Pages

Jumat, 04 November 2016

Bagaimana manusia bisa berumur 70 tahun?



Beginilah kisahnya: Tuhan menciptakan manusia pada hari ke 6. Sebelumnya Tuhan telah menciptakan segala kebutuhan manusia.


Pada waktu menciptakan sapi, Tuhan berkata kepada sapi: “Hai sapi, hari ini Aku telah menciptakanmu. Sebagai tugasmu, engkau harus membantu manusia yang akan Aku ciptakan. Kalau manusia mengangkat beban terlalu berat, bantulah. Sekali waktu engkau juga harus menyediakan susu bagi manusia … dan bekerja sepanjang hari di bawah terik matahari. Sebagai upahnya, engkau bisa makan rumput. Pokoknya kamu menjadi pembantu manusia.” Jawab sapi: “Baik Tuhan, aku akan lakukan.” 



Kata Tuhan: “Umurmu 50 tahun.” Sapi protes, katanya: “Tuhan, kerja keras seperti itu, narik beban, kerja terus setiap hari, cuma istirahat malam. Bangun pagi kerja lagi, hidup 50 tahun terlalu lama.” Tanya Tuhan: “Maumu berapa?” Jawab sapi: “20 tahun saja, yang 30 tahun kukembalikan pada-Mu.” Tuhan pun setuju.



Tuhan menciptakan monyet, kata-Nya: “Hai monyet, tugasmu adalah menghibur manusia. Jika manusia sedih, engkau boleh menari-nari, bergelantungan di mana-mana dan memain-memainkan wajahmu supaya manusia senang dan terhibur. Umurmu 20 tahun.” 


Monyet pun protes, katanya: “Tuhan, cuma gelantungan kesana kemari, hidup 20 tahun terlalu lama.” Tanya Tuhan: “Maumu berapa?” Jawab monyet: “10 tahun saja, yang 10 tahun kekembalikan pada-Mu.” Tuhan pun setuju.

Tuhan juga menciptakan anjing, kata-Nya: “Hai anjing, tugasmu adalah menjaga manusia, jika ada bahaya menggonggonglah supaya manusia bisa siap sedia dan umurmu 20 tahun.” 

Anjing pun protes, katanya: “Duduk sepanjang hari di depan pintu dan menggonggong bila ada orang yang tidak dikenal, hidup 20 tahun terlalu lama.” Tanya Tuhan: “Maumu berapa?” Jawab anjing: “10 tahun saja, yang 10 tahun kekembalikan pada-Mu.” Tuhan pun setuju. 

Pada waktu Tuhan menciptakan manusia, kata-Nya: “Hai manusia, semua sudah Aku sediakan. Ada pohon yang berbuah, tinggal petik dan makan; mau tidur, tidur … pokoknya semua sudah Aku sediakan. Ada sapi yang membantu kamu, ada monyet …, ada anjing … dll. Nikmatilah hidupmu. Hidupmu hanya 20 tahun. 

Manusia protes, katanya: “Tuhan, hidup enak kayak gini kok cuma 20 tahun?” Tanya Tuhan: “Maumu berapa?” Jawab manusia: “Tuhan, tadi ada umur yang dikembalikan oleh sapi, monyet dan anjing. Biarkanlah aku yang mengambil umur mereka sehingga umurku 70 tahun.” Tuhan pun setuju.

Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun (Mzm 90:10)

Jadi, sejak lahir hingga berumur 20 tahun manusia enak hidupnya; butuh sepatu, ingin makan pizza dll. tinggal minta pada orang tua - manusia dirancang untuk hidup enak. 

Umur 21 tahun mulai memikirkan dan mencari pasangan hidup, ingin menikah, berkeluarga … mempunyai anak - tugas manusia harus bekerja keras seperti sapi. 

Umur 51 tahun biasanya sudah mempunyai cucu - tugas manusia menghibur cucunya dengan memain-mainkan wajah kita seperti monyet (nak ning nung… ;we….we…). 

Umur 61 tahun kita pensiun memomong cucu karena mereka sudah besar. Akhirnya kita seperti anjing, pagi-pagi sudah duduk di kursi goyang di depan pintu, jika ada yang mengetuk pintu kita berteriak: “Siapa itu?” 

(Sumber: Warta KPI TL No. 89/IX/2011 » Renungan KPI TL tgl 11 Agustus 2011, Bapak Djatmiko)