Dalam bahasa Ibrani ada dua kata yang dipakai untuk mengungkapkan ketika orang memanggil kita (1) Poani (contoh: ketika guru mengabsen muridnya, jawab muridnya: “Saya, Bu.”) (2) Hineni (contoh: kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” - kata ini tidak sekedar mengatakan “Ya, Tuhan.”, tetapi merupakan jawaban yang berasal dari kedalaman hati seseorang, yang merupakan kesanggupan untuk melaksanakan sesuatu dengan sepenuh hati tanpa paksaan (tanggapan perkataan karena cinta).
Kata hineni berasal dari bahasa Ibrani, terdiri dari kata hi = anugerah; ne = ikan, simbol dari jiwa-jiwa/pelipat gandaan; ni = tangan Tuhan.
Jika kita mengangkat hati kita dengan sikap hineni, maka tangan Tuhan akan memberi kita memurahan dan anugerah sehingga kita mengalami pelipat gandaan yang luar biasa.
Kata ini sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan “ya, Tuhan.”
Ada dua macam hamba/budak (Kel 21:1-6; Ul 15:12-18):
1. Budak yang tidak ditindik telinganya (bekerja untuk upah) – harus bekerja enam tahun lamanya, tetapi pada tahun ketujuh harus dilepaskan sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa; dan tuannya harus memberi bekal sesuai dengan berkat yang diberikan oleh Tuhan Allah.
2. Budak yang ditindik telinganya (bekerja karena cinta, dia sangat tahu bahwa seumur hidupnya diurusi tuannya) – tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka tuannya membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya menusuk telinganya dengan penusuk (sebagai tanda pengenal tuannya), dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.
Marilah kita belajar dari Kej 22:1-18:
[1-3] Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” (hineni I). Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
» ketika Tuhan meminta Ishak, Abraham tidak bertanya dan tidak memperdulikan perasaannya. Dia melakukan perintah itu dengan sepenuh hati karena dia benar-benar mencintai Allah. Ini adalah persembahan radikal, suatu penundukan diri total dan pengorbanan tanpa mempertimbangkan untung ruginya, ada unsur pengorbanan.
[4-5] Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangannya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”
» berdasarkan standard alkitab, sembahyang (worship) = menyembah Tuhan dengan mempersembahkan sesuatu, bukan hanya saat kita memuji-Nya.
[6-8] Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikian keduanya berjalan bersama-sama.
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” (hineni II) Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?”
Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama
» tidak ada kata pemberontakan dari Ishak. Mengapa Abraham menjawab “hineni” bukan “poani” kepada anaknya? Apakah Abraham menyamakan Ishak dengan Tuhan? Tidak!
Roh Abraham menangkap pewahyuan dari Tuhan bahwa Ishak merupakan gambaran dari Yesus.
Abraham menjawab panggilan Ishak dengan hineni karena menghormati dan menghargai Tuhan Yesus yang dilihatnya (Yoh 8:56 – Abraham bapamu bersukacita bahwa ia telah melihatnya dan ia bersukacita). Jadi, Ishak adalah tipologi dari Yesus.
Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari sesuatu di Perjanjian Baru dengan sesuatu yang lain di Perjanjian Lama.
Anak perjanjian: Ishak (Kej 15:4); Yesus (Yes 7:14).
Kelahirannya dinubuatkan sebelumnya: Ishak (Kej 18:10); Yesus (Luk 1:30-31).
Dinamai sebelum dilahirkan: Ishak (Kej 17:19); Yesus (Luk 1:31).
Kelahirannya berlawanan dengan hukum alam: Ishak (Rm 4:19 – rahim ibunya sudah tertutup/menopause); Yesus (Mat 1:18 – ibunya masih perawan).
Anak tunggal: Ishak (Kej 22:2; Ibr 11:17); Yesus (Yoh 3:16).
Dianiaya oleh saudaranya sendiri: Ishak (Kej 21:9-10 - Ismael; Gal 4:28-29); Yesus (27:20-26 – orang-orang Yahudi yang menolak kedatanganNya sebagai Mesias).
Tidak menolak untuk dijadikan korban: Ishak (Kej 22:7-9); Yesus (Mat 27:27-31).
Memikul sendiri barang yang akan dipergunakan untuk pengorbanan diri mereka: Ishak (Kej 22:6); Yesus (Yoh 19:17).
Mau dan rela dikorbankan: Ishak (Kej 22:9); Yesus (Yoh 10:17; Flp 2:8).
Ishak diserahkan oleh bapanya sendiri, yaitu Abraham, sebagai korban bakaran karena Abraham takut akan Allah dan ia tidak segan-segan untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah (Kej 22:12); Yesus diserahkan oleh Allah Bapa untuk menjadi korban penebus dosa manusia (Rm 8:32).
[9-10] Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
» waktu diikat dan mau dikorbankan, Ishak tidak protes. Sikap inilah yang membuat Tuhan suka dengan Ishak
[11] Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” (hineni III)
» Ketika melihat Abraham mau menyembelih anaknya, Tuhan bangga dan hati-Nya tersentuh sehingga Tuhan memanggil nama Abraham dua kali.
Di sinilah Tuhan menemukan
1. orang yang bisa mengerti isi hati-Nya dan mencintai-Nya melebihi segala sesuatu.
2. orang yang takut Pada-Nya.
3. orang yang membuktikan cintanya dengan tidak segan-segan menyerahkan anaknya. Meskipun demikian, Abraham tetap dengan rendah hati berkata “hineni.”
Sikap hati inilah yang disukai Tuhan sehingga Abraham disebut sahabat-Nya (Yak 2:23).
[13] Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Dan Abraham menamai tempat itu: “Tuhan menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung Tuhan, akan disediakan.”
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”
(Sumber: Warta KPI TL No. 95/III/2012 » Renungan KPI TL tgl 23 Februari 2012, Dra Yovita Baskoro, MM; Tipologi Ishak dan Yesus, Mansor Maret 2003 No. 60 Tahun V).