Pages

Selasa, 04 Oktober 2016

Jubah simbol dari pengurapan

Pada saat kita sudah diurapi, keadaan ini mengubah hubungan yang kita miliki dengan Allah Yang Maha Kuasa. Tiba-tiba saja Dia menganggap kita sebagai milik pribadi-Nya. Kita menjadi secara mutlak terpisah dari dunia dan menjadi “milik-Nya” saja (Mzm 2:2; 18:50; 20:6; 28:8; 84:9; 105:15; 132:17).

Melalui pengurapan yang kita terima, kita tidak perlu diajar oleh orang lain. Karena pengurapan-Nya mengajarkan tentang segala sesuatu yang benar (1 Yoh 2:27).

Mengenai hal ini, ada dua prinsip Ilahi yang terlibat:

1. Pengurapan membuat pemisahan yang sekuler.

Seperti halnya minyak dan air tidak dapat bercampur. Contoh: suku Lewi dipisahkan dari apa yang bersifat sekuler (Bil 1:49-50); Samuel dipilih dan ditetapkan untuk tinggal di dalam hadirat Allah sepanjang umur hidupnya (1 Sam 1:21-28). 

Pada saat hadirat Roh Allah dicurahkan, semua hal yang sekuler harus hancur. Allah telah memanggil kita agar dipisahkan untuk menjadi seorang Lewi secara profetik (berkenaan dengan kenabian atau nubuatan). 

Ketika kita berpindah ke dalam alam ini, kita akan lapar dan haus akan semua hal yang berasal dari Allah (penyembahan, puji-pujian). Kita akan merasa tidak dapat berfungsi kecuali jika kita bersama-sama dengan Dia.

2. Kita memiliki akses menuju pengurapan melalui penundukan diri di dalam Roh.

Orang yang masih bayi di dalam perkara-perkara Allah dikuasai oleh kepentingannya sendiri. Mereka terus-menerus berpikir: “Bagaimana hal ini bisa memberi manfaat bagi saya? Apakah yang akan dilakukanya untuk hidup saya? 

Orang percaya yang telah mencapai usia dewasa akan meniru kepribadian Yesus: mematikan kehendaknya sendiri dan menjadi pelayan dari semuanya (Mrk 9:35). 

Agar dapat mengakses pengurapan, kita harus rela mengorbankan waktu untuk bersendiri dengan Allah (berdoa), menyerahkan pikiran-pikiran kita, kehendak kita dan keseluruhan diri kita kepada Roh Kudus (Yoh 3:30) – pentingnya untuk berserah seutuhnya kepada Roh.

Tiga efek dari pengurapan yang memberi kuasa di dalam kehidupan pribadi kita.

1. Kita akan berpartisipasi dalam hal yang profetik

Ruben melakukan sebuah pelanggaran yang menyedihkan (Kej 35:22 – tidur dengan Bilha, gundik ayahnya). Maka haknya sebagai anak sulung dicabut dan diberikan kepada Yusuf (1 Taw 5:1); sebagai ganti dari hak kesulungan yang tidak dapat menetap kepada putera pertama Lea, maka hak tersebut dianugerahkan kepada putera pertama Rahel. 

Begitu jubah dianugerahkan kepada Yusuf, dia mendapatkan mimpi-mimpi yang penuh maksud (bermakna, bersifat adikodrati - Kej 37:6-10) dan Allah juga memberinya kemampuan untuk menginterpretasikannya

Jubah menggambarkan penganugerahan ke atas sebuah bejana yang terpilih. Oleh karena pengurapan, segala sesuatunya dapat dilihat dengan kacamata surgawi, sehingga segala sesuatunya dilihat sebagai tujuan Allah (Kej 45:5-7).

Karena itulah kita juga perlu bersikap seperti ini: “... berdiri teguhlah, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Kor 15:58). Jadi, jika kita tidak setia kepada perintah-Nya, kita bisa kehilangan apa yang sebenarnya menjadi hak kita.

2. Kita akan diberi mandat untuk melaksanakan sebuah misi (1 Sam 10:1).

Pada saat jubah pengurapan diletakkan di atas hidup kita, kita akan menerima perintah dari atas untuk segera bergerak. Pengurapan adalah hadirat Allah yang tinggal di atas kita dan merupakan milik kita yang paling berharga; sarana untuk mencapai rencana dan tujuan Allah bagi kita (Yes 61:1).

Jika kita memiliki pengurapan, kita akan secara otomatis mulai berpartisipasi dalam perkara profetik. Tuhan akan memberi kita pewahyuan/visi melalui mimpi atau di hati kita yang akan mengarahkan kita menuju suatu tujuan.

