Pages

Jumat, 27 Mei 2016

Apakah Allah membimbing dunia dan hidupku?

Ya, tetapi dengan cara yang tersembunyi; Allah membimbing setiap ciptaan melalui cara yang hanya diketahui oleh-Nya. Ia membimbing setiap ciptaan menuju kesempurnaan. Allah menyempurnakan semua yang Dia ciptakan tanpa ada yang terlewatkan (KGK 302-305).

Allah memengaruhi baik peristiwa besar maupun kecil, dalam kehidupan kita, tanpa mengurangi kebebasan kita atau membuat kita hanya seperti boneka tali atau wayang.

Dalam Allahkita hidup bergerak dan ada” (Kis 17:28). Allah ada di balik setiap hal yang kita jumpai dalam hidup kita yang berubah-ubah, bahkan dalam peristiwa yang menyakitkan atau dalam kebetulan-kebetulan yang tampaknya tidak bermakna.

Allah menghendaki kita membuat garis lurus, bahkan dalam hidup kita yang penuh liku. Semua yang diberikan kepada kita, cara-cara Dia menguji kita memperlihatkan semua rencana dan kehendak-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No.133/V/2016 » Youcat No. 49).

Apakah dunia adalah hasil dari suatu kebetulan?

Tidak. Allah adalah penyebab adanya dunia. Allah menciptakan semuanya dengan fungsi dan maksud tertentu. Dia tidak pernah menciptakan “tanpa tujuan”. (KGK 295-301, 317-318, 320).

Umat Kristen percaya bahwa dapat membaca tulisan tangan Allah melalui ciptaan-Nya. Kepada para ilmuwan yang menyatakan bahwa dunia ini terbentuk karena proses acak, tanpa makna, dan tanpa tujuan, 

Pada tahun 1985, Paus Yohanes Paulus II mengatakan: “Alam semesta yang diberikan Allah yang didalamnya terdapat tatanan unsur-unsur yang rumit, serta mengandung tujuan hidupnya yang mengagumkan, sebenarnya berbicara mengenai kesempatan yang sama yang diserahkan kepada usaha pencarian ilmiah agar ditemukan penjelasan tentang dunia, sebagaimana yang tampak di hadapan kita.

Faktanya, hal ini setara dengan sikap menerima akibat-akibat tanpa sebab. Justru sikap menerima fakta bahwa ciptaan memiliki tujuan merupakan pembebasan akal budi manusia yang menolak memikirkan dan mencari pemecahan masalah.”

(Sumber: Warta KPI TL No.133/V/2016 » Youcat No.43).

Janji Tuhan ya dan amin

Pada tanggal 14 Maret 2015 saya mengalami kecelakaan. Keluarga saya membawa saya ke sangkal putung. Namun saya tidak mengalami kesembuhan. Akhirnya saya dibawa ke dokter dan kaki kiri saya yang patah tulangnya dipen dan ditambah jaringan lunak dari tulang sapi.


Kawan seperjalanan saya, ibu Magiati merasa saya memanggil namanya sebanyak dua kali (satu kali ketika berada di rumah saya dan satu kali ketika dia berada di rumahnya), padahal saya sama sekali tidak memanggilnya.

Mengalami kejadian ini, dia berdoa memohon hikmat dari Tuhan. Hikmat-Nya: “Sahabatmu telah menolak Aku.” 

Ketika mendengar itu, saya juga diberi-Nya hikmat bahwa saya telah salah jalan, tidak berobat sesuai dengan iman yang saya akui. Selain itu saya tidak mau menerima Komuni di rumah, pikir saya: “Kasihan AI-nya repot menghadapi Paskah” 

Saya menyadari kesalahan saya, maka saya langsung menghubungi AI agar saya bisa menyambut Komuni di rumah. Selain itu saya juga memohon ampun pada Tuhan karena telah mendukakan hati-Nya. 

Sungguh luar biasa, setelah selesai menyambut Komuni Kudus, sukacita saya kembali lagi seperti dulu, perasaan hampa disingkirkannya dalam hidup saya.

Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga
untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati
dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.
(KGK 1414)

Malam pertama setelah saya kecelakaan, saya mendengar doa suami saya: “Tuhan, mengapa musibah ini menimpa istriku? Selama ini istriku lebih melayani-Mu daripada melayaniku dan anak-anakku.”

Mendengar doanya hati saya sedih sekali, sambil berurai air mata saya berkata dalam hati: “Tuhan, ampunilah suamiku, dia tidak tahu apa yang dikatakannya. Aku tidak pernah melalaikan kewajibanku sebagai istri maupun sebagai ibu.”

Ketika bangun tidur suami saya berkata: “Ma, dalam perkawinan kita harus ingat janji perkawinan. Masakan aku hanya mau menerimamu dalam keadaan sehat saja?

Tadi malam tiba-tiba aku teringat cerita tentang tukang bangunan dan mandornya. Mandornya berada di lantai lima ingin mengingatkan bahwa ada bahaya yang mengancamnya.

Sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si tukang tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.

Sang mandor terus berusaha agar si tukang mau menoleh ke atas, dilemparnya uang seribu rupiah yang jatuh tepat di sebelah si tukang. Si tukang mengambil uang itu dan melanjutkan pekerjaannya.

Sang mandor akhirnya melemparkan uang seratus ribu dan berharap si pekerja mau menoleh "sebentar saja" ke atas. Akan tetapi si tukang hanya melompat kegirangan karena menemukan uang seratus ribu dan kembali asyik bekerja.

Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si tukang tersebut. Merasa kesakitan akhirnya si tukang tersebut baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor.”

Mendengar cerita itu saya sungguh bersyukur, karena Tuhan telah berpekara dengan suami saya dan memberi hikmat padanya. Tuhan sungguh telah menyelamatkan saya.

Setetes air matamu Dia perhitungkan,
sepatah katamu Dia dengarkan,
sekecil-kecilnya masalahmu Dia pedulikan,
Dia-lah Tuhan yang mengerti akan hidupmu.

Sungguh luar biasa penyertaan-Nya, pada waktu kecelakaan saya tidak sadarkan diri selama satu jam. Tetapi tidak ada satupun barang saya yang hilang, baik dompet, Ipad, Tab Samsung, rekaman Sony maupun sepeda motor.

Meskipun operasi pemasangan pen di kaki kiri saya memakai fasilitas BPJS, semuanya berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun.

Sungguh indah berjalan bersama-Nya, perlindungan-Nya sungguh telah terbukti dalam hidup saya.

Betapa baiknya Tuhan kita
Tanpa kita sadari Dia selalu memimpin langkah kita.

Selama saya sakit, saya melihat kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidup saya. Keluarga saya, suami dan kedua anak saya begitu peduli pada saya. Segala sesuatu yang saya butuhkan mereka sediakan, tanpa bersungut-sungut mereka melayani saya dengan kasih.

Saudara, tetangga maupun teman di komunitas juga begitu peduli pada saya. Saudara saya setiap pagi mengirimi saya makanan. Ada seorang tetangga saya yang setiap hari mengunjungi saya untuk mengompres kaki yang sakit dengan es batu. Ada banyak yang datang mengunjungi saya dengan membawa makanan jadi maupun setengah jadi, mereka takut keluarga saya kelaparan.

Baik keluarga maupun teman-teman saya begitu mencemaskan keadaan saya, mereka takut saya berputus asa. Kecemasan mereka memang beralasan, karena saya biasa melakukan segala sesuatu atau ke mana saja seorang diri, sekarang tidak bisa lagi melakukannya atau pergi seorang diri.

Selama tiga bulan, saya benar-benar tidak berdaya, kerja saya hanya tidur di ranjang saja. Meskipun demikian saya tetap setia membuat renungan “Sarapan Pagi” setiap hari. 

Di saat saya sakit, tidak bisa mengerjakan apapun, saya berkenalan dengan facebook. Saya mengunduh gambar-gambar yang menarik hati saya dan membaca artikel-artikel Kristen.

