Kita sudah
dipilih-Nya dan juga ditentukan-Nya menjadi serupa
dengan gambar Anak-Nya (Rm
8:29), maka kita
harus berjuang menjadi serupa dengan Kristus.
Orang yang fokus hidupnya adalah Tuhan akan berani berkata seperti Santa Theresia Lisieux
"Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi
mainan-Mu! Anggap saja saya ini bola-Mu. Bila akan Kauangkat, betapa senang
hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan. Dan jika hendak Kau
tinggalkan dipojok kamar karena bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar
dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bola-Mu, ah Yesus, tentu sakit sekali.
Namun, terjadilah kehendak-Mu."; "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yak 4:15).
Ada dampak yang akan dimiliki di dalam setiap kehidupan
kita jika jika menjadikan Tuhan sebagai fokus kehidupan kita.
1. Tuhan akan memberikan kemampuan untuk menyingkirkan kehidupan kedagingan.
Dalam dunia ini "roh
duniawi" (1 Yoh 2:16 - keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup) akan
terus berkuasa, berinteraksi dalam segala kehidupan kita.
Perbuatan daging yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan
berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya (Gal 5:19-21).
Jika saat ini hidup kita masih melekat dengan dunia,
buatlah perubahan dalam hidup, paksa jiwa kita untuk boleh masuk di dalam
hadirat Tuhan, jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya
yang sia-sia ... perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan
serakah segala macam kecemaran (Ef 4:17-19).
Marilah kita belajar fokus kepada Tuhan seperti Daud (lih. Bagaimana
berjuang dalam menghadapi raksasa kehidupan) sehingga kita mengalami
Tuhan yang nyata. Semua apa yang dihadapi akan tersingkir dan tereliminasi
dalam kehidupan kita karena "pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus".
2. Tuhan
akan menumbuhkan kemampuan untuk
menilai, melihat
dan membuat keputusan secara ilahi dari sudut pandang-Nya.
Jika kita menilai sesuatu dari sudut pandang manusia
seringkali menanggung beban yang seharusnya tidak kita alami. Sebaliknya, jika
kita menilai sesuatu dari sudut pandang Tuhan maka kita akan mampu mengambil keputusan
yang benar dan dapat
melihat bahwa di sana ada Tuhan yang bekerja (mampu melihat visi dari
Allah).
Jadi, orang yang melekat pada Tuhan seberapa beratnya
penderitaan dalam dunia ini dia tidak akan pernah mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri.
Karena dia tahu bahwa "Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28); rancangan-Nya, rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang
penuh harapan (Yer 29:11).
3. Lebih mudah menerima tuntunan untuk melangkah dalam tujuan Tuhan.
Agar bisa menerima tuntunan untuk melangkah dalam tujuan
Tuhan diperlukan pola pikir yang sederhana seperti jiwa seorang anak kecil, yaitu mempercayakan seluruh kehidupannya pada Tuhan.
Marilah kita belajar dari Abraham dan Yakub
Abraham: pola pikir sederhana » percaya
pada janji Tuhan
Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: "Pergilah dari negeri ini ... ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat ... Lalu pergilah Abram seperti yang
difirmankan Tuhan kepadanya (Kej
12:1-4).
Yakub: pola pikir tidak sederhana » kurang
percaya pada janji Tuhan.
Untuk memperoleh berkat dia memakai pola pikirnya sendiri
dengan cara menipu Esau, saudara kembarnya dan Ishak, ayahnya. Pikirnya:
"Aku tidak mungkin mendapatkan hak kesulungan karena aku anak kedua."
(lih. Berkat).
Janji berkat Tuhan untuk Yakub
Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di
kemah. Ribka,
ibunya kasih kepada Yakub (Kej 25:27-28).
Yakub mendengar tiga janji Tuhan untuk Abraham, kakeknya,
Ishak, ayahnya dan dirinya sendiri dari Ribka, ibunya.
(1) Berfirmanlah
Tuhan kepada Abram: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati
engkau ... (Kej 12:1-3).
(2) Allah
berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan
anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan
perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya (Kej 17:19).
(3) Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya, sebab
isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu,
mengandung.
Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan
ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada Tuhan.
Firman Tuhan kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku
bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat
dari yang lain, dan anak
yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."
Pola pikir Yakub
(1) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu
datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub:
"Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena
aku lelah.
Tetapi kata
Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak
kesulungan itu?"
Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku."
Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan
dan minum, lalu berdiri dan pergi.
(2) Ketika Ishak
sudah tua, dan matanya
telah kabur, sehingga ia
tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta
berkata kepadanya: "Anakku." Sahut Esau: "Ya, bapa."
