20.46 -
*Hal terakhir*
Re-inkarnasi
Ajaran tentang inkarnasi Allah Putera menjadi manusia adalah salah satu pokok iman Gereja Katolik. Inkarnasi ini hanya terjadi pada Allah Putera. Tidak ada inkarnasi lain.
Sedang re-inkarnasi adalah ajaran Budhisme dan Hinduisme yang mengatakan bahwa setiap manusia akan dilahirkan kembali ke dalam dunia menurut tingkat kebaikan yang dia lakukan pada hidup sebelumnya.
Jika hidupnya baik, maka dia akan dilahirkan kembali (re-inkarnasi) menjadi "sesuatu" yang lebih tinggi derajatnya. Sebaliknya, jika hidupnya jahat, maka dia akan dilahirkan kembali (re-inkarnasi) menjadi "sesuatu" yang lebih rendah derajatnya.
Proses reinkarnasi akan berlangsung terus-menerus mengikuti lingkaran samsara dan baru akan selesai ketika seseorang sudah mencapai derajat yang tertinggi sehingga dibebaskan lingkaran samsara dan masuk ke dalam keabadian (Nirwana).
Kitab Suci menyajikan kepercayaan yang jelas bahwa hidup itu hanyalah satu kali dan tidak terulang.; penghakiman terjadi langsung sesudah kematian.
Biarkanlah aku, supaya aku dapat bergembira sejenak, sebelum aku pergi, dan tidak kembali lagi, ke negeri yang gelap dan kekam pekat (Ayb 10:20-21).
Manusia membunuh dalam kejahatannya, tapi ia tak mampu mengembalikan roh yang sudah keluar, dan tak dapat melepaskan jiwa yang sudah diterima dunia orang mati (Keb 16:14).
Iman kita mengajarkan bahwa mereka yang sudah meninggal memasuki alam lain, yaitu keabadian.
Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati (Luk 16:19-31).
» Ketika orang kaya itu memohon untuk kembali ke dunia, Yesus tidak menunjuk pada kemungkinan reinkarnasi untuk memurnikan dirinya, tetapi menunjukkan bahwa orang itu harus segera membayar kesalahan-kesalahan dengan penderitaan.
Demikian pula di atas kayu salib, terhadap permintaan penyamun yang bertobat (Luk 23:42 - Santo Dismas Pengaku Iman » dihormati sebagai pelindung orang-orang yang perlu bertobat secara sempurna dan santo pelindung orang yang dihukum mati).
Yesus tidak menunjuk pada reinkarnasi sebagai sarana pemurnian, tetapi langsung berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, hari ini juga engkau ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Kata “hari ini” menegaskan bahwa tidak ada reinkarnasi.
Ajaran yang paling gamblang dan mantab melawan reinkarnasi ialah surat kepada orang Ibrani: “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi (Ibr 9:27).
Gereja Katolik dengan tegas menolak ajaran reinkarnasi karena tidak sesuai dengan ajaran Yesus.
Ajaran reinkarnasi mengingkari adanya neraka, sebab melalui reinkarnasi yang berturut-turut semua manusia akhirnya akan diselamatkan.
Ajaran reinkarnasi juga mengingkari ajaran penebusan, sebab menurut ajaran itu, manusia diselamatkan karena usaha moral dan rohaninya sendiri, bukan karena rahmat Allah.
Ajaran reinkarnasi mengurangi keseriusan kebebasan manusia, sebab keputusan-keputusan orang dalam hidup ini selalu dapat ditinjau kembali. Mungkin mentalitas main game dewasa ini, melahirkan juga gagasan bahwa hidup ini bisa diulang-ulangi (replay) setelah "game-over".
Ajaran reinkarnasi mengingkari kebangkitan badan sebab reinkarnasi mengajarkan orang berganti-ganti pribadi dan badan (Bdk Peter C. phan, 101 Tanya-jawab tentang kematian & Kehidupan Kekal, Yogyakarta: Kanisius 2005).
Penolakan ajaran reinkarnasi ini menggaris bawahi keseriusan hidup kita di dunia ini, sekaligus menekankan sifat kematian, yaitu final, definitif dan tak terbatalkan.
Karena itu orang-orang Kristiani harus menjalani hidup ini secara serius, karena tidak ada "second chance". Jadi, harus dibedakan antara inkarnasi dan reinkarnasi.
Kesadaran akan keseriusan hidup ini bisa membantu kita merencanakan dan menentukan pilihan yang lebih bijaksana dan sesuai dengan tujuan akhir hidup kita. Kita perlu selalu berjaga-jaga, tanpa menjadi lumpuh karena ketegangan.
Yohanes Pembaptis adalah reinkarnasi dari Elia?
Identitas Yohanes Pembaptis (Mat 11:12-14) bisa kita mengerti dengan lebih baik kalau kita menyimak Luk 1:17: "dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada ..."
Roh dan kuasa di sini tidak bisa diartikan sebagai jiwa Elia yang be-reinkarnasi dalam diri Yohanes Pembaptis. Ayat ini menunjukkan bahwa semangat atau roh yang menggerakkan Yohanes sama dengan semangat Elia. Misi Yohanes sama dengan misi Elia.
Jadi, Yohanes Pembaptis bukanlah reinkarnasi Elia, atau jiwa Elia menjelma kembali dalam diri Yohanes Pembaptis. Hal ini juga jelas ketika Yohanes ditanya secara gamblang, apakah dia adalah Elia. Jawab Yohanes jelas, "Bukan" (Yoh 1:21).
(Sumber: Seri hidup di balik kematian – Seri Konsultasi Iman 4, Dr Petrus Maria Handoko, CM).