Berkat Paskah, kebangkitan Kristus, saya pun bangkit setelah saya diingatkan dengan janji saya untuk membuat blog. Semangatku berkobar-kobar untuk segera melaksanakan Amanat Agung-Nya.

Tanggal 14 Agustus 2015, suami saya mengalami kecelakaan sehingga tulang belikat kirinya keluar dari mangkoknya. Suami saya merasa sedih sekali karena saya belum sembuh kakinya, dia sakit tangannya.

Sebagai orang beriman, saya belajar untuk tidak bersungut-sungut. Karena masalah ini berasal dari kesalahan sendiri (jalan gelap, ngebut sehingga tidak melihat polisi tidur dan pasir).

Kawan seperjalanan saya, ibu Magiati bertanya kepada Tuhan: "Tuhan, kenapa sahabatku kok mengalami musibah berturut-turut?"

Jawab-Nya: "Ucapkan selamat pada sahabatmu. Pekara besar bisa dia lalui, ini hanya pekara kecil."

Dengan perasaan takut, disampaikannya pesan Tuhan ini. Ketika mendengar pesan ini, saya justru merasakan penghiburan dari Tuhan.

Selain itu Tuhan menyadarkan suami saya bahwa sebagai manusia tidak boleh sombong. Hikmat-Nya: "Lihatlah, kamu mau bergeser lima senti saja tidak mampu".

Puji Tuhan, berkat imannya suami saya dapat bekerja lagi dan menyetir mobil setelah dua minggu beristirahat.

Jadi, kami berdua kerjanya hanya tidur di ranjang. Disaat inilah kami berdua berbincang-bincang tentang kebersamaan dalam menjalani kehidupan ini. Kami disadarkan lebih dan lebih lagi bahwa Tuhan selalu menyertai kehidupan kami. Di dalam kesesakan Dia tidak pernah terlambat menolong kami.

Ketika keponakan saya datang dari Jakarta, saya bertanya tentang seluk beluk membuat blog. Saya mengerjakan blog dalam kondisi belum sehat, tubuh mudah terasa capek. Jadi, kalau sudah hilang capeknya kerja lagi.

Tanggal 21 Januari 2016, bapak Mikael Jatmiko membawakan renungan tantang "[2 Raj:1-14] Teman yang memberkati". Dengan renungan ini saya sungguh-sungguh terberkati karena merasakan berkat Tuhan mengalir melalui keluarga maupun sahabat-sahabat Yesus.

Ketika beliau mengatakan bahwa "Naaman turun membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Jordan, sesuai dengan perkataan Abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."

Tiba-tiba saya menangis ketika mendengar janji Tuhan bahwa saya pun akan mengalami penyembuhan ketika blog saya selesai.

Sebulan kemudian, pikiran saya dibuka-Nya sehingga blog sudah bisa dibaca dengan mudah, meskipun saat ini masih banyak yang belum sesuai harapan.

Ketika sedang membuat blog, tiba-tiba saya mendapat hikmat Tuhan tentang ikan kecil dan air.

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.

Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya: “Hai tahukah kamu di mana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Di manakah air?”

Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak: “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”

Dalam kehidupan, seringkali kita seperti ikan kecil ini. Kita sudah mendapatkan pengajaran tentang kebenaran, tetapi masih mencari kebenaran dengan jajan ke tempat lain. Akhirnya tanpa sadar kita tersesat.

Sebagai seorang Katolik seharusnya kita bersyukur karena telah berada di tempat yang benar. Karena begitu ada "ajaran sesat" yang mengguncangkan iman, Gereja mengadakan "Konsili". 

Konsili menghasilkan "Magisterium (Wewenang Mengajar) Gereja". Melalui Magisterium kita bisa mengunduh ajaran-ajaran Gereja tanpa harus membuat definisi sendiri.

Dua minggu sebelum saya operasi melepas pen yang ada di kaki kiri saya, saya cegukan. Akibat dari cegukan ini, dada saya terasa sakit sekali, selain itu leher saya terasa ada yang mencekik. Mengalami hal ini saya tidak berani menceritakan pada keluarga saya karena saya tidak mau mereka kuatir.

