22.20 -
*Panggilan Allah*
Karakter hamba
Melayani Yesus, satu kehormatan besar yang Tuhan sediakan buat setiap anak-Nya, yang mau dan rela untuk melayani Dia.
Ketika kita mau mengambil komitmen untuk melayani, kita harus mau menjadi seorang hamba yang melayani dan melakukan segala sesuatunya hanya untuk Tuhan.
Seorang hamba tidak memiliki kehendaknya sendiri, dia hanya tunduk dan mengerjakan kehendak tuannya.
Banyak orang yang mau melayani tetapi dia tidak mau berjuang untuk memiliki karakter seorang hamba sehingga mereka gagal menjadi pelayan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan Tuhan.
Ketaatan adalah mengosongkan diri terhadap kehendak pribadi dan membiarkan kehendak Allah yang terjadi di dalam kehidupan ini.
Ciri-ciri karakter hamba yang taat dan setia:
1. Selalu siap
Hamba tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya (2 Tim 2:4).
2. Selalu memperhatikan kebutuhan orang lain
Seringkali kita kehilangan kesempatan untuk melayani karena kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada kawan-kawan kita seiman (Gal 6:10).
3. Melakukan yang terbaik dengan apa yang dimilikinya
Jangan pernah menunggu hingga kita sempurna baru kita melayani tetapi layanilah sesama dengan apa yang kita miliki sekarang ini dengan sebaik-baiknya.
4. Selalu setia pada pelayanannya, sekecil apapun tugas itu (Mat 25:23).
5. Selalu rendah hati
Seorang hamba yang sesungguhnya tidak menonjolkan dirinya sendiri atau mencari perhatian orang-orang karena tugasnya adalah melayani. Menonjolkan diri sendiri dan mencari popularitas semuanya berpusat kepada diri sendiri, sedangkan hamba memusatkan perhatiannya kepada tuannya.
Hal yang paling penting di dalam pelayanan bukanlah apa yang kita kerjakan atau apa yang telah kita capai atau seberapa menakjubkannya visi kita. Tetapi Tuhan lebih menghargai sikap hati yang benar daripada pelayanan yang besar. Itulah sebabnya pelayanan harus dimulai dari hati.
Sikap hati yang Tuhan berkenan:
1. Sikap hati yang lebih banyak memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri agar tuannya senang. Sebagaimana Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba (Flp 2:6-7). Jadi pelayan-pelayan Tuhan juga harus merendahkan diri.
2. Sikap hati yang berpikir sebagai pengelola
Kita hanya sebagai pengelola saja bukan pemilik segala yang kita punya. Karena setelah pulang kita harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan.
3. Sikap hati yang memikirkan pekerjaan sendiri, bukan pekerjaan orang lain. Fokuskan pada misi yang telah Tuhan tetapkan, janganlah iri hati dan bersaing dengan sesama pelayan lainnya dengan cara menghakimi (Rm 14:4).
Ingatlah perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 201-16), yang bekerja terdahulu (pagi-pagi benar) atau yang bekerja terakhir (hanya satu jam), upahnya masing-masing satu dinar.
4. Sikap hati yang memikirkan pelayanan sebagai kesempatan bukan sebagai kewajiban. Jika kita melakukan pelayanan sebagai kewajiban, maka apa saja yang kita lakukan akan menjadi beban. Seharusnya pelayanan kita sebagai kesempatan untuk menyatakan kasih kepada Tuhan dan bersyukur untuk apa yang sudah Tuhan berikan - pemanfaatan tertinggi dari kehidupan akan kemuliaan nama-Nya.
5. Sikap hati yang mendasarkan dari identitas Yesus. Pelayan yang benar tidak perlu membuktikan dirinya ataupun pelayanannya dengan berbagai identitas dirinya (mobil mewah, rumah mewah, gelar-gelar, piagam-piagam penghargaan serta posisi jabatan di organisasi gereja maupun dunia ataupun simbol-simbol status lainnya).
Pelayan yang benar mendasarkan pelayanannya kepada relasinya dengan Yesus. Yesuslah yang ditonjolkan dan dikenal orang melalui pelayanannya.
Untuk dapat memasuki Yerusalem yang baru, syaratnya: tidak ada sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta (tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya - Why 21:27; 22:15).
Marilah kita belajar dari Musa (Bil 20:7-12):
Ambillah tongkatmu … katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya. Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan Tuhan, seperti yang diperintahkannya.
Kemudian Musa dan Harun mengumpulkan jemaat itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?”
» Musa seorang yang sangat lembut hatinya (Bil 12:3), tetapi dia merasa perlu marah-marah untuk mewakili Tuhan. Padahal kasih Allah tidak terbatas, tetapi dia samakan kasih Allah dengan dirinya.
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum
» Kesalahan Musa: (1) Kurang taat dengan perintah Tuhan.
Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka
» Kesalahan Musa: (2) Tidak percaya bahwa Allah sangat mengasihi bangsa Israel. (3) Tidak menghormati kekudusan Tuhan.
(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan KPI TL tgl 27 Jan 2011 & 10 Februari 2011, Dra Yovita Baskoro, MM).