Pages

Jumat, 27 Mei 2016

Lima Dimensi Panggilan Tuhan

Setiap orang percaya memiliki panggilan Tuhan dalam hidupnya. Sesungguhnya, semua orang percaya menerima panggilan Tuhan yang sama, yaitu menjadi saksi-Nya.

Panggilan Tuhan adalah suatu penetapan Tuhan tentang kehidupan kita, yang jika kita meresponi panggilan itu secara benar, maka kita akan selalu menikmati penyertaan Tuhan dalam kehidupan.

Jadi, Kesaksian bukan hanya tentang kesuksesan dan kesembuhan saja. Tetapi juga meliputi kegagalan dalam pergumulan atau mengalami sakit-penyakit yang belum disembuhkan, diberi kekuatan oleh Tuhan untuk tetap percaya dan tidak menjadi putus asa karena mengalami penyertaan-Nya.

Lima Dimensi Panggilan Tuhan

Dimensi pertama: Tuhan memanggil kita untuk mengalami proses pembentukan yang akan menjadikan kita suatu pribadi seperti yang sudah Dia rencanakan (Kej 1:26 - Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita). Hasil akhir yang Tuhan sudah tetapkan buat setiap kita adalah menjadi penjala manusia (Mat 4:19).

Akan tetapi ada banyak orang percaya yang meresponi panggilan Tuhan dengan keliru, sehingga tidak ada perubahan ke arah yang positif, melainkan mengalami perubahan ke arah yang negatif.

Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan sudah mengetahui dengan jelas apa yang harus kita kerjakan dalam fungsi pelayanan kita di masa yang akan datang.

Untuk bisa berfungsi seperti yang Tuhan inginkan, pertama-tama Tuhan akan membentuk hidup kita terlebih dahulu, sehingga kita menjadi sosok pribadi yang akan bisa berfungsi dengan maksimal dan sempurna untuk tugas yang Dia rencanakan.

Ketika Tuhan menciptakan kita ulang (membentuk kita kembali, lahir baru), kita akan mengalami perubahan hidup, jika mau belajar meresponi setiap peristiwa yang terjadi dengan respon yang tepat.

Karena itu, belajarlah untuk lebih “waspada”; apapun yang terjadi dalam hidup kita. Ingatlah! Respon yang tepat akan membuat proses pembentukan dalam hidup kita selesai dengan cepat.


Dimensi ke dua: Tuhan memanggil kita untuk diberkati dan menjadi saluran berkat.



Alasan mengapa sampai saat ini banyak orang percaya masih terus hidup dalam pergumulan adalah karena mereka meresponi panggilan pertama dengan respon yang salah.

Selama kita meresponi panggilan Tuhan dengan benar, kita pasti akan selalu menikmati berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.

Selama ini, ada cukup banyak orang percaya yang masih terus mencari gereja atau komunitas, hanya karena mereka ingin “menghindari” konflik yang ada. Mereka tidak tahu bahwa konflik itu adalah rahmat.

Tuhan sengaja mengirim orang-orang untuk “membantu” kita keluar dari konflik agar kita bisa menanggulanginya (1 Kor 11:19 – Di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji).

Beragam karakter teman:
· Ada teman yang bersifat keras, dialah sebenarnya yang mendidik kita untuk berani dan bersikap tegas.
· Ada teman yang lembut, dialah sebenarnya yang mengajarkan kepada kita cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
·  Ada teman yang cuek dan masa bodoh, dialah sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana agar kita bersikap perhatian terhadap orang lain.
· Ada teman yang tidak bisa dipercaya dan kata-katanya sulit dipegang kebenarannya, dialah sebenarnya yang membuat kita berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati, maka belajarlah untuk menjadi orang yang dapat dipercaya.
· Ada teman yang jahat dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain, dia sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana bisa berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.

Setiap karakter manusia di atas akan selalu baik dan mendidik kita ( Ams 27:17 - besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya). Percayalah suatu saat kita pasti akan berterima kasih pada orang yang saat ini membuat kita sengsara, sakit hati, merasa tertindas dan merasa terhina.

Karena melalui mereka, kita belajar bagaimana kita harus tegar dalam menghadapi hidup ini. Tanpa orang seperti itu kita akan terlena dalam zona nyaman.

Bersyukurlah selalu dalam setiap keadaan dan terimalah setiap orang dalam hidup kita, karena Tuhan tidak pernah keliru mempertemukan kita pada orang sekitar kita.

Ketika kita terus meresponi proses pembentukan Tuhan, kita pasti akan mulai mengalami perubahan menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan, dan di situlah kita akan mulai menikmati berkat Tuhan.

Jangan berpikir bahwa menjadi orang yang diberkati sama dengan memiliki uang yang banyak, karena itu hanya level paling dasar dari pengertiandiberkati.

Level yang lebih tinggi dari pengertian “menjadi orang yang diberkati” adalah: apapun yang kita kerjakan selalu Tuhan buat berhasil. Di tempat pekerjaan kita ataupun dalam pelayanan kita, tugas apapun yang diberikan oleh pemimpin kita selalu berhasil, selalu bisa kita tuntaskan dengan baik.

