Senin, 31 Oktober 2016

21.14 -

Bersama Yohanes Gereja Rumah Tangga mempersiapkan kedatangan Tuhan

Ada banyak orang beragama tetapi tidak beriman (pergi ke tempat ibadah, status di KTP beragama). Mengapa bisa terjadi demikian? Karena mereka hanya percaya saja, tetapi tidak menyerahkan seluruh hidupnya dalam penyelenggaraan Tuhan.

Sebagai anggota Gereja Rumah Tangga, kita perlu menanggapi ajakan Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan jalan Tuhan dengan bertobat. 

Bertobat berarti mengoyakkan hati (Yl 2:13). Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat

Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya (Yeh 36:27; Yes 1:16-17 - berhenti berbuat jahat, belajar berbuat baik). 

Pertobatan bukan sekedar perbaikan hidup tapi perubahan hidup - pembaharuan relasi kita dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan Tuhan dan dengan lingkungan.

Peranan Yohanes menjadi tokoh pengantara menuju kerajaan terjanji yakni kerajaan Mesianis (kerajaan yang dinantikan, yang mematahkan kekuatan jahat - Luk 10:19). 

Yohanes menjadi jembatan bagi datangnya zaman baru. Ia mempersiapkan jalan Tuhan yang mengarah dariMesirke Israel”, dan sekarang melalui Yesus menuju ke kerajaan Mesias.

Mesir bukan hanya suatu negara tetangga yang berkuasa besar dan masyur, tetapi dia juga merupakan sebuah bangsa yang berbudaya, di mana orang-orang bisa mengungsi dengan nyaman. 

Karena terjadi kelaparan yang cukup panjang, maka orang Israel ke Mesir untuk mencari berkat. Di masa lalu Mesir merupakan sebuah negara yang pernah mempunyai cerita “menindas orang –orang Ibrani”, yang akhirnya dibebaskan oleh Tuhan. 

Maka Mesir dipandang sebagai kuasa musuh, tanah pembuangan, tanah asing, penjajahan, penuh penderitaan; Israel sebagai tanah terjanji, merdeka

Seringkali dalam mencari berkat kita masuk di dalam penderitaan. Kenapa begitu? Karena kita mengandalkan kekuatan diri sendiri, tidak mengandalkan Allah.

Kita sebagai Gereja Rumah Tangga juga dipanggil untuk berjalan menuju Israel baru. Tindakan nyata yang dapat kita wujudkan adalah dengan jalan bertobat, meninggalkan kehidupanMesir” (= kedosaan, penindasan) menuju “Israel baru” (penebusan, pembebasan dan kemerdekaan sebagai anak Allah). 

Bertumbuh dalam iman yang semakin dewasa dan mematahkan kekuasaan jahat. Dan secara merdeka kita kembangkan sikap rela berbagi.

(Sumber: Warta KPI TL No. 85/V/2011 » Renungan KPI TL tgl 9 Desember 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).