Pages

Jumat, 27 Januari 2017

Memberkati dan diberkati



Sebagai seorang Kristen, hendaknya kita memberkati, untuk itulah kita dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya ... " (1 Ptr 3:9-11). Jadi, dengan memberkati orang lain, kita memperoleh berkat untuk diri kita sendiri.

Ada dua macam berkat, yaitu:

Berkat (eulogi) untuk masa kini menyatakan apa yang dapat dilihat dan benar mengenai seseorang. Kita memberkati kepada orang-orang karena pribadi mereka atau karena perbuatan baik mereka. 

Setiap orang mempunyai banyak kebaikan pada saat ini. Tentu saja, kita semua juga mempunyai kekurangan, tetapi berhati-hatilah agar kita tidak membiarkan kesalahan dan kekurangan pada diri orang lain menghalangi kita untuk melihat dan memuji kebaikannya. 

Contoh: Kepada seorang anak: "John, kamu anak yang sangat baik dan tidak egois." ; Kepada seorang karyawan: "Anda seorang yang sangat rajin dan setia. Anda benar-benar aset yang berharga bagi perusahaan ini."; Kepada seorang majikan: "Saya senang bekerja untuk Bapak dan saya menghargai perhatian serta pengertian Bapak kepada kami sebagai karyawan."

Ketika kita berfokus pada kebaikan orang lainkita akan selalu menemukan sifat dan perbuatan yang dapat kita puji atau kita berikan eulogi.

Berkat untuk masa depan menyatakan apa yang dapat dicapai oleh orang itu di masa depan karena ia memiliki potensi.

Di kepulauan Karabia Amerika ada kebiasaan bagi seorang laki-laki untuk memberi mas kawin kepada istrinya, mas kawin itu selalu berupa tiga ekor lembu. Jika seorang perempuan yang sangat cantik akan dihargai dengan empat sampai enam ekor lembu.

Ada seorang bujangan yang tampan dan gagah bernama Johnny Lingo. Dia adalah orang terkaya di kepulauan itu. Semua gadis ingin menikah dengannya, tetapi dia justru memilih Lucita, gadis biasa.

Selama bertahun-tahun ayah Lucita telah menyiksanya dengan perkataan yang kejam sehingga tampak jelas pada dirinya tanda-tanda citra diri yang buruk dan harga diri yang rendahBahkan ayahnya memutuskan untuk meminta dua ekor lembu saja pada Johnny.

Ketika Johnny datang untuk menggandeng tangan Lucita dalam pernikahan, seluruh penduduk berkumpul di rumah calon pengantin perempuan. Sesudah berbasa-basi sesuai dengan adat yang berlaku, ayah Lucita menanyakan kepada Johnny apa yang akan diberikannya untuk putrinya. Tanpa ragu-ragu Johnny menawarkan delapan ekor lembu.

Orang banyak tercengang. Ayah Lucita juga tidak dapat mempercayai pendengarannya. Apakah Johnny sudah gila atau buta? Mengapa saudagar yang paling pintar di seluruh kepulauan itu menawarkan delapan ekor lembu untuk seorang perempuan yang dapat diperoleh hanya dengan seekor lembu? Ayah Lucita cepat-cepat menerima tawaran Johnny.

Johnny dan Lucita pun menikah, dan dalam selang waktu yang tidak terlalu lama, Lucita berubah menjadi perempuan yang paling cantik di seluruh kepulauan itu

Penduduk kota terkagum-kagum terhadap perubahan itu. Begitu juga ayah Lucita, yang kemudian menuduh Johnny telah menipunya, katanya: "Seharusnya kamu membayar saya sepuluh ekor lembu."

Jika anda memperlakukan seseorang sesuai dengan potensinyamaka orang itu akan bertumbuh dengan potensinya.

Bukankah begitu juga cara Allah memperlakukan kita? Meskipun kita begitu buruk, karena dosa-dosa kita, kita berharga dan mulia di mata-Nya (Yes 43:4). 

Ada lima hukum yang harus kita ikuti supaya secara eksternal kita dapat memberkati orang-orang lain dengan sukacita:

1. Hukum Hati 

Pada suatu hari ada seorang tentara yang masih muda, langsing dan tampan melihat Budha yang sangat kegemukan sambil berkata: "Anda kelihatan seperti seekor babi." Budha menjawab: "Anda kelihatan seperti Allah." 

