Ada banyak orang yang karena masalah hidupnya terlalu berat sehingga tidak dapat melihat bahwa hidup itu indah/berarti. Akhirnya mereka lontang-lantung, masuk ke seks bebas, ke narkotika dll - mereka buta secara spiritual/mental.
Ada seorang penginjil yang setiap hari lewat rumah seorang pemuda. Dilihatnya pemuda itu selalu duduk nongkrong di bawah pohon sambil merokok/minum/makan mie.
Pada suatu hari mampirlah Penginjil itu ke rumah pemuda itu dan terjadilah percakapan diantara mereka. Tanya Penginjil: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Felix.”
T: “Wah nama yang keren. Kerjamu apa? J: “Ya... gini, nyantai, nongkrong.”
T: “Apakah kamu tidak punya pekerjaan lain? Apakah kamu tidak punya cita-cita?” J: “Ya... buat apa saya punya cita-cita. Saya yakin bahwa diri saya nggak bisa jadi orang sukses.”
T: “Lho... kenapa kamu bisa begitu yakin tidak dapat menjadi orang sukses?”
J: “Soalnya, kalau mau jadi orang sukses harus mempunyai “5C”. Sedangkan saya hanya mempunyai “1C”. Bagaimana saya bisa sukses?”
T: “Apa saja 4C yang kamu nggak punya?” J: “C pertama: College Degree (gelar sarjana); saya hanya lulus SMA. C kedua: Capital (modal); papa saya hanya seorang tukang ojek, bagaimana saya punya modal? C ketiga: Connection (koneksi/network); papa saya hanya tukang ojek, koneksinya juga hanya tukang ojek. C keempat: Chance (kesempatan). Saya nggak punya 4C dalam hidup saya, saya yakin tidak bisa sukses. Jadi mendingan saya setiap hari santai-santai saja di bawah pohon sambil merokok/minum/makan mie, saya sudah senang.”
T: “Okey! Sekarang satu C apa yang kamu punya?” J: “Cute (penampilan).”
T: “Kamu ini payah sekali, untuk mimpi saja nggak berani. Kamu orang yang termiskin di dunia ini. 5C bukan yang paling penting dalam hidup ini, itu hanya soal duniawi saja. Kalau kamu mau sukses dalam hidupmu ada 2C yang lebih penting, yaitu: C pertama Confidence (percaya diri). Kalau kamu tidak percaya bahwa Allah menyertai kamu dan memampukan kamu, bagaimana kamu mau maju? Pada kenyataannya saya mengenal begitu banyak orang yang tidak punya 5C, tetapi mereka bisa menjadi orang-orang terkaya di berbagai negara. C kedua Christ (Kristus). Ketika Kristus hidup dalam hidup kita, tidak ada hal yang tidak mungkin yang tidak bisa kita lakukan.”
Ada seorang bapak yang sangat miskin, pekerjaannya setiap hari ke hutan mencari kayu bakar. Kayu-kayu itu ditaruhnya di atas kuda dan dijualnya di pasar.
Pada suatu hari kudanya hilang di hutan. Sesampainya di pasar, teman-temannya bertanya: “Kenapa kayu-kayu itu dipikul? Kudanya mana?” Jawabnya: “Kudanya hilang.” Komentar teman-temannya: “Aduh..., kamu ini sial banget sih. Kuda cuma satu-satunya hilang, sehingga kamu harus memikul kayu-kayu itu ke pasar.”
Jawabnya: “Untung atau sial siapa tahu! Yang saya tahu, Allah selalu punya rencana yang indah dalam diri saya.” Komentar teman-temannya: “Bodoh! Sudah jelas sial, masih bilang rencana Allah.”
Beberapa hari kemudian kudanya kembali bersama dengan tiga kuda liar. Di pasar teman-temannya heboh dan berkata: “Untung.” Jawabnya: “Untung atau sial siapa tahu! Yang saya tahu, Allah selalu punya rencana yang indah dalam diri saya.”
Pada suatu hari anak laki-lakinya (A) jatuh dari kuda liar yang dilatihnya, sehingga kakinya pincang. Komentar teman-temannya: “Sial.” Jawabnya: “Untung atau sial siapa tahu! Yang saya tahu, Allah selalu punya rencana yang indah dalam diri saya.” Komentar teman-temannya: “Bodoh! Sudah jelas sial, masih bilang rencana Allah.”
