagai subyek melainkan obyek yang bisa dipakai dan dibuang begitu saja.
Hal ini untuk memperlihatkan bahwa dosa sebagai sebuah tindakan "mengambil" yang bertentangan tindakan dasar manusia yang "menerima" di hadapan Allah sendiri.
Allah ingin agar tubuh manusia dengan segala bagiannya sebagai lelaki dan perempuan menunjuk pada kerinduan manusia akan persatuan dengan Allah sendiri.
Apa sebenarnya rasa malu itu? Rasa malu hanya bisa dipahami dalam kaitan dengan penolakan manusia terhadap Allah sebagai Bapa.
Rasa malu muncul pada saat sepasang manusia pertama itu menyadari bahwa tubuh mereka masing-masing tidak lagi dapat menimba daya Roh, tidak lagi memiliki keluhuran seperti keadaan sebelumnya yang memungkinkan tubuh-tubuh itu menjadi gambar dan citra Allah sendiri, tubuh mereka kehilangan kemampuan untuk menciptakan persatuan antarpribadi sebagaimana ada dalam diri Allah Tritunggal sendiri.
Rasa malu akan tubuh itu sebenarnya adalah ungkapan rasa malu akan adanya kekacauan dalam kehendak hatinya yang sudah dikuasai oleh nafsu.
Rasa malu muncul pada saat sepasang manusia pertama itu menyadari bahwa tubuh mereka masing-masing tidak lagi dapat menimba daya Roh, tidak lagi memiliki keluhuran seperti keadaan sebelumnya yang memungkinkan tubuh-tubuh itu menjadi gambar dan citra Allah sendiri, tubuh mereka kehilangan kemampuan untuk menciptakan persatuan antarpribadi sebagaimana ada dalam diri Allah Tritunggal sendiri.
Rasa malu akan tubuh itu sebenarnya adalah ungkapan rasa malu akan adanya kekacauan dalam kehendak hatinya yang sudah dikuasai oleh nafsu.
Manusia membiarkan diri dikuasai nafsu karena sebenarnya ingin mengisi kembali kekosongan hati yang telah tidak lagi diisi oleh cinta Bapa.
(Sumber: Warta KPI TL No.106/II/2013 » Lihatlah Tubuhku, Deshi Ramadhani, SJ).