Yesus taat kepada Allah Bapa untuk menyelamatkan umat manusia, sehingga dengan sukarela dan rendah hati Dia memilih jalan penderitaan yang paling rendah (dihina, disiksa dan kesepian), bahkan mati di kayu salib.
Pada saat Yesus dimuliakan (Yoh 12:23b), salib berubah maknanya bagi umat Kristen, sebagai tanda kemenangan, tanda harapan akan kebangkitan, tanda kesetiaan dan tanda kasih Allah kepada umat-Nya (Yoh 3:16).
Oleh karena itu, peristiwa jalan salib Yesus menjadi bagian yang sangat penting dalam Injil Perjanjian Baru. Jadi, sejak saat itu salib bukan lagi sebagai alat penghinaan tetapi merupakan alat kemenangan, alat kebanggaan dan alat pengenangan akan kematian Tuhan Yesus. Untuk itu, Yesus ingin agar orang-orang di dunia mau mengikuti dan menerima ajakan masuk ke jalan salib (Luk 9:23; 14:27; Yoh 12:26).
Untuk mengenang dan mengimani peristiwa itu kita membuat tanda salib sebagai tanda pernyataan syukur dan terima kasih atas pengambilalihan dosa-dosa kita.
Memperlihatkan bahwa kita adalah pengikut-pengikut Tuhan Yesus Kristus, identitas dari orang Katolik.
Mengingatkan kembali pada waktu kita dibaptis.
Dengan menyebut Allah Tritunggal: Bapa dan Putra dan Roh Kudus, berarti kita memuliakan Allah Tritunggal Yang Mahakudus dan juga memberkati diri kita sendiri.
Ini bukan merupakan ajaran sesat, malahan kita diberkati karena telah mewartakan Injil, yaitu sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Seringkali kita menggunakan kekuatan sendiri dalam memikul salib, kita takut untuk berserah diri kepada Tuhan, takut menjadi terlantar atau menjadi miskin.
Sikap ini atau pikiran ini menghambat Tuhan Yesus untuk berkarya dalam diri kita. Seharusnya, sebagai pengikut Kristus kita menerima salib, menerima segala penderitaan dengan mengucap syukur, bahwa kita boleh mengalami sedikit penderitaan Yesus.
Itu adalah suatu rahmat dari Tuhan Allah Bapa kita, bahwa kita boleh mengalaminya. Dengan kata lain, kita mengatakan “ya” dengan membuat tanda salib, dan mulai dengan hidup baru!
Hidup sebagai seteru salib Yesus, kesudahannya ialah kebinasaan Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (Flp 3:17-21)
(Sumber: Warta KPI TL No. 78/X/2010 » Mengapa Kita Membuat Tanda Salib?, Evert P. Kalumata).