Maria, ibu yang
melahirkan Yesus, sudah tidak asing lagi bagi pengikut Kristus. Dia begitu
istimewa, seorang yang luar biasa, karena Allah
berkenan menyatakan kehendak-Nya untuk menjadikan dia sarana keselamatan.
Seluruh
Gereja menghormati Maria sebagai
anggota Gereja yang mahaunggul dan sangat istimewa, dan sebagai teladan dalam
iman, harapan dan kasih.
Oleh karena itu dalam Gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela
(advocata), Pembantu
(adjutrix), Penolong
(auxiliatrix), dan Perantara
(mediatrix) (LG
62).
Menurut definisi dasarnya, seorang pengantara
adalah seorang yang bertindak sebagai
penengah antara dua pihak yang berbeda.
Pengantara Kristus tetaplah yang terutama dan mutlak diperlukan bagi keselamatan kita; pengantaraan
Bunda Maria sifatnya
sekunder dan sepenuhnya bergantung pada Kristus (1 Tim 2:5).
1. Sebagai Bunda Penebus,
Maria adalah perantara melalui mana Putra Allah masuk ke dalam dunia ini untuk
menyelamatkan kita dari dosa. Melalui perantaraannya Yesus masuk ke dalam dunia
ini – sungguh Allah yang menjelma menjadi sungguh manusia.
2.Dengan kesaksian imannya sendiri dan dengan menghadirkan Kristus
kepada yang lain. Maria membantu
mendamaikan para pendosa dengan Putranya, terus menerus memanggil para pendosa
kepada Putranya. Melalui teladannya, ia mendorong kita semua kepada iman,
harapan dan kasih yang Tuhan kehendaki kita miliki.
3.Karena peranannya sebagai bunda bagi kita semua (Yoh 19:25-27), meskipun ia diangkat ke
sorga, ia tetap berdoa bagi kita, bertindak sebagai perantara kita seperti yang
dulu dilakukannya di Kana (Yoh 2:1-12).
Bunda Maria mengatakan kepada beberapa orang bahwa
setiap kali mereka mendaraskan satu Salam Maria, mereka diberinya sekuntum mawar yang indah,
dan setiap kali mendaraskan Rosario secara lengkap mereka diberinya sebuah mahkota.
Mawar adalah ratu semua bunga, jadi rosario
adalah ratu dari semua devosi,
sehingga Rosario sebagai doa utama sekaligus devosi utama umat beriman.
Karena terdiri dari doa Yesus dan
Salam Malaikat (Bapa Kami dan Salam Maria).
Rosario dianggap sebagai doa yang sempurna karena di
dalamnya terkandung warta keselamatan yang mengagumkan.
Rosario adalah doa yang sangat sederhana. Tampaknya
Rosario hanyalah doa yang diulang-ulang, tetapi sesungguhnya Rosario itu
seperti dua orang yang saling mengasihi yang setiap kali saling mengucapkan:
“Aku mengasihimu.”
Dengan menggabungkan doa kita dengan doa Bunda Sorgawi, kita dapat
memperoleh rahmat yang besar untuk menghasilkan pertobatan.
Gereja Katolik mengambil posisi sangat mengagumi dia,
dengan devosi yang sangat kental dan kuat. Bahkan kepadanya dianugerahi
berbagai gelar pujaan dan hormat, yang diikuti doa-doa mendalam.
Sebagian besar gelar ini berhubungan dengan nubuatan
dan perlambang dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam
misteri keselamatan dan beberapa diantaranya berfokus pada kesucian dan peran
keibuannya.
Dan secara keseluruhan segala gelar ini mengingatkan pentingnya
peranan Bunda Maria dalam
spiritualitas Katolik, sebagai teladan keutamaan dan kekudusan dalam
peran keibuan, dan sebagai tanda kehidupan yang akan datang.
Bunda Allah
Yesus adalah Putra Allah; Bunda Maria
adalah Theotokos,
Bunda Allah (Luk
1:43). Istilah Theotokos, yang secara harafiah berarti “ia yang telah melahirkan Allah”,
sepintas dapat mengejutkan, bahkan membangkitkan pertanyaan “bagaimana
mungkin seorang manusia ciptaan melahirkan Allah.”
