Apa itu evangelisasi?
Paus
Paulus VI kurang lebih mengatakan bahwa evangelisasi
berarti membawa Kabar Baik tentang
Yesus kepada setiap orang dalam segala situasi dan berusaha membawa mereka
- baik secara perorangan maupun kelompok - kepada pembaruan, oleh kuasa ilahi dari pesan Injil itu
sendiri.
Maka
inti dari evangelisasi adalah pernyataan
keselamatan di dalam Yesus Kristus dan tanggapan dari orang yang menerima pewartaan Injil itu dalam iman,
yang keduanya adalah karya Roh Kudus.
Oleh karena pusat evangelisasi adalah Kristus, maka evangelisasi harus secara
langsung berhubungan dengan Kristus.
St.
Paus Yohanes Paulus II merumuskannya dengan lebih sederhana, sebagaimana
diajarkan dalam Konsili Vatikan II, yaitu evangelisasi
itu berkenaan dengan masuknya kita dalam
misteri kasih Allah, yang mengundang setiap orang ke dalam hubungan yang
pribadi dengan Kristus.
Karena
itu, evangelisasi bukan semata penerusan ajaran, ataupun suatu pengetahuan
tentang iman yang dipahami di kepala, tetapi lebih dalam daripada itu. Evangelisasi menyangkut perubahan keseluruhan hidup kita,
atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘pertobatan’.
Mengapa kita melakukan evangelisasi?
Mat
28:19-20, “… Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Sebagai
murid Kristus, kita dipanggil untuk mewartakan Kristus yang telah mengubah kita,
karena Kristus menghendaki agar semua
orang dapat diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1
Tim 2:4).
Tiga prinsip evangelisasi
1. Mengalami Kristus
2. Mengikuti Kristus sebagai murid-Nya
3. Membagikan Kristus, baik melalui perkataan maupun perbuatan
dalam kehidupan kita.
Bunda Maria model evangelisasi
Bunda Maria Mengalami Kristus
Dengan
dipilihnya sejak awal mula, bahwa Bunda Maria menjadi ibu yang mengandung dan
melahirkan Kristus, Bunda Maria telah mengalami kepenuhan rahmat Allah, sejak terbentuknya dalam kandungan
ibunya.
Malaikat
Gabriel diutus Allah untuk menyampaikan Kabar Gembira ini menyatakan hal ini
dengan mengatakan, “Salam, hai engkau yang dikaruniai (full of grace /
‘kecharitomene’), Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Salam sang malaikat itu, yang mengatakan kepada Maria,
“Salam, hai engkau yang dipenuhi rahmat …” (Luk 1:28), menyatakan penghormatan yang istimewa kepada Bunda Maria.
Setelah
itu, Bunda Maria terus menyertai para rasul-Nya dan berdoa bersama-sama mereka,
saat menantikan turunnya Roh Kudus
di hari Pentakosta, yang
menyatakan kelahiran Gereja.
Maka
Bunda Maria, adalah anggota pertama
Gereja, yang mengalami
kepenuhan Kristus dengan cara yang istimewa dan satu-satunya.
Pertanyaan
bagi kita adalah: Sudahkah kita mengalami kehadiran Kristus di dalam hidup
kita?
Bunda Maria Mengikuti Kristus
Bunda
Maria adalah seorang perempuan yang taat
kepada hukum Taurat (Gal 4:4). Karena ketaatannya kepada Allah, Bunda
Maria menerima Sabda Allah
yang disampaikan kepada-Nya oleh malaikat Gabriel, dan kemudian menaatinya.
Itulah
sebabnya Kristus mengatakan demikian tentang ibu-Nya, “Ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya.”
Belajar
dari teladan Bunda Maria, sudah saatnya kita bertanya kepada diri kita sendiri,
“Sudahkah aku setia mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya?”
Bunda Maria Membagikan Kristus
Oleh
ketaatan Bunda Maria, Kristus Sang Sabda dapat menjelma menjadi manusia. Karena
itu, betapa dalamlah makna perkataan Bunda Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).
Maria
menyatakan kesempurnaan kehendak bebasnya, dan menyerahkan diri seutuhnya
kepada kehendak Allah, dan tergenapilah rencana Allah untuk menjadikannya
sebagai Bunda yang melahirkan Kristus Putera-Nya. Dengan kesediaan Bunda Maria ini, ia menyampaikan Kristus
kepada dunia, dan dunia kepada Kristus.