3. Mendapat kebaikan dari Bapa

Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, ... (Kej 37:3). Yusuf mendapat kebaikan dari bapa duniawinya, dia juga mendapat berkat dan kebaikan dari Bapa Surgawinya oleh karena pengurapan (Kej 39:2).

Pengurapan menghasilkan kuasa karakter yang seperti Yesus – melihat dengan cara-Nya melihat, berbicara seperti cara-Nya berbicara dan berjalan seperti cara-Nya berjalan. 

Untuk itu ada limaprinsip kuasayang terlibat di dalamnya:

1. Rebut kembali teritorianya.

Sifat alami kita menginginkan agar dapat melihat segala sesuatu dipulihkan dalam semalam, namun Yang Maha Kuasa mempunyai jadwal-Nya sendiri

Contoh: Dalam kasus orang Israel, kemenangan atas orang Filistin memakan waktu empat dekade yang panjang, sehingga dibutuhkan lebih dari seorang pembebas (Simson – Hak 13:4-5; Samuel – 1 Sam 1:11; 7:13).

Pada saat kita memerangi suatu roh yang sudah merampas teritori kita (kesehatan/kekuatan/pernikahan/pelayanan/berbagai karunia Roh/keadaan finansial), maka itulah waktunya untuk suatu peperangan rohani. Jika ada pengurapan, segala sesuatu akan dipulihkan.

2. Kita mempunyai suatu nubuat dan janji

Raja Saul diurapi untuk melayani Israel, berbuat kesalahan dengan memilih mendengarkan orang ketimbang mengikuti Tuhan (1 Sam 15:26 – engkau telah menolak firman Tuhan, sebab itu Tuhan telah menolak engkau).

Samuel mengurapi Daud. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud (1 Sam 16:12-13). Pengurapan selalu dibarengi dengan suatu nubuatan dan suatu janji

3. Konflik akan memimpin kepada koneksi kita

Ayah Saul kehilangan keledai-keledainya, katanya: “Pergilah mencari keledai-keledai itu.” Tetapi keledai-keledai itu tidak ada, tidak diketemukan. Mereka pergi ke abdi Allah untuk menanyakan keberadaan keledai-keledainya. 

Seandainya Saul tidak mencari-cari binatang-binatang yang tersesat, kemungkinan dia tidak akan pernah bertemu dengan Samuel (1 Sam 9). Jadi, Tuhan memakai pergumulan-pergumulan kita untuk sesuatu yang adikodrati, Dia akan menggunakan kesusahan kita untuk suatu kesuksesan. 

4. Pengurapan diakses di tempat hadirat-Nya

Selama bertahun-tahun Hana berpuasa, berdoa dan meluangkan waktu sebisa mungkin di Bait Allah memohon kepada Allah agar memberinya seorang putra. Dia berjanji kepada Tuhan: “Jika Engkau mengabulkan doaku, aku akan memberikan putraku itu kepada-Mu.” 

Melalui suatu mujizat, Samuel lahir dan Hana memenuhi janjinya (1 Sam 1). Sejak hari itu dan selanjutnya, Samuel hidup dalam atmosfir pengurapan.

5. Tujuan hidup kita diberikan melalui kuasa doa

Anak-anak Kehat harus bisa menahan beban sambil “berlutut” supaya dapat mengangkat beratnya Tabut di pundak mereka. Ini merupakan gambaran profetik mengenai setiap orang percaya yang rela menjadi pelayan Roh. Tanpa suatu kehidupan doa, pelayanan kita tidak bisa menjadi sesuatu yang profetik

Program-program yang dibuat memang indah, akan tetapi masa depan kita hanya akan tertransformasi pada saat kita belajar bagaimana bersembunyi dan tinggal di dalam Allah. 

Contoh: Elia... bersembunyilah (1 Raj 17:3). Di tempat sunyi, Yang Maha Kuasa mengarahkan dan menyempurnakan panggilan Elia. 

Jika kita rindu menyaksikan suatu surga yang terbuka, mulailah bersembunyi dan tinggal di hadirat Yang Maha Kuasa (Kol 3:3). 

Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah. Senjata kami di dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang dilengkapi dengan kuasa Allah (Ef 6:11-18; 2 Kor 10:4)

Empat prinsip profetik

1. Kita telah dimaksudkan untuk menjadi tempat hadirat Allah.

Allah merangkul orang yang dipisahkan dalam pelayanan dan yang dipersembahkan sebagai suatu persembahan yang hidup. Hidup orang Lewi untuk melayani perkara-perkara Allah (Bil 3:6). 

