20.05 -
*Karunia*
Maksimalkan apa yang Tuhan berikan padamu
Ada seorang pemuda (X) yang mempunyai tanah beberapa ratus meter persegi. Dengan berjalannya waktu, dia mempunyai tanah yang begitu luas sehingga mencapai sepuluh hektar, tetapi dia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya.
Pada suatu hari dia mendengar bahwa ada suatu desa yang masyarakatnya mempunyai aturan “boleh mempunyai tanah di tempat itu seluas daerah yang dapat dikelilinginya dalam satu hari.”
Maka berangkatlah X ke desa itu dan mengutarakan maksud kedatangannya. Di sana terjadilah kesepakatan antara X dan kepala suku, isi kesepakatan adalah “kamu harus bayar pada kami sejumlah uang. Pagi-pagi sekali pada waktu matahari terbit, berjalanlah mulai dari satu titik. Carilah tanah yang kamu ingini, tetapi sebelum matahari terbenam kamu sudah harus berada di mana kamu mulai berjalan. Jika tidak, maka uang itu akan hilang.”
Malam harinya X tidak bisa tidur karena begitu semangat membayangkan akan memperoleh tanah yang begitu luas. Pagi-pagi benar dia sudah datang ke desa itu dan mulai mengelilingi tanah yang diinginkannya. Dengan penuh semangat dia berjalan cepat sampai lupa waktu.
Ketika matahari hampir terbenam, dia tersadar bahwa dia akan kehilangan uangnya, maka dia berlari agar dapat mencapai titik awal dia berjalan. Syukur kepada Allah. Meskipun sudah ada umur, akhirnya dia dapat mencapai titik awal dalam keadaan tengkurap.
Melihat itu kepala suku berkata: “Kamu seorang yang luar biasa. Kamu orang pertama yang bisa dapatkan tanah begitu luas.” Mendengar komentar itu X diam saja. Ternyata … X meninggal di titik awal dia berjalan karena kecapaian banget.
Ada banyak orang yang bekerja tanpa batas waktu, pikirannya selalu dikuasai dengan pemikiran mau punya lebih dan lebih lagi (melekat dengan harta), sehingga mereka tidak peduli lagi pada anak/istri/istirahat/kesehatan.
Jika kita memiliki kelekatan seperti ini, maka suatu saat kita akan tidak dapat menikmati apa yang kita punyai.
Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu (Luk 12:15)
Mulai Januari 2010, saya tinggal di paroki Redemtor Mundi dan bertugas sebagai dosen di WM. Dengan berjalannya waktu, saya ditugaskan sebagai kepala pastor paroki di sana.
Ini bukanlah hal yang mudah, karena saya orang baru di Surabaya, tidak berpengalaman sebagai pastor paroki; dan dalam paroki ini terdapat perbedaan status sosial yang mencolok, ada banyak yang mampu-mampu sekali, ada banyak yang kurang-kurang sekali (sangat minus).
Pada suatu hari, beberapa ibu WK datang menghadap saya, mereka mengemukakan masalahnya: “Romo, kami mohon bantuan untuk sekolah TK, SD dan SMP Indrasana, sekolah itu sangat minus. Para murid berasal dari keluarga kurang mampu, uang sekolah mereka hanya lima puluh ribu dan ada juga yang seratus ribu. Kadang-kadang uang sekolah itu pun kurang lancar mereka bayarnya. Selama tiga tahun ini, sekolah ini dibantu oleh paroki Yakobus yang kaya raya sebanyak lima belas juta sebulannya. Tetapi bantuan itu sekarang mau dihentikan, sedangkan muridnya ada 250 anak dan gurunya ada 35 orang. Apakah Romo bersedia untuk membantunya?”
Setelah mendengar penjelasan itu, saya tidak dapat segera memberi keputusan. Jawab saya: “Masalah ini kita bawa saja dalam doa.”
Sekolah ini jaraknya sangat dekat dengan paroki, lima menit berjalan sudah sampai di sana. Pada suatu hari saya mengunjungi sekolah tersebut, begitu saya sampai di sana, para murid memanggil-manggil saya “Mo, Romo.”
Begitu mendengar panggilan itu, insting saya berkata bahwa mereka juga anak-anak saya, “saya harus bantu mereka.”
Lalu saya membicarakan masalah ini pada DPH. Tanggapan mereka: “Romo, ngapain pusing memikirkan mereka. Apakah Romo kurang pekerjaan?”
Dalam doa saya berkata: “Tuhan, jika Engkau mau saya ambil sekolah ini. Berilah orang-orang yang mau mengelolanya dengan setulus hati.”
Syukur kepada Allah. Ketika saya membicarakan masalah ini, Tuhan menggerakkan hati orang-orang tertentu untuk membantu mengelola masalah keuangan. Maka saya pun bersedia membantu sekolah itu dengan perjanjian.
