Setiap hari Kamis kelompok ini mengadakan Pendalaman Iman, sedangkan hari Selasa kelompok ini juga mengadakan doa syafaat.
Di doa syafaat kami memuji dan menyembah Tuhan lalu mendoakan bangsa dan negara; pimpinan Gereja, mulai dari Paus, Uskup, Imam dan biarawan-biarawati; Kelompok kategorial, khususnya KPI TL; yang sakit, yang keluarganya bermasalah dll. Selain itu kami juga merenungkan sabda Tuhan.
Bertepatan dengan bulan Kitab Suci, kami merenungkan “Sabda Allah Sumber Energi Keluarga” dengan sub tema “Hidup Berkeluarga sebagai suatu panggilan dari Allah sendiri”
Pada saat itu kami saling berbagi pengalaman sesuai dengan tema bulan Kitab Suci.
Yohana
* Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26-31). Allah mempunyai mega proyek bahwa semua manusia yang diciptakan-Nya akan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tetapi ada juga yang menggunakan kebebasannya dengan menolak tawaran tersebut.
Masing-masing kita dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya, ada yang dipanggil untuk selibat, ada juga yang dipanggil untuk membentuk suatu keluarga, ada yang dianugerahi keturunan, ada yang tidak. Dan setiap manusia dipanggil-Nya untuk melayani-Nya.
Di zaman sekarang ini, anak kita lebih cenderung main game, nonton TV , internet, face book dari pada membaca Kitab Suci.
Jadi, kita yang lebih dahulu mengerti pengajaran Kitab Suci, kita harus menyadarkan mereka bahwa “Kitab Suci adalah rambu-rambu/pedoman, sumber segala-galanya dalam kehidupan ini.”
Kita yang dipanggil melakukan karya-karya Tuhan janganlah berpikiran jadul (jaman dulu). Yang penting diri saya mengerti firman, anak-anak tidak perlu mengerti, mereka cukup hanya tahu ceritanya saja. Jangan cuma hafal firman saja, jadilah pelaku firman. Karena ada bahayanya jika kita hanya hafal, kita akan menjadi orang yang sombong. Hal ini akan menjadi batu sandungan bagi saudara seiman kita.
Pada waktu anak-anak masih kecil, kami berkumpul di tempat tidur berdoa bersama-sama. Di bulan Mei dan Oktober, kami selalu berdoa rosario.
Ketika Berty berusia empat tahun, dia sudah bisa mendaraskan “Salam Maria” Jadi dia juga mendapat giliran untuk mendaraskannya. Seringkali dia berdoa dalam keadaan mengantuk, jika hampir tiba gilirannya, dia dicubit kakaknya. Setelah selesai mendaraskan, dia tidur lagi, ketika hampir tiba gilirannya dicubit lagi sama kakaknya.
Dulu, saya berkecil hati karena bukan orang yang berprofesi sebagai dokter/karyawati, tetapi sekarang saya bersyukur berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Ternyata panggilan itu sangat mulia dan lengkap, saya menjadi pendamping suami saya dan juga pengatur ekonomi keluarga, pendoa, penghibur, perawat dan pembantu yang baik bagi suami dan anak-anak saya, saya juga bisa menjadi pendidik bagi anak-anak saya, terutama dalam hal iman.
Jika kita mendidik mereka secara benar sesuai dengan ajaran Yesus, maka suatu saat mereka dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik.
Setiap manusia mendapat anugerah dari Tuhan, ini harus dipertanggungjawabkan sekecil apa pun yang dirasakannya.
Jadi, keprihatinan Gereja terhadap pengembangan iman ini juga harus kita pikirkan agar umat yang sudah dibaptis secara Katolik tidak mengalami kebimbangan dalam bergumul dengan imannya.
Vira
Sejak anak-anak saya masih kecil, saya selalu menanamkan agar anak-anak mau ke Gereja. Kadang-kadang mereka menunda ke Gereja karena pagi harinya mereka lebih tertarik menonton TV. Meskipun mereka marah dan menangis, saya tidak peduli, saya memaksa mereka agar berangkat ke Gereja pagi hari.
Ternyata setelah mereka sudah besar, mereka tahu kewajibannya. Jika di hari Minggu mereka ada acara, maka mereka pergi ke Gereja di hari Sabtunya.
Banyak pasangan muda yang lupa bahwa pendidikan iman itu adalah tanggungjawabnya, mereka mengira perkembangan iman adalah tanggungjawab guru sekolah maupun guru BIAK.
Seharusnya kita mengajarkan Kitab Suci itu sejak dini kepada anak-anak kita sehingga firman itu akan mengakar dalam kehidupan mereka.
Mengajar di sini bukan berarti saya berkotbah terhadap anak-anak saya, tetapi saya mengajak anak-anak saya untuk berdoa dan membaca Kitab Suci secara bersama-sama.
Meskipun saat itu mereka tidak dapat mengerti, biarlah karunia Roh Kudus ada di dalam dirinya berkarya. Bukankah mereka sudah mendapatkan karunia Roh Kudus saat dibaptis?
Jadi, pada saat Iblis mencobainya, mereka tidak akan terpengaruh arus global, karena mereka sudah mempunyai pedoman hidup yang benar. Kita yang menanam, Tuhanlah yang memberi pertumbuhan.
Olga
Saya dan keluarga saya menjadi Katolik karena pengaruh dari kakak saya. Namun sayang sekali, sekarang dia berpindah agama lain karena mempunyai pasangan bukan orang Katolik, padahal dulu dia pernah berkeinginan menjadi pastor.
Begitu dibaptis, ibu saya begitu giatnya mengikuti kegiatan rohani (WK, Legio Maria) sehingga sesampainya di rumah kecapaian, langsung tidur.
Jadi, pengajaran-pengajaran yang didapatnya tidak pernah diberikan kepada anak-anaknya. Itulah sebabnya pemahaman iman Katolik tidak mengakar pada anak-anaknya sehingga mereka berpendapat bahwa semua agama itu sama saja.
Akhirnya ... adik-adik saya juga berpindah agama karena pengaruh lingkungannya. Kita yang telah mengikuti kegiatan rohani ini seharusnya menjadi pelaku firman sehingga keluarga dan orang-orang di sekeliling juga merasakan kasih Tuhan.
Ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya kita menjadi pengajar, mengajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah. Tetapi kita lamban mendengarkan karena lebih menyukai susu daripada makanan keras (Ibr 5:11-12)
(Sumber: Warta KPI TL No. 77/IX/2010).