Jawaban atas iman Gereja sangat jelas: Keibuan ilahi Bunda Maria mengacu hanya pada
kelahiran Putra Allah sebagai manusia, tetapi bukan pada kelahiran ilahi-Nya.
Putra Allah dilahirkan dalam kekekalan oleh Allah Bapa, dan sehakikat
dengan-nya. Bunda Maria, tentu saja tidak ambil bagian dalam kelahiran dalam
kekekalan ini.
Tetapi, Putra Allah mengambil kodrat manusiawi kita
dan dikandung serta dilahirkan oleh Perawan Maria.
Dengan memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”,
Gereja bermaksud menegaskan bahwa ia adalah “Bunda dari Inkarnasi Sabda, yang adalah Allah”.
Oleh sebab itu, keibuannya
tidak diperluas pada keseluruhan pribadi Tritunggal Mahakudus, melainkan hanya pada Pribadi kedua, Allah
Putra, yang dalam inkarnasi mengambil kodrat manusiawi-Nya dari Maria.
Ungkapan “Bunda Allah” juga menunjuk pada Sabda Allah,
yang dalam Inkarnasi merendahkan diri dalam rupa manusia guna mengangkat
manusia sebagai anak-anak Allah.
“Ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melahirkan
Yesus yang adalah pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, yang sehakekat
dengan Bapa” (Konsili Efesus tahun 431).
Bunda Gereja
Bunda Maria adalah
teladan bertekun dalam doa yang dipersatukan
dalam kesatuan akal budi dan hati dengan anggota pertama Gereja (Kis 1:14)
- Maria adalah serupa Gereja: Ia mengandung dari kuasa Roh
Kudus dan melalui dia, Juruselamat kita masuk ke dalam dunia ini.
Gereja sendiri – dengan menerima Sabda Allah dengan setia
pula – menjadi ibu juga.
Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan
kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya, keteguhan
harapannya dan ketulusan cinta kasihnya (LG 64).
- Bunda Gereja,
guru, Ratu Para Rasul (Paus
Leo XIII - dalam ensikliknya yang diterbitkan bulan
Desember 1895 oleh, Adjutricem Populi
(Penolong Umat Manusia).
- Bunda Gereja dan Bunda kita yang
terkasih (Paus Yohanes XXIII - AAS 53,
1961, hal. 35).
- Demi kemuliaan
Santa Perawan dan demi penghiburan kita sediri, kita memaklumkan bahwa Santa Maria
adalah Bunda
Gereja, yaitu ibu
seluruh umat Kristiani, baik umat beriman maupun para gembalanya dan
kita menyebutnya Bunda yang terkasih
(Paus Paulus VI – AAS 56, 1965, hal. 1015).
Maria tetap Perawan selamanya
Umat
Katolik percaya bahwa Maria tetap perawan sepanjang hidupnya di dunia. Tetapi
sebagian besar orang Protestan berpendapat bahwa Maria mempunyai anak-anak lain
selain Yesus.
Ajaran ini, keperawanan Maria yang abadi, menurut
tradisi dibagi atas tiga bagian:
1.
Maria mengandung Kristus (virginitas
ante partum) (Bdk. Luk 1:26-27; Mat 1:18).
2.
Maria melahirkan Kristus (virginitas
in partu)
- Maria mengandung Putra Allah. Persalinannya pasti berbeda dari pada wanita lainnya sebab ia bebas
dari akibat dosa asal.
Oleh
sebab itu, keperawanannya, persalinannya, dan keibuannya, seluruhnya
dalam persatuan dengan kehendak Allah (Pastor Karl Rahner).
- Salah satu bentuk penderitaan yang
diwariskan kepada kita akibat dosa asal adalah sakit bersalin (Kej 3:16). Karena Bunda Maria bebas dari dosa asal sebab ia
dikandung tanpa noda dosa, maka ia bebas dari “sakit
bersalin”.
