Godaan yang paling sering dan paling tersembunyi ialah kekurangan iman dari pihak kita. Hal itu tidak menyatakan diri dalam ketidakpercayaan jelas, tetapi de fakto menonjolkan hal-hal lain.
Kalau kita mulai berdoa, seribu satu pekerjaan dan kesusahan yang kita anggap sangat mendesak, menampilkan diri sebagai sangat penting.
Ini saatnya, di mana menjadi nyata, kepada apa hati kita memberikan prioritas. Suatu ketika kita menghadap Tuhan sebagai pertolongan kita yang terakhir, tetapi kita tidak selalu benar-benar yakin akan pertolongan-Nya. Pada waktu lain kita menjadikan Tuhan itu sekutu kita, namun hati kita tetap sombong.
Dalam semua hal ini kekurangan kita dalam iman menyatakan bahwa kita belum cukup rendah hati: Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).
Satu godaan lain, yang diberi peluang oleh kesombongan, ialah kejenuhan. Guru-guru kehidupan rohani menganggapnya semacam depresi. Itu disebabkan oleh kurangnya askese (penguasaan diri), menghilangnya kewaspadaan dan berkurangnya ketelitian hati. “Roh memang penurut tetapi daging lemah” (Mat 26:41). Makin besar ketinggian dari mana orang jatuh, makin parah lukanya.
Kekecewaan yang menyedihkan adalah sisi lain dari kesombongan. Yang rendah hati tidak merasa heran akan kemalangannya. Hal itu malahan mendorong dia, agar semakin percaya dan bertekun.
(Sumber: Warta KPI TL No. 87/VII/2011 » KGK 2732-2733).