Ketika mengalami kejadian di atas, terjadilah pergumulan di dalam batin saya: "Apakah ajalku hampir tiba? Tapi janji Tuhan begitu jelas aku dengar bahwa Dia akan menyembuhkanku." Di sinilah iman benar-benar diuji. Selama operasi saya selalu memanggil-manggil nama Yesus.

Puji Tuhan, tanggal 2 Mei 2016 Tuhan sungguh-sungguh telah menggenapi janji-Nya meskipun saya belum menyelesaikan misi-Nya secara tuntas.

Ketika telinga saya mendengar suara pen beradu dengan tempatnya, saya langsung merasakan kelegaan yang luar biasa, dada yang terasa sakit, leher yang terasa dicekik, dan sakit yang luar biasa selama satu tahun benar-benar diangkat-Nya.

Melalui peristiwa ini, saya sungguh bersyukur mempunyai Allah yang selalu memberikan penghiburan, penyembuhan dan penyelamatan.

Manusia 
tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah.
(Pkh 8:17)

(Sumber: Warta KPI TL No.133/V/2016).

Bekerja dengan cinta



Yesus melaksanakan kehendak Bapa bukan karena terpaksa, tetapi karena cinta » Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Mat 26:39).

Dia memilih untuk ‘minum dari cawan yang diberikan oleh Bapa untuk membalas kasih Bapa dengan mencurahkan darah-Nya di kayu salib. Penderitaan-Nya yang begitu besar itu untuk membayar dosa-dosa kita.

Pengorbanan Yesus membawa sukacita bagi Bapa-Nya, bagi Yesus sendiri dan bagi umat manusia. Inilah kepenuhan sukacita yang dialami oleh Yesus.

Di kayu salib Kristus seolah-olah berkata kepada kita: “Ini adalah tanda kasih-Ku kepadamu, apakah tanda kasihmu kepada-Ku?”

Yesus menghendaki agar kitapun menerima dan melaksanakan tugas dan pekerjaan kita sebagai tugas perutusan dari Allah dengan cinta.

Untuk membalas kasih-Nya, kita pun harus menuruti perintah-Nya dengan mengasihi sesama sehingga mereka yang menderita dan putus asa dalam pergumulan hidupnya akan merasakan kasih Allah (Yoh 15:9-11).

Bila kita bekerja dengan cinta, kita akan bekerja dengan lepas bebas, gembira dan penuh tanggung-jawab. Kita akan menjadi kreatif dan terdorong untuk selalu berbuat lebih.

Dengan demikian, pekerjaan menjadi berkat dan bukan menjadi beban, seberapapun hasil dari pekerjaan kita, kita akan mengucap syukur atasnya sebagai berkat Tuhan. 

Hasil pekerjaan kita akan membawa sukacita bagi kita sendiri, bagi orang lain dan bagi Allah.

Ucapan syukur kepada Allah membuat iman kita bertambah dan kasih kita seorang akan yang lain makin kuat (2 Tes 1:3).

Jika engkau melakukan sesuatu, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31).

Ketika Tuhan memberikan sebuah misi, Dia selalu memasukkan kita ke dalam sebuah proses, sebuah proses pemurnian, sebuah proses kebijakan, sebuah proses ketaatan,sebuah proses doa (Paus Fransiskus).

Dalam menjalani proses kehidupan ini kita harus berada dalam suatu komunitas rohani yang benar agar iman kita dikuatkan ketika kita menghadapi pergumulan. Jadi, komunitas rohani sangat diperlukan untuk pertumbuhan iman (Ibr 10:25, 24; Kis 2:41-47).

Akan tetapi ada banyak orang yang menjadi pemberontak (Yes 30:1 » memasuki suatu persekutuan bukan oleh dorongan Roh-Ku). 