Beberapa Bapa Gereja menggunakan analogi
kelahiran Kristus dengan seberkas cahaya matahari yang bersinar menembus
kaca; sama seperti kaca tetap tak berubah karena berkas cahaya,
demikian juga Bunda Maria karena kelahiran Kristus (Bahkan Paus Pius XII dalam ensikliknya Mystici Corporis tahun 1943 menegaskan “Dialah
(Bunda Maria) yang secara ajaib melahirkan Kristus Tuhan kita ...”
- Ia (Bunda Maria) melahirkan-Nya
tanpa kehilangan keperawanannya, ... (Yesus Kristus)
dilahirkan dari rahim Santa Perawan karena kelahiran-Nya adalah kelahiran yang
ajaib ... (Paus Leo Agung).
3.
Maria tetap perawan setelah kelahiran
Kristus (virginitas post partum).
Maria
dengan sesungguhnya tetap perawan, juga pada kelahiran Putra Allah yang menjadi
manusia (KGK No. 499).
- Adelphos, adelphe atau adelphoi dalam
bahasa Yunani berarti saudara sepupu atau sanak
saudara, yaitu mereka semua yang termasuk sanak saudara karena hubungan
pernikahan atau hukum, meskipun bukan hubungan langsung.
Persoalannya
ialah bahasa Ibrani dan bahasa Aram,
yaitu bahasa yang digunakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya, tidak memiliki istilah khusus untuk menyebut saudara sepupu atau sanak
saudara, sehingga digunakan istilah “saudara laki-laki dan saudara
perempuan” (Mat 13:55, Mrk 3:31-34, Luk 8:19-20).
-
Dekat salib Yesus ...
ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah
anakmu!” kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah
ibumu!”
Jika
benar bahwa Yesus memiliki saudara dan saudari sekandung tentunya Yesus
menyerahkan pemeliharaan ibu-Nya kepada mereka, sesuai adat orang Yahudi.
Inilah buktinya Yesus tidak mempunyai saudara kandung.
Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda dosa
Maria sejak saat pertama ia dikandung, dikaruniai
cahaya kekudusan yang istimewa, hanya terjadi berkat jasa Kristus:
Karena pahala Putranya, ia ditebus secara lebih unggul (KGK No. 492).
Pada intinya Maria dipilih untuk berbagi secara intim
dalam kehidupan Yesus sejak saat ia dikandung, maka Yesus sungguh
Juruselamatnya sejak saat perkandungannya.
Perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya
oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus
umat manusia, telah
dibebaskan dari segala noda dosa asal (pada tanggal 8 Desember 1854,
Paus Pius IX, menetapkan dogma ini dalam bulla
“Ineffabilis Deus”).
- Akulah Perawan
Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala
sesuatu hidup ... (penampakan Bunda Maria kepada Juan Diego di Guadalupe
pada tahun 1531).
- Maria yang
dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu (penampakan
Bunda Maria kepada St.
Katarina Laboure agar dibuat Medali wasiat pada tahun 1830).
- Akulah yang
dikandung Tanpa Noda Dosa (penampakan Bunda Maria kepada St. Bernadete di Lourdes
pada tahun 1858).
Cermin
kekudusan
Karena tak seorang pun
dapat mencerminkan kasih dan
penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik daripada Maria.
Takhta Kebijaksanaan
Maria, yang mengandung
Kristus. Yesus
adalah Kebijaksanaan Tuhan,
‘Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh 1:14).
Mawar yang Gaib
Mawar dianggap sebagai bunga yang terindah, bunga kerajaan
yang harumnya melampaui segala bunga lainnya. Bunda Maria memiliki kekudusan yang manis dan
keutamaan yang cantik.
Benteng Daud
Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena
kesuciannya, karena ia dikenal sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa.
Dengan doa-doa dan teladannya, Maria merupakan bagian
dari ‘sarana pertahanan’ Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak
tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (Bdk Kid 4:4).
Benteng Gading (Kid 7:4) dan Istana Gading (Mzm 45:9)
Menggambarkan pengantin terkasih. Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara
Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti yang disampaikan Paulus:
Kristus adalah kepala jemaat (Ef 5:23).
Rumah Kencana
Karena kemurniannya, kelimpahan
kasihnya, dan karena ia menjadi
‘rumah’ bagi Yesus.