Orang Lewi sebenarnya dibagi dalam dua kemah utama, yaitu:

* Divisi dari para imam (mewakili pengurapan) - Harun dan anak-anaknya (1 Taw 6:54). Bukan semua orang Lewi menjadi imam, namun semua imam adalah orang Lewi.

* Divisi orang Lewi (mereka yang melayani pengurapan) - anak-anak Lewi ialah Gerson, Kehat dan Merari (1 Taw 6:1). 

Alasan untuk melayani para imam adalah agar para pelayan yang terpilih yang mewakili hadirat Allah dapat mengalir dengan pengurapan di Israel tanpa interupsi.

Sebagai orang Lewi di zaman modern, hidup kita harus dimaksudkan sebagai tempat hadirat Allah. Karena panggilan setiap orang percaya yang diurapi dalam Yesus Kristus, yaitu berbagi jamahan Roh di atas bumi. 

2. Kita telah terpilih untuk suatu keberadaan yang bukan berasal dari bumi ini.

Seluruh bangsa Israel dipanggil, namun hanya suku Lewi yang terpilih untuk melayani perkara-perkara Allah (Kel 32:26; Bil 3:6). 

3. Kita dipilih untuk hidup di dalam hadirat Allah secara berkesinambungan

Orang Lewi diberkati secara khusus dan mereka dipanggil untuk hidup di dalam hadirat-Nya secara berkesinambungan

Dia memisahkan bejana-Nya yang terpilih. Akan tetapi sebelas suku yang lainnya juga menikmati kebaikan Tuhan (Kel 14:21-23; Kel 15:25; Kel 16:13-36; Kel 17:58).

Sebagai orang Lewi secara spiritual, kita juga dipanggil untuk memanggul beban tentang perkara-perkara dari Allah (Mat 11:29). 

Akan tetapi banyak orang percaya dewasa ini tidak sepenuhnya memahami posisi mereka di dalam Kristus. Akibatnya, gereja secara keseluruhan menjadi lemah dan tak berdaya. 

Jika masing-masing dari kita memenuhi panggilan kita, kuasa Roh akan mulai bergerak secara adikodrati (bersifat supernatural, melebihi atau di luar kodrat alam). 

4. Kita terpilih untuk bekerja di dalam rumah Tuhan

Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (Mat 22:14)

Jika kita merindukan suatu pelayanan yang memiliki pengurapan untuk mengakses atmosfir surga ke bumi, kita harus menjadi seorang Lewi spiritual yang mau membuka hati terhadap kehendak Allah, sehingga batas-batas surga akan diperbesar dan diperluas hingga mencapai diri kita.

Kepekaan merupakan buah dari doa yang tersembunyi dan terus-menerus.

Marilah kita belajar dari Nabi Elia (1 Raj 18:41-45)

Pada waktu itu umat Israel tidak membutuhkan hujan, karena hujan turun terus- menerus sampai banjir. Lalu Elia berdoa: “Sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” Hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan (1 Rj 17:1; Yak 5:17). 

Pada waktu umat Israel sudah membutuhkan hujan kembali, Nabi Elia berdoa lagi ... telinga rohaninya mampu mendengar suara hujan di suatu tanah yang kering dan retak-retak. 

Elia tidak menyimpan hal tersebut sebagai rahasia bagi dirinya sendiri, tetapi dia mengatakan pada Ahab: “Pergilah, makan dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.” 

» Elia tidak saja mendengar suara hujan di dalam rohnya dan mengubahnya menjadi gerakan dengan cara mengatakannya dalam iman, dia juga mengambil langkah selanjutnya melalui tindakan mendorong di dalam doa

Dia bertindak selagi pewahyuannya masih segar, dan berkata: “Jika aku menunggu sampai besok, pengurapan atas suara tersebut bisa jadi akan hilang. Aku harus berdoa sekarang!” 

Inilah yang mengangkat dia ke tingkat profetik – suatu tingkat di mana mujizat terjadi. Ini adalah tingkat di mana Roh mengisi doa sepenuh-penuhnya. 

Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: “Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.” Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: “Tidak ada apa-apa.” Kata Elia: Pergilah sekali lagi.” Demikianlah sampai tujuh kali


»  ini adalah peperangan rohani.

Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia: “Pergilah, katakan pada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang hujan.” Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat.

Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya (Hab 2:2)

(Sumber: Warta KPI TL No. 68/XII/2009 » Langkah-langkah mengalami pengurapan penuh, Michelle Corral).