Secara
khusus, Bunda Maria mempunyai kepekaan untuk memperhatikan dan menolong mereka
yang sedang membutuhkan pertolongan.
Setelah
menerima Kristus di dalam hatinya dan di dalam rahimnya, Bunda Maria segera
mengunjungi Elisabet saudaranya, yang sedang mengandung dalam usia yang lanjut.
Kedatangan Bunda Maria membawa
sukacita, bukan saja bagi Elisabet, namun juga kepada anak di dalam
kandungannya, yaitu Yohanes Pembaptis.
Bunda
Maria juga menunjukkan kepekaannya
akan kebutuhan sesamanya dalam peristiwa
perkawinan di Kana. Ia melihat kebutuhan tuan rumah yang
mengundangnya: “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya:
“Mereka kehabisan anggur.” (Yoh 2:3).
Bunda
Maria senantiasa melihat setiap orang yang tersisih dan berkekurangan. Ia
bersegera menolong dan menyampaikan kebutuhan tersebut kepada Yesus Puteranya.
Teladan Bunda Maria dalam
evangelisasi
Kerendahan Hati Bunda Maria
Peran
serta Bunda Maria di awal kehidupan Kristus di dunia diawali dengan kerendahan
hatinya, saat ia mengatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Bunda Maria menempatkan diri sebagai hamba Tuhan, walaupun telah dipilih
untuk menjadi Bunda Putera Allah yang Mahatinggi.
Kerendahan
hati Bunda Maria juga nampak dari kesediaannya untuk melakukan segala ketentuan yang berlaku, tanpa meminta
keistimewaan, walaupun sesungguhnya keadaannya adalah khusus dan
istimewa.
Bunda
Maria tetap mengikuti ketentuan Taurat Musa tentang seorang wanita yang baru
melahirkan, “Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa,
mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan” (Luk 2:22).
Selain
dari tidak menuntut perlakukan istimewa, teladan kerendahan hati Bunda Maria
nampak dari kesederhanaannya dan
kesediaannya untuk menyimpan segala perkara di dalam hatinya. “Tetapi
Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk
2:19,51).
Di
dalam proses menyimpan di dalam hati inilah, kita melihat bahwa Bunda Maria menerima segala perkara yang terjadi
dalam kehidupannya dan merenungkan maknanya.
Akhirnya,
kerendahan hati Bunda Maria juga ditunjukkan dengan bagaimana ia mengarahkan sesamanya kepada Kristus.
Dalam pesta perkawinan di Kana, saat ia mengetahui bahwa tuan rumah kehabisan
anggur, ia berkata kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah
itu!” (Yoh 2:5). Bunda Maria tidak mengarahkan perhatian orang kepada dirinya
yang menemukan keadaan kekurangan itu, tetapi mengarahkan perhatian kepada
Puteranya.
Totalitas Bunda Maria
Dengan
kesediaannya menjadi ibu yang mengandung, melahirkan Kristus dan membesarkan-Nya,
Bunda Maria mempersembahkan seluruh
hidup-Nya kepada rencana Allah. Ia selalu
menyertai Kristus, sejak
kelahiran-Nya sampai wafat-Nya.
Bunda
Maria tetap setia menyertai Kristus saat hampir semua murid-Nya meninggalkan
Dia. Bunda Maria tetap percaya akan
janji Tuhan meskipun ia melihat seolah kebalikan dari apa yang dikatakan oleh
malaikat itu kepadanya. Di kaki salib itu, Bunda Maria mempersembahkan
segalanya - termasuk Puteranya - kepada Allah Bapa.
Penyerahan
total Bunda Maria kepada rencana Allah, membuat kita memeriksa batin: “Tetap
setiakah aku kepada Kristus, terutama di saat-saat sulit dalam hidupku? Di saat
segala sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapanku, apakah aku tetap
percaya akan janji Tuhan bahwa ia akan memberikan yang terbaik kepadaku? Apakah
aku telah mempersembahkan diriku seluruhnya kepada Tuhan?”
(Sumber: Warta KPI TL No.134/VI/2016 » Renungan KPI TL Tgl 7 Mei 2015, Diakon Raditya).