Lalu level yang tertinggi dari pengertian “menjadi orang yang diberkati” artinya: kita selalu mengalami penyertaan, penjagaan dan perlindungan Tuhan.

Karena itu, di level manapun kita berada, pastikan proses pembentukan terus terjadi dalam hidup kita, karena pada dasarnya Tuhan memang memanggil kita untuk menjadi orang yang diberkati dan menjadi saluran berkat.

Dimensi ketiga: Tuhan memanggil kita agar dapat berkomunikasi dengan diri-Nya secara langsung dan terus menerus.

Ketika kita menyadari panggilan yang satu ini, kita tidak perlu lagi bergumul hanya untuk mendengar suara-Nya.

Untuk mengetahui apakah itu benar- benar suara Tuhan atau bukan, memang diperlukan karunia ‘discernment‘ yang artinya membeda-bedakan roh.

Sebab sebenarnya ‘suara-suara’ yang kita alami dalam perjalanan rohani tersebut dapat berasal dari diri sendiri, Iblis, atau Tuhan.

Untuk mengetahui apakah itu suara Tuhanumumnya kita dapat memeriksa:

· Apakah itu sesuai dengan Firman-Nya? Sebab misalnya jika dalam doa kita mendengar ‘suara’ misalnya yang menganjurkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum/perintah Tuhan maka sudah dapat dipastikan itu bukan dari Tuhan.

· Apakah itu membawa kedamaian di hati dan memberikan buah Roh Kudus lainnya? Maka tolok ukurnya adalah ayat Gal 5:22-23, tentang buah Roh Kuduskasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri.

Jadi jika setelah menerima pesan itu, hati tidak damai, menjadi pemarah, tidak setia menjalankan panggilan hidup (dalam berkeluarga atau membiara), maka sudah bisa dipastikan itu bukan dari Tuhan.

· Apakah itu menjadikan yang menerima semakin bertumbuh dalam kerendahan hati? Sebab kita tahu dosa yang pertama bagi manusia adalah kesombongan, maka kita juga harus waspada agar jangan disesatkan oleh kesombongan setelah mengalami pengalaman rohani tertentu.

Sebab jika seseorang menjadi sombong, maka selanjutnya Iblis dapat juga memakai kelemahannya, bukan untuk membangun kerohaniannya malahan merusaknya.

Apakah suara itu mendorong kita untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih
? Apakah mendorong kita untuk semakin mengasihi Tuhan dan sesama?
· Apakah suara itu mengajarkan sesuatu yang sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik? Jika suara itu menentang Gereja Katolik, maka kita perlu mewaspadainya, karena memang sudah menjadi keinginan Iblis untuk menghancurkan Gereja.

Pada dasarnya Tuhan ingin berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan kita. Jika sampai hari ini kita masih terus mengalami pergumulan dalam mendengar suara Tuhan, ada sesuatu yang salah (dalam konsep pikir » “Aku belum cukup berdoa, jadi aku tidak bisa mendengar suara Tuhan.” Atau “Aku masih jatuh bangun dalam dosa, jadi Tuhan tidak mungkin berbicara dengan aku.”; gaya hidup yang menjauh dari Tuhan » ketika Tuhan memanggil kita untuk mendekat, kita justru menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan).

Ketika kita mengambil sikap untuk terus membenahi hidup kita selaras dengan kebenaran, kita pasti akan bisa dengan mudah mendengar suara-Nyaapa yang Tuhan sampaikan akan membuka pikiran kita sehingga Tuhan bisa dengan mudah memberikan arahan-arahan dan tuntunan-Nya.

Semakin kita mendengar suara-Nya, semakin lembut hati kita, semakin mudah untuk kita menjadi taat, semakin kita akan mengenali ketika suara yang sama diperdengarkan lewat orang-orang lain di sekitar kita.

Itu sebabnya, orang yang keras kepala adalah orang yang tidak mau mendengar suara Tuhan, ia hanya mau mendengar suara dari pikirannya sendiri, sementara seringkali pikirannya itu keliru, sehingga ia disesatkan oleh pikirannya sendiri.

Manfaat yang akan kita peroleh jika kita sering mendengar suara Tuhan: kita memiliki roh yang lembut di hadapan Tuhan; kita akan dikenali dan dimiliki oleh Tuhan sendiri; kita akan mengenal Dia dengan benar; kita tidak akan mudah digoncangkan oleh apa yang terjadi di sekeliling kita; kita akan semakin mudah mengenali kebenaran yang ada dalam kehidupan orang-orang lain.

Seringkali, ada seseorang yang memanggil kita, namun kita tidak bisa mendengarnya. Apa penyebabnya? Karena fokus kita sedang tertuju kepada hal yang lain.

Demikian pula dengan kita, seringkali Tuhan memanggil kita tetapi kita tidak bisa mendengar suara-Nya. Karena fokus perhatian kita sedang tertuju kepada hal yang lain (hati kita tidak memprioritaskan Dia), meskipun kita rindu berbicara dengan Dia
Kalau kita lapar dan haus akan Tuhan dan hati yang memprioritaskan Tuhan, maka kita bisa menangkap pewahyuan Tuhan.