Beberapa bulan kemudian terjadi perang di negara itu. Semua pemuda di negara itu wajib ikut berperang, termasuk A.
Sesampainya di pintu gerbang kota, A ditolak oleh kepala prajurid, katanya: “Ngapain kamu ke sini? Mau ikut membela negara? Nggak usah! Jalan saja kamu susah, pulang saja! Nanti justru merepotkan yang lainnya.”
Negara itu mengalami kekalahan dan 90% pemuda yang ikut perang itu meninggal. Komentar teman-temannya: “Untung.” Jawabnya: “Untung atau sial siapa tahu! Yang saya tahu, Allah selalu punya rencana yang indah dalam diri saya.”
Masalah itu panas, seperti air mendidih. Kalau kita berada dalam masalah, kita seperti berada di dalam air mendidih.
Ada tiga tipe orang dalam mengalami dan menanggapi masalah.
1. Ada yang seperti wortel. Pada saat dimasukkan ke dalam air mendidih, pertama-tama wortel menjadi lembut, tetapi lama-kelamaan menjadi hancur. Demikian juga ketika orang menghadapi masalah, ada yang pertama-tama okey-okey saja, tetapi lama-kelamaan menjadi hancur ditelan masalahnya.
2. Ada yang seperti telur. Pada saat dimasukkan ke dalam air mendidih, lama-kelamaan menjadi keras. Demikian juga ketika orang menghadapi masalah, ada yang sangat keras (kepahitan) sehingga tidak percaya lagi yang namanya cinta (aku bisa sendiri, nggak perlu bantuanmu, lebih baik tinggalkan aku sendiri; kalau baik itu buat aku).
3. Ada yang seperti biji kopi. Pada saat dimasukkan ke dalam air mendidih, biji kopi tetap utuh, justru airnya berubah warna dan menjadi harum.
Demikian juga ketika orang menghadapi masalah, bukan dihancurkan oleh masalahnya tetapi bisa melihat masalah sebagai suatu kesempatan di mana Allah bisa berkarya di dalam hidupnya – masalah diubah menjadi berkat, melihat dengan mata iman.
Marilah kita belajar dari Bartimeus dan teladan Yesus (Mrk 10:46-52):
Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah pengemis buta, bernama Bartimeus berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam
» Secara fisik pengemis itu buta, tetapi mata hati/imannya hidup. Seringkali kita yang sudah disembuhkan, mendengarkan pengajaran-Nya dan mengikuti Dia, ternyata mata hati kita masih rabun. Bukannya tergerak hati untuk membawa orang buta itu pada Yesus, malah menyuruhnya diam.
Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!”... Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
» Mengapa Yesus berhenti dan menanyai pengemis itu? Dalam keheningan (diam) Yesus mendengar teriakan itu.
Yesus ingin menyembuhkan hatinya lebih dulu, karena sudah begitu lama pengemis buta ini tidak dianggap sebagai manusia, sampai-sampai untuk bermimpi saja dia nggak berani (berharap).
Tetapi ketika Yesus bertanya, tahu-tahu dia disadarkan bahwa dia seorang manusia, saat itu mimpinya hidup lagi. Pada saat Yesus bertanya, perhatian Yesus dan orang-orang disekitar Yesus beralih, bukan lagi pada Yesus tapi pada si buta – orang buta itu bukan lagi sebagai obyek, tetapi sudah menjadi subyek (pribadi).
Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau! Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalan-Nya
» Si pengemis buta itu sekarang tidak dipanggil si buta lagi, tetapi dikenal namanya, yaitu: Bartimeus. Setelah merasakan kasih Allah, dia seorang luar biasa, dia mempunyai peran di dalam misi Yesus, yaitu: membangun Kerajaan Allah
Kalau kita punya iman, Dia memberi kita hidup yang indah dan berarti; hidup yang dekat dengan-Nya dan merasakan bagaimana Allah itu hidup. Jadi visi Allah bagi kita yaitu: membantu orang-orang disekitar kita untuk bisa melihat Allah bekerja dalam hidup mereka.
(Sumber: Warta KPI TL No. 63/VII/2009 » Renungan KPI TL tgl 25 Juni 2009, Rm Adrian OP).