Tabut Perjanjian
Dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum
Allah. Ketika bangsa Israel sedang dalam pengembaraan menuju tanah
terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan kehadiran Allah, turun atas atau ‘menaungi’
kemah di mana Tabut tersimpan.
Dan Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum
itu. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan Malaikat Gabriel kepada Maria, “Roh
Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang mahatinggi akan menaungi engkau
(Luk 1:35).
Karena itu, Maria yang memberi
‘rumah’ Yesus dalam rahimnya, adalah ‘Tabut’ baru, dan Bunda
dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal.
Pintu Sorga
Sarana yang dipergunakan
Kristus untuk datang dari sorga demi membebaskan kita dari dosa. Oleh sebab
itu, Maria
adalah pintu melalui mana Yesus masuk
ke dalam dunia dan pintu menuju kepenuhan janji di mana kita akan beroleh
bagian dalam kehidupan kekal.
Bintang Samudera
Bagaikan bintang samudera
membimbing para nahkoda mengarungi lautan berbadai menuju pelabuhan yang aman,
demikian juga Maria, melalui doa dan
teladannya, membimbing
kita sepanjang perjalanan hidup kita, kadang melalui samudera yang
bergolak, menuju pelabuhan sorgawi.
Bintang Timur
Bunda Yesus telah dimuliakan di Sorga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang
harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang.
Begitu pula di dunia ini
ia menyinari umat Allah yang
menggembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai
tibalah hari Tuhan (LG 68).
Sebab ia
melambangkan orang-orang Kristen yang
menang, mereka yang bertekun dalam iman, beroleh bagian dalam kuasa
Mesianis Kristus, dan menang atas kuasa kegelapan, yaitu dosa dan maut (Why 2:16-28).
Sama seperti cemerlangnya
terang menghalau kegelapan fajar, Maria memaklumkan kedatangan Putranya, yang
adalah Terang Dunia (Bdk. Yoh 1:5-10; 3:19).
Maria diangkat ke sorga dengan mulia
Terhadap dunia yang memuja tubuh, Gereja dewasa
ini berkata: Ada dua tubuh di sorga, yang satu kodrat Yesus yang dimuliakan,
dan yang lainnya adalah kodrat manusiawi Maria yang diangkat ke sorga.
Cinta adalah misteri kenaikan Yesus dan
pengangkatan Maria ke sorga, karena cinta sangat membutuhkan persatuan dengan
orang yang dicintainya. Sang Putra kembali kepada Bapa dalam persatuan kodrat ilahi;
dan Maria
kembali kepada Yesus dalam
persatuan kodrat manusiawi (Uskup Agung Fulton Sheen – The World’s First Love).
Perempuan berselubungkan matahari
Mengandung tiga perlambang:
1. Bangsa Israel kuno (Yes 26:17).
2. Gereja (Why 12:17).
Matahari melambangkan terang kebenaran, dan bulan melambangkan kefanaan hal-hal yang
sementara sifatnya;
Gereja yang kudus bagaikan berselubungkan matahari
sebab Gereja dilindungi oleh kemuliaan kebenaran ilahi, dan bulan
ada di bawah kakinya sebab ia berada
di atas segala hal duniawi (Paus Gregorius – Moralia 34, 12).
3. Bunda Maria
Bunda Maria melahirkan
Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Matahari mengandung warna
dan kemilau yang tetap; sedangkan cemerlang bulan tidak tetap dan berubah-ubah,
tidak pernah sama. Karena itu, tepat apabila Maria digambarkan sebagai perempuan
berselubungkan matahari, sebab ia masuk ke kedalaman kebijaksanaan
ilahi, jauh lebih dalam daripada yang dapat dipahami manusia (St. Bernadus – De B. Virgine, 2).
Hendaklah kita belajar dari Maria, untuk
merenungkan setiap peristiwa iman kita dan merenungkannya dalam hati. Ia yang
mengandung Sabda Allah dalam rahimnya akan senantiasa menuntun kita kepada-Nya.
Dialah cermin kesempurnaan kita yang tak akan retak dan lenyap pancarannya.