Hal ini akan menolong kita untuk bertemu dengan Allah pembuat ikatan janji itu. Sekali ikatan janji terjadi, tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita.

Selama kita terus mengerjakan bagian kita dengan setia, Tuhanpun akan mengerjakan bagian-Nya dengan sempurna.

Maka jika berdoa, berbicaralah secara pribadi dengan Tuhan, ungkapkanlah seluruh perasaan pribadi, baik sukacita, ketakutan, kemenangan dan kekalahan, pemberontakan dan kesetiaan, keluhan dan pujian. Ini merupakan doa yang sejati dan doa yang manusiawi.

Dimensi keempat: Tuhan memanggil kita untuk memberi dampak dan mempengaruhi kehidupan orang-orang lain dengan kehidupan roh yang telah kita miliki.

Kalau kita bergaul terus menerus dengan Tuhan maka kita akan menjadi serupa dengan Allah, akan terjadi yang namanya transformasi karakter (Kel 34:30; Bdk. 1 Kor 15:33). Ketika kita bergaul dengan TuhanTuhan akan memberikan hikmat untuk mempengaruhi orang lain.

Semakin kita merenungkan prinsip ini, semakin kita menyadari bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang yang berdampak bagi orang lain. Meskipun kita harus mengawali dengan satu atau dua orang.

Apa yang selama ini kita terima dari Tuhan, mungkin telah menjadi sesuatu yang kita anggap “biasa,” tapi bagi orang lain itu adalah sesuatu yang “luar biasa.”

Sama seperti nasi satu bungkus mungkin adalah hal yang biasa bagi kita, tetapi bagi orang yang sudah berhari-hari tidak makan, nasi sebungkus itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dan disyukuri.

Karena itu, belajarlah untuk membagikan apa yang Tuhan sudah percayakan dalam hidup kita, sehingga wilayah pengaruh kita akan semakin diperluas oleh Tuhan. Tuhan pakai akal budi kita untuk mencari apa yang harus kita buat untuk Kerajaan Allah.

Pastikan hati kita terus tertuju kepada kebenaran, sehingga kita akan selalu ada dalam zona aman. Karena dengan semakin banyaknya kehidupan orang yang kita pengaruhi, selama hati kita terus tertuju kepada kebenaran, kita tidak akan pernah tergoda untuk mengambil keuntungan atau memanfaatkan orang-orang yang hidupnya diberkati oleh karena pengaruh kita itu.

Dimensi kelima. Tuhan memanggil kita untuk menaklukkan segala sesuatu yang negatif yang masih ada dalam hidup kita dan sekeliling hidup kita.

Jika sampai saat ini kita masih terus bergumul menghadapi kemanusiawian, kekurangan dan kelemahan manusiawi, dan kedagingan yang masih sering mengganggu, ingatlah bahwa ada sebuah panggilan Tuhan yang secara khusus Dia berikan kepada kita: Dia memanggil kita untuk menaklukkan segala hal negatif yang masih ada di dalam hidup kita.

Jadi sangkali diri. Untuk hal ini butuh rahmat yang luar biasa dari Tuhan. Tetapi kalau Tuhan panggil kita, Dia yang akan memperlengkapi kita.

Kita hanya perlu bangkit dalam kuasa Roh dan pergunakan tangan imanmu untuk meraih anugerah dan otoritas yang Tuhan sudah sediakan buat kita untuk menaklukkan segala kelemahan, kekurangan, kedagingan, dan kemanusiawian yang masih ada dalam hidup kita.

Tuhan sudah menaklukkan semua itu di kayu salib, kini kita yang bertanggung jawab untuk menaklukkannya hal-hal negatif atas hidup kita.

Ketika kita bisa menaklukkan semua yang negatif dalam diri kita, akan jauh lebih mudah untuk kita menaklukkan semua yang negatif di sekeliling kita.

Karena Iblis yang terkuat yang masih berkeliaran di dunia ini adalah Iblis yang ada di dalam kita.

Jika kita bisa menaklukkan roh keserakahan atau hawa nafsu yang masih ada di dalam kita, maka kita akan bisa dengan mudah menggerakkan orang lain meninggalkan keserakahan atau menaklukkan hawa nafsu yang ada di luar sana.

Apapun yang negatif yang masih ada dalam diri kita: ketakutan-ketakutan, trauma, kemanusiawian, atau apapun juga, Tuhan mau kita menaklukkannya.

Tuhan telah memberikan panggilan-Nya, maka responilah agar kita mampu melakukan anugerah yang Tuhan berikan.

Ketika kita meresponi panggilan-Nya dengan benar, anugerah pun akan tercurah setiap hari secara maksimal dalam hidup kita, hidup kitapun akan mengalami perubahan yang luar biasa.

(Sumber: Warta KPI TL  No.133/V/2016 »  Renungan KPI  TL Tgl  21 April 2016 dan Tgl 12 Mei 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).