"Mengapa anda berkata seperti itu?" tanya tentara itu keheranan. "Begini," jawab Budha, "kita melihat apa yang ada dalam diri kita. Saya berpikir tentang Allah sepanjang hari dan ketika saya melihat keluar, itulah yang saya lihat. Sedangkan anda, jelas anda selalu memikirkan hal-hal yang lain.

Hati sebagai rumah gema, apa yang kita kirim keluar akan datang kembali kepada kita. Seringkali apa yang kita lihat pada diri orang lain adalah karena hal itu sudah ada pada diri kita sendiri

Jadi, kondisi hati kita sangat menentukan apa yang kita lihat pada diri orang lain (proyeksi). Jika hati kita terprogram secara negatif, kita akan melihat hal-hal yang negatif pada diri orang lain; tetapi jika hati kita penuh dengan hal-hal yang baik dan positif, itu juga yang paling mudah kita lihat pada diri orang lain.

Jika kita melihat melihat hal-hal yang salah dan negatif pada diri orang lain, kondisi hati kitalah yang perlu diubah. Tanpa perubahan ini, kita tidak akan dapat melihat hal-hal yang baik pada diri orang lain. Bukankah kasih timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas? (1 Tim 1:5). 

2. Hukum Pengembangan Kepekaan

Sepasang suami istri muda terbangun pada suatu pagi dan si suami berkata: "Bukankah mengagumkan? Bayi kita tidur nyenyak sepanjang malam." Istrinya menyahut: "Kamu tidak mendengar apa-apa? Untunglah kamu. Saya terbangun tiga kali untuk mengganti popoknya."

Mengapa si suami tidak mendengar apa-apa sedangkan istrinya dapat mendengar tangis bayinya di kamar sebelah walaupun ia juga sedang tidur nyenyak. 

Hati ibu itu terikat pada bayinya sehingga menanggapi bayinya di dalam kasih dan telah mengembangkan kepekaan itu. Sedangkan suaminya merasa yakin bahwa istrinya akan memenuhi kebutuhan bayi mereka, jadi ia dapat tidur terus walaupun bayinya menangis.

Untuk jangka waktu yang lama kita telah melihat hal-hal yang negatif pada orang lain, dan kita sering mengomentarinya. Nah, sekarang kita dapat mengembangkan cara pandang yang berbeda ... untuk mencari kebaikan pada diri orang lain. Beberapa waktu kemudian, jika hal itu sudah menjadi kebiasaan, anda akan melakukannya secara spontan dan alami.

3. Hukum Pengulangan Dan Keteraturan Yang Disengaja

Saya (Penny Riley) sedang bekerja di dapur gereja seorang diri ketika pendeta kami masuk. Ia berdiri di depan saya dan berkata: "Saya bersyukur kepada Allah setiap kali saya mengingat anda." 

Saya agak terkejut tetapi sangat senang. Saya menjawab: "Terima kasih. Bapak baik sekali!" Ia berbalik dan pergi, tetapi kira-kira lima atau sepuluh menit kemudian, ia kembali lagi dan mengulangi perkataan yang sama. 

Saya merasa heran karena ini kedua kalinya ia mengatakan hal yang sama, tetapi sekali lagi saya berterima kasih kepadanya. Ia pergi dan saya tidak mengerti mengapa ia mengulangi perkataan itu. Saya tahu ia tidak pikun. Pasti ia masih ingat bahwa ia baru saja mengatakan hal yang sama kepada saya. 

Namun lima menit kemudian, ia datang lagi untuk yang ketiga kalinya dan mengulangi lagi perkataan yang sama. Kali ini saya tidak mengucapkan terima kasih. Tiba-tiba ada sesuatu yang merembes keluar dari kedalaman hati saya, dan saya mulai menangis. Pendeta saya tidak mengatakan apa-apa lagi; ia hanya berbalik dan pergi.

Sejak saat itu terjadi perubahan dalam diri saya, saya mengalami kesembuhan di bagian yang sangat dalam, saya merasa dikasihi dan diterima. Di sinilah saya baru mengerti bahwa Allah memakai pendeta itu untuk menyatakan kasih-Nya kepada saya.