Mereka tidak mau menerima ajaran sehat dengan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya (2 Tim 4:3-4)

Ingatlah! Jika tubuh kita diberi makan makanan yang sehat maka tubuh kita akan sehat. Jika jiwa kita tidak diberi makanan yang sehat maka jiwa kita akan sakit. Makanan yang sehat untuk jiwa adalah firman Tuhan ( Yoh 1:1  - Firman itu adalah Allah1 Tim 6:3 - perkataan Tuhan kita Yesus Kristus

Fungsi komunitas: untuk pertemuan para sahabat Yesus, memperdalam iman melalui pengajaran-pengajaran Gereja, saling berbagi dan memberi kesaksian.

Di dalam komunitas jugalah Tuhan memberikan kawan-kawan sekerja sehingga kita memperoleh kekuatan dalam menjalankan misi yang telah diberikan kepada kita.

Jadi, sebagai kawan sekerja Allah, kita harus mempunyai kawan-kawan sekerja yang saling mendoakan dan berbagi pengalaman rohani (1 Kor 3:9; Flp 4:3; Kol 4:11).

(Sumber: Warta KPI TL No.133/V/2016 » Renungan KPI TL Tgl 28 April 2016, Ibu Suliani).

Lima Dimensi Panggilan Tuhan

Setiap orang percaya memiliki panggilan Tuhan dalam hidupnya. Sesungguhnya, semua orang percaya menerima panggilan Tuhan yang sama, yaitu menjadi saksi-Nya.

Panggilan Tuhan adalah suatu penetapan Tuhan tentang kehidupan kita, yang jika kita meresponi panggilan itu secara benar, maka kita akan selalu menikmati penyertaan Tuhan dalam kehidupan.

Jadi, Kesaksian bukan hanya tentang kesuksesan dan kesembuhan saja. Tetapi juga meliputi kegagalan dalam pergumulan atau mengalami sakit-penyakit yang belum disembuhkan, diberi kekuatan oleh Tuhan untuk tetap percaya dan tidak menjadi putus asa karena mengalami penyertaan-Nya.

Lima Dimensi Panggilan Tuhan

Dimensi pertama: Tuhan memanggil kita untuk mengalami proses pembentukan yang akan menjadikan kita suatu pribadi seperti yang sudah Dia rencanakan (Kej 1:26 - Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita). Hasil akhir yang Tuhan sudah tetapkan buat setiap kita adalah menjadi penjala manusia (Mat 4:19).

Akan tetapi ada banyak orang percaya yang meresponi panggilan Tuhan dengan keliru, sehingga tidak ada perubahan ke arah yang positif, melainkan mengalami perubahan ke arah yang negatif.

Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan sudah mengetahui dengan jelas apa yang harus kita kerjakan dalam fungsi pelayanan kita di masa yang akan datang.

Untuk bisa berfungsi seperti yang Tuhan inginkan, pertama-tama Tuhan akan membentuk hidup kita terlebih dahulu, sehingga kita menjadi sosok pribadi yang akan bisa berfungsi dengan maksimal dan sempurna untuk tugas yang Dia rencanakan.

Ketika Tuhan menciptakan kita ulang (membentuk kita kembali, lahir baru), kita akan mengalami perubahan hidup, jika mau belajar meresponi setiap peristiwa yang terjadi dengan respon yang tepat.

Karena itu, belajarlah untuk lebih “waspada”; apapun yang terjadi dalam hidup kita. Ingatlah! Respon yang tepat akan membuat proses pembentukan dalam hidup kita selesai dengan cepat.


Dimensi ke dua: Tuhan memanggil kita untuk diberkati dan menjadi saluran berkat.



Alasan mengapa sampai saat ini banyak orang percaya masih terus hidup dalam pergumulan adalah karena mereka meresponi panggilan pertama dengan respon yang salah.

Selama kita meresponi panggilan Tuhan dengan benar, kita pasti akan selalu menikmati berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.

Selama ini, ada cukup banyak orang percaya yang masih terus mencari gereja atau komunitas, hanya karena mereka ingin “menghindari” konflik yang ada. Mereka tidak tahu bahwa konflik itu adalah rahmat.

Tuhan sengaja mengirim orang-orang untuk “membantu” kita keluar dari konflik agar kita bisa menanggulanginya (1 Kor 11:19 – Di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji).

