Ada dua orang pastor muda yang ingin bersantai-santai di Bali. Mereka menyamar dengan harapan tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Ketika mereka sudah tiba di pantai, mereka berganti baju Hawai, memakai celana pendek, memakai kacamata dan topi. Mereka duduk-duduk santai di tepi pantai sambil menikmati sinar matahari, tiba-tiba ada seorang cewek yang menyapa mereka: “Hallo pastor, apa kabar?” Ketika mendengar sapaan itu mereka kaget, lalu salah satu dari mereka berkata: “Penyamaran kita ini kurang canggih.
Bagaimana kalau besok kita menyamar dengan memakai tato dan kacamata hitam agar tidak ada seorangpun yang mengenal kita?”
Keesokan harinya, ternyata cewek itu lewat lagi dan menyapa mereka. Lalu salah satu pastor itu bertanya: “Kamu kok tahu kalau kami pastor?” jawabnya: “Saya ini kan suster Katrin, tetangganya pastor.”
Menjadi pastor, suster atau orang Katolik adalah suatu panggilan bukan suatu profesi/pekerjaan. Semua orang dipanggil untuk menjadi sahabat Allah, hidup dalam kesucian dan hidup dalam segala kelimpahan (Yoh 15:15; Mat 5:48; Yoh 10:10).
Jadi, untuk menanggapi panggilan Allah harus 24 jam,7 hari, satu minggu; bukan hanya hari Minggu saja hidup suci, tetapi hari Senin-Sabtu bohong sana-sini.
Kita adalah orang-orang pilihan. Tetapi seringkali kita dipenjarakan oleh ketakutan sehingga kita tidak bisa melangkah maju. Akibatnya tidak berbuat apa-apa, tidak bisa melayani dan melakukan misi.
Untuk mengatasi ketakutan itu, maka sebelum naik ke sorga Yesus minta kepada Bapa-Nya agar kita diberi seorang Penolong yang lain, yaitu Roh Kebenaran (Yoh 14:16-17).
Dengan Roh Kebenaran inilah kita bisa mengosongkan diri seperti yang diteladankan-Nya (Flp 2:5-6) sehingga kita bisa hidup menghidupi panggilan tersebut.
Marilah kita belajar dari Petrus dan penampakan Yesus kepada dua orang murid-Nya di jalan ke Emaus
* Petrus menyangkal Yesus 3 x karena dia dibutakan oleh ketakutannya (Mat 26:69-74). Ketika penuh dengan Roh Kudus, Roh Kuduslah yang membuatnya berani berkotbah sehingga jumlah mereka bertambah kira-kira 3000 jiwa bertobat dan dibaptis (Kis 2:1-41; 3:11-26). Roh Kudus juga memberinya kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat (Kis 3:1-10).
* Dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus … Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. … Lalu Ia berkata kepada mereka: “…” Lalu Ia menjelaskan …
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia … Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (Luk 24:13-35)
» ketika dibutakan oleh ketakutan, mereka tidak mengenal Yesus.
Manusia cepat mengenali masalah yang jauh tetapi lambat mengenali rahmat/kehadiran Tuhan dalam hidup.
Sejak menerima Roh Kudus, kita juga diberinya karisma (1 Kor 12, 14) sehingga kita bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Kuasa dari Roh Kudus akan membawa kita pada kuasa kasih (1 Kor 13:13).
Kuasa dan karisma punya kecenderungan merusak. Oleh karena itu kita harus belajar untuk melayani dan mengasihi sehingga kuasa dan karisma yang kita peroleh itu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan kita.
Marilah kita mohon agar sukacita yang yang mengalir dari Roh Kudus (Yoh 16:22) dapat menjadi bagian dari hidup kita sehingga kita senang dalam pelayanan dan merasakan indahnya kebersamaan dalam hidup berkomunitas maupun hidup menggereja.
(Sumber: Warta KPI TL No. 87/VII/2011 » Renungan Sarasehan Kelompok Kategorial tgl 11 Juni 2011, Rm. Adrian Adiredjo, OP).