Kehidupan kita terdiri dari proses-proses (hal-hal yang kita lakukan secara teratur, rutinitas setiap hari) dan peristiwa-peristiwa (hal-hal yang terjadi sekali-kali). Walaupun peristiwa-peristiwa itu menyenangkan dan mengasikkan, kita tidak dapat membangun kehidupan berdasarkan peristiwa. Namun, peristiwa-peristiwa itu mewarnai hidup kita.

Kadang-kadang, karena pengalaman-pengalaman di masa lalu, seseorang akan mengelilingi dirinya dengan citra diri yang buruk, seperti tembok yang tidak dapat diruntuhkan. 

Mulanya, ketika kata-kata yang positif diucapkan kepada orang semacam itu, tembok tadi akan menghalanginya, tetapi jika kata-kata itu sering diulang dan disampaikan dengan tulus, kata-kata itu akan dapat menyusup ke dalam hati dan tembok dari citra diri yang buruk itu lama-kelamaan akan roboh.

Pengulangan tidak berarti bahwa kata-katanya harus sama persis. Berkat atau pujian yang diberikan secara teratur akan mempunyai dampak yang kuat, karena pengulangan menghasilkan penguatan.

Keteraturan adalah suatu hukum kehidupan. Jika kita menjalankan gaya hidup yang sehat, kita akan makan dan tidur secara teratur.

4. Hukum Kehidupan Yang Dipenuhi Roh Di Dalam Kristus Yesus

Jika hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, lambat laun kita akan melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah. Roh itu datang untuk menasehati kita, meyakinkan kita, mengubah kita dan mengajar kita sehingga kita semakin menyerupai Kristus. 

Bila hati kita menjadi seperti Yesus, tindakan kita juga akan menjadi seperti Dia. Berpusat pada Allah berarti menyadari orang-orang lain dengan cara yang baru. Maka sikap dan tindakan kita kepada mereka akan didasari oleh kasih. Ia akan memberi kita visi tentang apa yang akan terjadi dan cara terbaik untuk menyampaikannya kepada orang lain.

5. Hukum Pemahaman Tentang Diri Kita

Alasan utama mengapa kita tidak secara alami dan spontan memberkati orang-orang lain adalah karena kita tidak menyadari betapa diberkatinya kita sebagai anak-anak Allah

Kita terpisah dari Allah dan keterpisahan ini menyebabkan kita mengalami penyimpangan fungsi. Kita telah mengembangkan sikap yang pada dasarnya negatif, yang menyebabkan kita berfokus pada kesalahan-kesalahan orang lain dan diri kita sendiri, bukan pada kebaikan.

Tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim 3:17).

Kita membutuhkan makanan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh kita, kita juga membutuhkan makanan untuk jiwa kita, yaitu pehatian khusus dari Allah dan orang-orang lain

Salah satu cara untuk memberi makan jiwa kita adalah dengan perkataan. Kata-kata seperti makanan, bisa baik atau buruk. Jika baik, kata-kata itu membangun kita; jika buruk, kata-kata itu dapat membahayakan kita

Perkataan yang baik memenuhi jiwa kita sehingga kita dapat menjalani kehidupan yang sehat.

Walaupun kita hidup di dunia yang sangat negatif, hal-hal yang negatif itu tidak diterapkan dalam upacara pemakaman.

Ada seorang penjahat besar di Texas meninggal, reputasinya sangat buruk. Tak ada seorang pendeta pun yang bersedia melaksanakan upacara pemakaman dan mengatakan begini dalam kotbahnya, "Almarhum adalah orang yang saleh." Akhirnya saudara penjahat itu menawarkan seribu dolar kepada pendeta yang bersedia melakukannya.

Gereja itu penuh sesak karena orang-orang ingin tahu bagaimana pendeta itu menangani permintaan saudara penjahat yang meninggal itu. 

Pada waktu upacara pemakaman, pendeta itu diam sejenak, menatap peti mati dan kemudian menatap jemaatnya. Dengan wajah muram, ia berkata, "Dibandingkan dengan saudaranya, almarhum adalah orang yang saleh." 

Marilah kita melihat bagaimana ketujuh macam umpan balik yang positif itu dapat menekankan kebaikan di tengah dunia yang negatif.

1. Penghargaan adalah tindakan sederhana untuk mengakui kebaikan pada diri orang lain dan menyatakannya.

Ada seorang perempuan yang mengatakan bahwa rumah tangganya berubah ketika suaminya mulai mengucapkan terima kasih untuk hal-hal kecil yang biasanya selalu diterimanya begitu saja. Tadinya suaminya sering mengeluh tentang hal-hal yang tidak dilakukan di sekitar rumah. 