Beragam karakter teman:
· Ada teman yang bersifat keras, dialah sebenarnya yang mendidik kita untuk berani dan bersikap tegas.
· Ada teman yang lembut, dialah sebenarnya yang mengajarkan kepada kita cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
·  Ada teman yang cuek dan masa bodoh, dialah sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana agar kita bersikap perhatian terhadap orang lain.
· Ada teman yang tidak bisa dipercaya dan kata-katanya sulit dipegang kebenarannya, dialah sebenarnya yang membuat kita berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati, maka belajarlah untuk menjadi orang yang dapat dipercaya.
· Ada teman yang jahat dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain, dia sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana bisa berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.

Setiap karakter manusia di atas akan selalu baik dan mendidik kita ( Ams 27:17 - besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya). Percayalah suatu saat kita pasti akan berterima kasih pada orang yang saat ini membuat kita sengsara, sakit hati, merasa tertindas dan merasa terhina.

Karena melalui mereka, kita belajar bagaimana kita harus tegar dalam menghadapi hidup ini. Tanpa orang seperti itu kita akan terlena dalam zona nyaman.

Bersyukurlah selalu dalam setiap keadaan dan terimalah setiap orang dalam hidup kita, karena Tuhan tidak pernah keliru mempertemukan kita pada orang sekitar kita.

Ketika kita terus meresponi proses pembentukan Tuhan, kita pasti akan mulai mengalami perubahan menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan, dan di situlah kita akan mulai menikmati berkat Tuhan.

Jangan berpikir bahwa menjadi orang yang diberkati sama dengan memiliki uang yang banyak, karena itu hanya level paling dasar dari pengertiandiberkati.

Level yang lebih tinggi dari pengertian “menjadi orang yang diberkati” adalah: apapun yang kita kerjakan selalu Tuhan buat berhasil. Di tempat pekerjaan kita ataupun dalam pelayanan kita, tugas apapun yang diberikan oleh pemimpin kita selalu berhasil, selalu bisa kita tuntaskan dengan baik.

Lalu level yang tertinggi dari pengertian “menjadi orang yang diberkati” artinya: kita selalu mengalami penyertaan, penjagaan dan perlindungan Tuhan.

Karena itu, di level manapun kita berada, pastikan proses pembentukan terus terjadi dalam hidup kita, karena pada dasarnya Tuhan memang memanggil kita untuk menjadi orang yang diberkati dan menjadi saluran berkat.

Dimensi ketiga: Tuhan memanggil kita agar dapat berkomunikasi dengan diri-Nya secara langsung dan terus menerus.

Ketika kita menyadari panggilan yang satu ini, kita tidak perlu lagi bergumul hanya untuk mendengar suara-Nya.

Untuk mengetahui apakah itu benar- benar suara Tuhan atau bukan, memang diperlukan karunia ‘discernment‘ yang artinya membeda-bedakan roh.

Sebab sebenarnya ‘suara-suara’ yang kita alami dalam perjalanan rohani tersebut dapat berasal dari diri sendiri, Iblis, atau Tuhan.

Untuk mengetahui apakah itu suara Tuhanumumnya kita dapat memeriksa:

· Apakah itu sesuai dengan Firman-Nya? Sebab misalnya jika dalam doa kita mendengar ‘suara’ misalnya yang menganjurkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum/perintah Tuhan maka sudah dapat dipastikan itu bukan dari Tuhan.

· Apakah itu membawa kedamaian di hati dan memberikan buah Roh Kudus lainnya? Maka tolok ukurnya adalah ayat Gal 5:22-23, tentang buah Roh Kuduskasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri.

Jadi jika setelah menerima pesan itu, hati tidak damai, menjadi pemarah, tidak setia menjalankan panggilan hidup (dalam berkeluarga atau membiara), maka sudah bisa dipastikan itu bukan dari Tuhan.

· Apakah itu menjadikan yang menerima semakin bertumbuh dalam kerendahan hati? Sebab kita tahu dosa yang pertama bagi manusia adalah kesombongan, maka kita juga harus waspada agar jangan disesatkan oleh kesombongan setelah mengalami pengalaman rohani tertentu.

Sebab jika seseorang menjadi sombong, maka selanjutnya Iblis dapat juga memakai kelemahannya, bukan untuk membangun kerohaniannya malahan merusaknya.

Apakah suara itu mendorong kita untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih
? Apakah mendorong kita untuk semakin mengasihi Tuhan dan sesama?
· Apakah suara itu mengajarkan sesuatu yang sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik? Jika suara itu menentang Gereja Katolik, maka kita perlu mewaspadainya, karena memang sudah menjadi keinginan Iblis untuk menghancurkan Gereja.

Pada dasarnya Tuhan ingin berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan kita. Jika sampai hari ini kita masih terus mengalami pergumulan dalam mendengar suara Tuhan, ada sesuatu yang salah (dalam konsep pikir » “Aku belum cukup berdoa, jadi aku tidak bisa mendengar suara Tuhan.” Atau “Aku masih jatuh bangun dalam dosa, jadi Tuhan tidak mungkin berbicara dengan aku.”; gaya hidup yang menjauh dari Tuhan » ketika Tuhan memanggil kita untuk mendekat, kita justru menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan).

Ketika kita mengambil sikap untuk terus membenahi hidup kita selaras dengan kebenaran, kita pasti akan bisa dengan mudah mendengar suara-Nyaapa yang Tuhan sampaikan akan membuka pikiran kita sehingga Tuhan bisa dengan mudah memberikan arahan-arahan dan tuntunan-Nya.

Semakin kita mendengar suara-Nya, semakin lembut hati kita, semakin mudah untuk kita menjadi taat, semakin kita akan mengenali ketika suara yang sama diperdengarkan lewat orang-orang lain di sekitar kita.

Itu sebabnya, orang yang keras kepala adalah orang yang tidak mau mendengar suara Tuhan, ia hanya mau mendengar suara dari pikirannya sendiri, sementara seringkali pikirannya itu keliru, sehingga ia disesatkan oleh pikirannya sendiri.

Manfaat yang akan kita peroleh jika kita sering mendengar suara Tuhan: kita memiliki roh yang lembut di hadapan Tuhan; kita akan dikenali dan dimiliki oleh Tuhan sendiri; kita akan mengenal Dia dengan benar; kita tidak akan mudah digoncangkan oleh apa yang terjadi di sekeliling kita; kita akan semakin mudah mengenali kebenaran yang ada dalam kehidupan orang-orang lain.

Seringkali, ada seseorang yang memanggil kita, namun kita tidak bisa mendengarnya. Apa penyebabnya? Karena fokus kita sedang tertuju kepada hal yang lain.

Demikian pula dengan kita, seringkali Tuhan memanggil kita tetapi kita tidak bisa mendengar suara-Nya. Karena fokus perhatian kita sedang tertuju kepada hal yang lain (hati kita tidak memprioritaskan Dia), meskipun kita rindu berbicara dengan Dia
Kalau kita lapar dan haus akan Tuhan dan hati yang memprioritaskan Tuhan, maka kita bisa menangkap pewahyuan Tuhan.

Hal ini akan menolong kita untuk bertemu dengan Allah pembuat ikatan janji itu. Sekali ikatan janji terjadi, tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita.

Selama kita terus mengerjakan bagian kita dengan setia, Tuhanpun akan mengerjakan bagian-Nya dengan sempurna.

Maka jika berdoa, berbicaralah secara pribadi dengan Tuhan, ungkapkanlah seluruh perasaan pribadi, baik sukacita, ketakutan, kemenangan dan kekalahan, pemberontakan dan kesetiaan, keluhan dan pujian. Ini merupakan doa yang sejati dan doa yang manusiawi.

Dimensi keempat: Tuhan memanggil kita untuk memberi dampak dan mempengaruhi kehidupan orang-orang lain dengan kehidupan roh yang telah kita miliki.

Kalau kita bergaul terus menerus dengan Tuhan maka kita akan menjadi serupa dengan Allah, akan terjadi yang namanya transformasi karakter (Kel 34:30; Bdk. 1 Kor 15:33). Ketika kita bergaul dengan TuhanTuhan akan memberikan hikmat untuk mempengaruhi orang lain.

Semakin kita merenungkan prinsip ini, semakin kita menyadari bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang yang berdampak bagi orang lain. Meskipun kita harus mengawali dengan satu atau dua orang.

Apa yang selama ini kita terima dari Tuhan, mungkin telah menjadi sesuatu yang kita anggap “biasa,” tapi bagi orang lain itu adalah sesuatu yang “luar biasa.”

Sama seperti nasi satu bungkus mungkin adalah hal yang biasa bagi kita, tetapi bagi orang yang sudah berhari-hari tidak makan, nasi sebungkus itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dan disyukuri.

Karena itu, belajarlah untuk membagikan apa yang Tuhan sudah percayakan dalam hidup kita, sehingga wilayah pengaruh kita akan semakin diperluas oleh Tuhan. Tuhan pakai akal budi kita untuk mencari apa yang harus kita buat untuk Kerajaan Allah.

Pastikan hati kita terus tertuju kepada kebenaran, sehingga kita akan selalu ada dalam zona aman. Karena dengan semakin banyaknya kehidupan orang yang kita pengaruhi, selama hati kita terus tertuju kepada kebenaran, kita tidak akan pernah tergoda untuk mengambil keuntungan atau memanfaatkan orang-orang yang hidupnya diberkati oleh karena pengaruh kita itu.

Dimensi kelima. Tuhan memanggil kita untuk menaklukkan segala sesuatu yang negatif yang masih ada dalam hidup kita dan sekeliling hidup kita.

Jika sampai saat ini kita masih terus bergumul menghadapi kemanusiawian, kekurangan dan kelemahan manusiawi, dan kedagingan yang masih sering mengganggu, ingatlah bahwa ada sebuah panggilan Tuhan yang secara khusus Dia berikan kepada kita: Dia memanggil kita untuk menaklukkan segala hal negatif yang masih ada di dalam hidup kita.

Jadi sangkali diri. Untuk hal ini butuh rahmat yang luar biasa dari Tuhan. Tetapi kalau Tuhan panggil kita, Dia yang akan memperlengkapi kita.

Kita hanya perlu bangkit dalam kuasa Roh dan pergunakan tangan imanmu untuk meraih anugerah dan otoritas yang Tuhan sudah sediakan buat kita untuk menaklukkan segala kelemahan, kekurangan, kedagingan, dan kemanusiawian yang masih ada dalam hidup kita.

Tuhan sudah menaklukkan semua itu di kayu salib, kini kita yang bertanggung jawab untuk menaklukkannya hal-hal negatif atas hidup kita.

Ketika kita bisa menaklukkan semua yang negatif dalam diri kita, akan jauh lebih mudah untuk kita menaklukkan semua yang negatif di sekeliling kita.

Karena Iblis yang terkuat yang masih berkeliaran di dunia ini adalah Iblis yang ada di dalam kita.

Jika kita bisa menaklukkan roh keserakahan atau hawa nafsu yang masih ada di dalam kita, maka kita akan bisa dengan mudah menggerakkan orang lain meninggalkan keserakahan atau menaklukkan hawa nafsu yang ada di luar sana.

Apapun yang negatif yang masih ada dalam diri kita: ketakutan-ketakutan, trauma, kemanusiawian, atau apapun juga, Tuhan mau kita menaklukkannya.

Tuhan telah memberikan panggilan-Nya, maka responilah agar kita mampu melakukan anugerah yang Tuhan berikan.

Ketika kita meresponi panggilan-Nya dengan benar, anugerah pun akan tercurah setiap hari secara maksimal dalam hidup kita, hidup kitapun akan mengalami perubahan yang luar biasa.

(Sumber: Warta KPI TL  No.133/V/2016 »  Renungan KPI  TL Tgl  21 April 2016 dan Tgl 12 Mei 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).