Setiap bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik secara khusus berdevosi kepada Bunda Maria melalui doa rosario. Selain berdoa rosario seharusnya kita pun meneladan kehidupan Bunda Maria.
Mengapa kita harus meneladan Bunda Maria? Karena Yesus telah memberikan Bunda-Nya pada kita dan Dia pun berharap kita meneladan kehidupan Bunda-Nya.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah anak-Mu! Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yoh 19: 26-27).
Marilah kita belajar dari Bunda Maria (Luk 1:26-47; 2:41-52; Yoh 2:1-11):
1. Kerendahan hati
Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nasaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria ... Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu.”
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria ... ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elizabet. Dan ketika Elizabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elizabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berserulah dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhan datang mengunjungi aku? ...
kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambanya ...”
Maria diciptakan oleh Tuhan melalui hubungan suami-istri, jadi dia juga mempunyai dosa asal. Tetapi Tuhan mempunyai suatu rencana yang Agung terhadapnya, sehingga dia memperoleh preservative redemption (penebusan pencegahan/dilindungi dari dosa) sejak di dalam kandungan ibunya.
Jadi, meskipun sudah mempunyai tunangan dan tinggal di desa yang penuh dengan kemaksiatan, dia tidak terkontaminasi.
Meskipun Maria sudah memperoleh “penebusan pencegahan”, sebagai manusia biasa dia menyadari dan mengerti bahwa dia pun perlu penebusan maka dia berkata “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambanya...”
Sejak kita dibaptis, kita pun memperoleh restorative redemption (pebusan pemugaran/renovasi), artinya dulunya kita berdosa diubah menjadi orang tidak berdosa (dikuduskan, dibenarkan).
Tetapi seringkali dengan kepandaian/pengetahuan/kekayaan/
perbuatan baik, kita menganggap Yesus hanya sebagai Juruselamat.
Tahukah anda arti juru? Juru artinya tukang. Seharusnya kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Jadi, kita harus menyerahkan seluruh hidup kita pada Tuan kita, karena kita telah dibelinya dengan harga yang mahal, yaitu darah-Nya sendiri (1 Ptr 1:19).
2. Iman yang teguh
* Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun ... ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya ... karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah ... kata ibu-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku cemas mencari Engkau."
Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku?... Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka ... ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
* Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu
» Maria yang diundang, karena Maria yang mengenal keluarga pengantin. Sedangkan Yesus dan murid-murid-Nya tidak mengenal keluarga pengantin (kata “juga” menunjuk kata di depannya).
Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”
» Hanya orang yang membantu pesta itulah yang boleh masuk ke dapur. Karena Maria sangat akrab dengan keluarga pengantin itu, maka dia juga masuk ke dapur dan dia mengetahui bahwa keluarga pengantin itu “kehabisan anggur”.
Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
» Yesus menoleh dan berkata: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” (bahasa aslinya). Ikatan batin antara ibu Maria dan anak-Nya, Yesus sudah terjalin sejak dalam kandungan selama 9 bulan.
Dengan berjalannya waktu, maka Maria tidak menggerutu seperti dulu ketika mendengar perkataan itu.
Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
» Meskipun Yesus mengatakan belum waktunya, tetapi Maria membawa pelayan-pelayan itu kepada Yesus dengan iman yang teguh.
Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh
» karena ketaatannya kepada Maria, maka pelayan-pelayan itu melakukan apa yang dikatakan Yesus, meskipun mereka tidak mengenal Yesus secara pribadi.
Kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta. “ Lalu merekapun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu...
» Meskipun dengan hati yang berdebar-debar, pelayan itu mencedok air dan membawanya ke pemimpin pesta. Dalam setiap langkahnya dia berharap air itu benar-benar berubah menjadi anggur, tetapi hal itu tidak terjadi. Begitu mendekati pemimpin pesta, pelayan itu masih melihat air bukan anggur. Dengan penuh ketakutan pelayan itu berdoa dengan iman yang teguh .... maka terjadilah mujizat, air menjadi anggur.
Meskipun saatnya belum tiba, Yesus membuat mujizat. Itulah cinta ... mengalahkan segala-galanya.
3. Membawa orang hanya pada Yesus
Ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
(Sumber: Warta KPI TL No. 79/XI/2010 » Renungan KPI TL Tgl 28 Oktober 2010, Bapak Djatmiko).