Ketika ia mulai mengungkapkan penghargaan atas hal-hal yang telah dilakukan, pengaruhnya tampak pada istrinya, istrinya menjadi semakin rajin, hanya untuk menyenangkan suaminya (lih. 
[Mat 7:12] Kasus roti hangus). Ucapan terima kasih yang tulus selalu menyenangkan setiap orang.

2. Penerimaan

Biarkan orang lain mengetahui bahwa anda menerima dan mengagumi mereka. Jika tidak, secara otomatis mereka akan menganggap anda menolak mereka, apakah anda mengucapkannya atau tidak. 

Jika orang merasa bahwa dirinya tidak diinginkan atau tidak diterima, jiwa mereka dapat mengalami trauma dan tergoncang

Banyak kegiatan dalam kehidupan kita bertujuan untuk mencari penerimaan. Kita berdandan dan berbicara dengan cara tertentu dan pergi ke tempat-tempat dan acara-acara tertentu agar kita mendapatkan penerimaan. Seringkali barang-barang yang kita beli (mobil, rumah, makanan, perabot-perabot dll.) dengan tujuan agar kita diterima oleh orang lain.

3. Persetujuan

Salah satu kebutuhan yang paling kuat dalam diri manusia adalah kebutuhan untuk diakui atau disetujui

Anak-anak kecil selalu mencari persetujuan dari orang tua mereka, dan ketika kita semakin dewasa, kebutuhan untuk diakui atau disetujui ini tidak hilang. Jika kita tidak menerimanya dari keluarga dan teman-teman, dan rekan-rekan kerja kita, kita akan bermasalah dengan citra diri kita (lih. Manifestasi citra diri yang buruk).

4. Kasih sayang

Bagaimana anda menunjukkan kasih sayang anda? Kepedulian, persahabatan, dan kata-kata yang ramah adalah cara yang pasti untuk menunjukkan kasih sayang. Jika tidak memperoleh cukup kasih sayang, orang akan merasa tidak dikasihi.

5. Perhatian

Seringkali tanpa sadar kita terlalu terpusat pada diri kita sendiri sehingga kita tidak memperdulikan kebutuhan orang-orang lain, khususnya jika kebutuhan-kebutuhan itu tidak nampak. Hal inilah yang menyebabkan ada banyak masalah di dalam hubungan manusia. 

Jadi, berikanlah perhatian kepada orang lain karena setiap orang dewasa juga merindukan perhatian sebagaimana halnya anak-anak.

6. Peneguhan

Memberi peneguhan tidak sulit, tetapi upahnya sangat besar. Orang-orang akan mencari peneguhan dari anda; tanpa itu, jiwa mereka akan kering

Kata-kata peneguhan anda mungkin seperti ini: "Saya tahu kamu punya kelebihan itu." "Senyummu manis sekali." "Saya percaya kamu bisa melakukannya." "Bagus sekali, kamu bisa menanggapi dengan baik pelanggan yang menjengkelkan itu."

Bayangkan, bagaimana perasaan anda jika anda tidak menerima peneguhan-peneguhan atas usaha-usaha anda. Anda mungkin menganggap bahwa apa yang anda kerjakan itu tidak berarti dan bahwa diri anda tidak cukup berharga. 

Ada banyak orang yang mempunyai citra diri yang buruk karena mereka hanya menerima sedikit peneguhan pada masa kecil mereka. Hal ini berdampak dan terasa sampai mereka dewasa (lih. Citra diri). 

7. Pujian

Pujian itu penting dalam mencetak orang yang berkualitas. Harga diri kita akan meroket jika kita diberi tahu bahwa kita ini istimewa, dan menukik tajam jika kita mendengar perkataan yang negatif tentang diri kita.

Pujian adalah ungkapan dari penghargaan yang tulus, sedangkan sanjungan adalah pujian yang palsu dan tidak tulus yang diberikan dengan suatu motif yang tersembunyi.

(Sumber: Warta KPI TL No.103/XI/2012 » Memberkati & Diberkati, Peter M. Lord).



Nasehatilah seorang akan yang lain setiap hari ...

Supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya

karena tipu daya dosa.



(Ibr 3:13)