Berkatalah Ishak: "Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari
kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu,
pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan
yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan,
agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati."
Tetapi Ribka
mendengarkannya, ketika
Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Setelah Esau pergi ke padang
memburu seekor binatang untuk dibawanya kepada ayahnya, berkatalah Ribka kepada
Yakub, anaknya: "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakakmu: ....
Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu.
Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana
dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak
bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. Bawalah itu kepada ayahmu, supaya
dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati."
Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau,
kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin.
Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau
memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku
dan bukan berkat."
Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang
menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil
kambing-kambing itu."
Lalu ia pergi mengambil kambing-kambing itu dan membawanya
kepada ibunya; sesudah itu ibunya mengolah makanan yang enak, seperti yang
digemari ayahnya. Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau,
anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan
oleh Yakub, anak bungsunya.
Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan
Yakub dan pada lehernya yang licin itu. Lalu ia memberikan makanan yang enak
dan roti yang telah diolahnya itu kepada Yakub, anaknya.
Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata:
"Bapa!" Sahut
ayahnya: "Ya, anakku; siapakah
engkau?" Kata
Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah
kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah
daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku."
Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: "Lekas juga
engkau mendapatnya, anakku!" Jawabnya: "Karena Tuhan, Allahmu,
membuat aku mencapai tujuanku."
Lalu kata
Ishak kepada Yakub: "Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba
engkau, apakah engkau ini
anakku Esau atau bukan." Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan
ayahnya itu merabanya serta berkata: "Kalau suara, suara Yakub; kalau
tangan, tangan Esau."
Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya berbulu
seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia, tetapi ia masih
bertanya: "Benarkah engkau ini anakku Esau?" Jawabnya: "Ya!"
(kej 27:1-40).
Hal ini tidak berkenan di hati Tuhan, maka berlakulah "hukum tabur tuai".
Yakub harus membayar harga seumur hidupnya, diapun ditipu dengan cara yang sama
oleh Laban (Kej 29:16-30). Hukum ini bukan untuk menghukumnya tetapi untuk menyadarkan kesalahannya.
Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi
orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang
terakhir (Luk 13:30) - ada orang-orang yang terdahulu kehilangan berkatnya.
Ingatlah! Firman yang
keluar dari mulut-Nya ... akan melaksanakan apa yang
dikehendaki-Nya (Yes
55:11).
Jika kita hidup bagi Tuhan dan mengarahkan hati kita
kepada-Nya, maka Dia akan mengaktifkan pekerjaan Roh Kudus untuk menuntun kita
berjalan di dalam tujuan yang sudah Tuhan tentukan dalam kehidupan kita (Yoh
14:23-26). Tuhan mempunyai "jadwal" (timetable) buat setiap kita.
Tetapi seringkali kita tidak mampu mengikuti rencana Tuhan
karena kita mempunyai rencana sendiri. Setiap hendak melakukan sesuatu, hendaknya
kita bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu (Yak 4:15 » Jika Tuhan menghendakinya,
kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Marilah kita fokus pada kehendak Tuhan seperti Yusuf (lih.
Yusuf mengerti bahwa semua penderitaan yang dialaminya
terjadi atas seijin Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi bangsanya (Kej
45:4-13 » Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang,
janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku
ke sini, sebab untuk
memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi
Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas
seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. ...”
Yusuf berjalan di dalam tujuan ilahi, berjalan sesuai
dengan rencana-Nya maka dia menikmati berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan
baginya (1 Kor 10:13).
Hati Yusuf tidak menjadi pahit, tidak
mengalami luka batin sehingga dia mampu berkata: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang
jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang
ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku
akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."
4. Semakin dikenal diruang Mahakudus, menjadi sahabat Tuhan
Agama lain tidak bisa mengerti bahwa Allah yang Mahakudus
bersahabat dengan manusia yang penuh dosa.
Orang yang memutuskan untuk tidak mencintai dunia ini (Yak
4:4 - persahabatan dengan dunia adalah permusuhan
dengan Allah), yang berketetapan tidak lagi hidup untuk dirinya
sendiri, tetapi hidup bagi Kristus (2 Kor 5:15; Flp 1:21), dia akan
berjalan melangkah bersama Allah untuk menggenapi rencana-Nya, Allah akan
memposisikan dirinya menjadi sahabat-Nya (Yak 2:23).
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi
seorang saudara dalam kesukaran (Ams 17:17), terlebih lagi memiliki sahabat
Tuhan, kita memiliki memiliki harta yang
kekal.
Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada
kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (Yoh 15:15 » Apakah Aku akan
menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? - Kej 18:17).
