Pada saat mengikuti doa syafaat, saya ditelpon oleh teman kantor suami saya, dia mengatakan bahwa suami saya masuk RS HCOS karena keracunan makanan.
Saya, Raphael dan ibu Magiati langsung meluncur ke RS. Di UGD saya melihat banyak orang berseragam mengerang kesakitan, ada yang muntah-muntah dan berak-berak, menggigil kedinginan meskipun sudah memakai dua selimut. Mereka keadaannya sudah seperti mayat, termasuk suami saya.
Saya dan ibu Magiati berdoa memohon keselamatan suami saya beserta teman-temannya. Pertolongan-Nya sungguh tepat waktu, pada saat itu ada banyak dokter yang memberikan pertolongan pertama dengan cara menguras lambung dengan Norit. Karena keadaannya sangat kritis, maka saya menunggu di rumah sakit selama dua malam tiga hari.
Saya sungguh sangat bersyukur hidup dalam suatu komunitas yang benar. Melalui komunitaslah saya memperoleh kekuatan, ada yang membantu secara materi maupun moril, ada yang mau mengurusi anak saya yang kecil, ada juga yang membawakan makanan agar saya tidak jatuh sakit.
Setelah kesehatan suami saya agak pulih, dia bercerita kejadiannya.
Pada waktu dia interview di lantai 1, ada seseorang yang mengirim kue terang bulan. Kue tersebut dibawa ke lantai 3 dan dibagi-bagikan diantara orang kantor (sudah tradisi kalau boleh berkat dibagi rata).
Setelah selesai interview, suami saya naik ke lantai 3 dan ditawari makan kue tersebut. Suami saya turun lagi ke lantai 1. Tiba-tiba dia merasakan badannya menggigil, perutnya mulas dan berak-berak dua kali. Teman-teman yang ada di lantai atas menelponnya ke HP tetapi dia tidak bisa menjawabnya karena badannya lemas.
Meskipun keadaannya demikian, dia masih dapat berpikir untuk mohon bantuan sahabatnya yang berada satu komplek pertokoan itu. Akhirnya dua rombongan korban diangkut mobil sahabat suami saya dan satu rombongan korban naik taksi.
Ada banyak pelajaran yang saya dapatkan atas kejadian itu:
* Suatu peristiwa terjadi pasti ada penyebabnya. Dalam kasus pembunuhan berencana ini, mungkin si pelaku merasa iri hati /sakit hati.
* Makanan dapat juga dipakai sebagai sarana untuk kejahatan, hal itu terbukti di dalam kasus ini. Ada yang tidak suka dengan terang bulan, tetapi pada saat itu dia sangat tergiur untuk memakannya (terhipnotis). Bahkan ada yang makan dua potong.
* Penyertaan Tuhan sungguh luar biasa pada anak-anak-Nya. Meskipun ada orang yang merancangkan kejahatan dengan mengirim kue yang di dalamnya ada unsur racun dan kuasa jahat, tetapi Tuhan meluputkannya dari kematian.
Terlebih lagi pada tgl 28 Juli 2009 itu ada seminar dokter-dokter di RS HCOS sehingga mereka dapat memberikan pertolongan dengan segera kepada sepuluh orang korban yang keracunan.
Syukur pada Allah, ada yang alergi coklat, dia tidak makan kue tersebut sehingga dia dapat meminta pertolongan pada orang sekitarnya untuk mengangkut korban keracunan ke rumah sakit.
(Sumber: Warta KPI TL No. 86/VI/2011).