Saya bukan seorang yang percaya diri, maka saya mengajukan proposal ke paroki Yakobus untuk mohon bantuannya dengan perjanjian “tahun pertama paroki Yakobus membantu sepuluh juta/bulan, paroki Redemtor Mundi lima juta/bulan.
Tahun ke dua paroki Yakobus membantu lima juta/bulan, paroki Redemtor Mundi sepuluh juta/bulan. Tahun ketiga paroki Redemtor Mundi secara mandiri lima belas juta/bulan.” Tetapi mereka menolaknya.
Pada waktu misa saya umumkan bahwa ada banyak anak yang membutuhkan orang tua asuh dalam sekolah ini. Ternyata … sungguh luar biasa campur tangan Tuhan, dana yang terkumpul cukup untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah selama setahun.
Demikian pula pada saat saya umumkan bahwa sekolah ini membutuhkan sarana komputer, ada juga yang tergerak hatinya untuk menyumbangkan beberapa komputer baru.
Sungguh luar biasa penyertaan Tuhan pada sekolah ini. Dia memberikan suatu misi pada seseorang, Dia pula yang melengkapinya.
Tuhan juga menggerakkan hati anak-anak orang mampu untuk memberikan pelajaran tambahan bahasa Inggris secara gratis selama liburan sekolah. Meskipun keringat bercucuran karena ruangannya tidak ber AC, mereka mengajar dengan penuh semangat.
Bahkan ada seorang anak yang berbelas kasihan melihat keadaan anak-anak tersebut, lalu dia menceritakan pada mamanya. Lalu mereka mengajak anak-anak itu berjalan-jalan sambil makan di salah satu restorant cepat saji.
Lagi-lagi anak-anak orang mampu itu mendapat pelajaran hidup yang sangat berharga, yaitu ketika ada seorang anak yang makan burger hanya separuh, yang separuhnya dibawa pulang agar keluarganya juga dapat merasakan rasa burger tersebut.
Syukur kepada Allah, sekolah ini sekarang dapat berjalan karena Tuhan memberkati. Bahkan Konsul Jendral Amerika datang ke sekolah ini dan mengundang anak-anak ke tempatnya. Mereka begitu senang karena mereka ditraktir oleh Konsul Jendral tersebut.
Di sinilah terjadi penggenapan firman Tuhan secara luar biasa: anak-anak kurang mampu dapat merasakan kasih Tuhan dan orang-orang yang mampu mempunyai kesempatan untuk melayani.
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situlah pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa (Yoh 12:26).
Hidup ini memang berat, setiap manusia harus bergumul di bumi (Ayb 7:1). Jika kita terus-menerus melihat pada kekurangan/masalah kita, maka masalah itu akan menghancurkan hidup kita sehingga kita tidak punya kekuatan lagi untuk bangkit, akhirnya kita menjadi frustasi dan depresi.
Masalah itu seumpama seorang anak kecil memegang balon di tangan kanan dan es krim ditangan kiri. Tiba-tiba balonnya terlepas.
Ketika dia hanya berfokus pada balonnya (berlari mengejar balonnya), maka es krimnya akan terjatuh. Demikian pula jika dia asyik makan es krim, maka tanpa sadar balon itu akan terlepas dari tangannya.
Jika kita mau keluar dari masalah, maka hal-hal yang biasa yang kita punya akan menjadi berkat bagi orang lain secara luar biasa. Jadi, nikmati dan syukuri apa yang kita miliki.
Contoh: Tuhan berfirman: “Apakah yang di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.” (Kel 4:2) - Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah di depan Firaun. Maka tongkat itu akan menjadi ular (Kel 7:9);
Angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering (Kel 14:16).
Marilah kita belajar dari Yesus (Mat 14:13-21):
Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi
» Yesus begitu sedih dan kecewa ketika mendengar Yohanes Pembaptis dibunuh. Karena Dia begitu dekat dengan Yohanes, bahkan sejak berada di dalam kandungan ibu-Nya (Luk 1:41); Yohanes juga yang membuka jalan bagi misi-Nya (Mrk 1:4).
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.”
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”
» meskipun dalam keadaan sedih dan kecewa, Yesus mau ke luar dari diri-Nya sehingga Dia dapat melihat keadaan sekelilingnya yang membutuhkan; Dia tidak berputar-putar di masalah tersebut.
Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.” Setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
» ketika kita mau membagikan sesuatu dengan tulus tanpa perhitungan, maka Tuhan akan memberkati yang biasa menjadi luar biasa (ordinary menjadi ekstra-ordinary).
(Sumber: Warta KPI TL No. 88/VIII/2011 » Renungan KPI TL tgl 4 Agustus 2011, Rm Adrian Adirejo, OP).