5. Terus diperlengkapi berbagai dimensi rohani (Yak 4:5 » Allah dengan sangat cemburu berkeinginan untuk
menempatkan Roh-Nya dalam diri kita, maksudnya kita akan terus-menerus
mengalami pekerjaan Roh Kudus.
Disadari atau tidak berbagai dimensi rohani yang Roh Kudus
implantasi masuk ke dalam kita akan meningkatkan kualitas manusia roh kita,
sehingga kualitas hidup kita menjadi berbeda.
Cara menerima implantasi dari Roh Kudus adalah merenungkan
firman Tuhan yang ada di dalam setiap kehidupan kita. Kita akan mendapatkan hikmat
yang dari atas, yaitu: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasih
dan buah-buah yang baik, tidak
memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran
ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai (Yak 3:17-18).
Orang yang mengalami implantasi rohani, kehidupannya akan mengalami
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus; umur panjang di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan (Rm 14:17; Ams 3:16).
6. Memunculkan
karakter dan pembawaan ilahi
Roh Kudus yang masuk ke dalam kita akan
meningkatkan kualitas manusia roh kita, sehingga
hidup kita akan semakin menyerupai Kristus, yaitu: penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, mengampuni
kesalahan (Kel 34:6-7).
Melalui kehidupan kita, kehadiran Allah dapat dirasakan
oleh keluarga, komunitas, dan masyarakat sehingga hidup
kita adalah surat
yang dapat dibaca oleh semua orang (2
Kor 3:2).
7. Membuat hidup sehari-hari terus diperlengkapi dengan otoritas dan kuasa
Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan
lari dari padamu! (Yak 4:7). Tunduk kepada Allah bukanlah hal yang mudah, maka
kita harus benar-benar menyangkal diri, memikul salib kita setiap hari dan
mengikuti-Nya (Luk 9:23) sehingga kita akan mengalami hidup yang terus-menerus
dipenuhi dengan otoritas dan kuasa Tuhan.
8. Memberikan kemampuan pada kita untuk berkolaborasi dengan Tuhan, untuk
bekerjasama dengan-Nya.
Tuhan menghendaki agar hidup kita itu bersatu dengan-Nya,
sehingga Dia bisa memakai kita secara luar biasa di muka bumi ini. Jadi, mendekatlah kepada Allah,
dan Ia akan mendekat
kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan
sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yak 4:8).
9. Mengkondisikan untuk hidup berdasarkan ketetapan yang berasal dari firman
Tuhan. Tidak hidup berdasarkan apa
yang orang katakan, atau yang dirasakan tetapi berdasarkan ketetapan hati yang
ada dalam hidup kita.
Ketetapan hati adalah sebuah
kekuatan yang terbesar dalam hidup kita selain daripada kekuatan dari
Roh Kudus.
Jadi, bangun keinginan dan ketetapan hati yang selaras
dengan firman Tuhan, milikilah pikiran dan hati yang sederhana dalam membaca firman Tuhan, maka apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya (Mat 21:22).
Akulah Tuhan, Allahmu ... Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. ... Jangan sujud menyembah kepadanya
atau beribadah kepadanya (Kel
20:1-5).
Marilah kita belajar dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan 3)
Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya
enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di
wilayah Babel.
Berserulah seorang bentara dengan suara nyaring:
"Beginilah dititahkan kepadamu ... haruslah kamu sujud menyembah patung
yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah,
akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!"
Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh
orang Yahudi. Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "... Sadrakh,
Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja:
mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah
tuanku dirikan."
Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan
geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah
orang-orang itu dibawa menghadap raja, berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "... jika
kamu tidak menyembah, kamu
akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala.
Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku
dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia
akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam
tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya
raja, bahwa kami tidak akan
memuja dewa tuanku, dan
tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah
terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian
itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya
dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan
mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
Kemudian terkejutlah
raja Nebukadnezar lalu
bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga
orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab
mereka kepada raja: "Benar, ya raja!"
Katanya:
"Tetapi ada empat
orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka,
dan yang keempat itu
rupanya seperti anak dewa!"
Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang
bernyala-nyala itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego,
hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu
keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu.
Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para
menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak
mempan oleh api itu, bahwa rambut
di kepala mereka tidak hangus, jubah
mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau
kebakaranpun tidak ada pada mereka.
Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya
dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang
telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang
menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah
manapun kecuali Allah mereka. ... tidak
ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu."
(Sumber: Warta KPI TL No.140/XII/2016
» Renungan KPI TL Tgl 24 November 2016, 1 dan 8 Desember 2016, Dra
Yovita Baskoro, MM).
Baca juga: