Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Sabtu, 9 Januari 2016: Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: 1 Yoh 5:14-21; Mzm 149:1-2, 3-4, 5, 6a, 9b; Yoh 3:22-30
Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.
Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya."
Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu.
Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
Yohanes memberi teladan kerendahan hati. Dia mengakui kehadiran Yesus, tidak merasa tersaingi, tetapi justru meneguhkan identitas Yesus yang sesungguhnya.
Renungan
1. Teladan kerendahan hati
Yohanes memberi teladan kerendahan hati. Dia mengakui kehadiran Yesus, tidak merasa tersaingi, tetapi justru meneguhkan identitas Yesus yang sesungguhnya.
Yohanes benar-benar tunduk kepada kehendak Allah dan tidak terjebak pada keunggulan pribadinya.
Bagi Yohanes sangat jelas, tugas kehadirannya berbeda dengan Yesus. Walaupun sama-sama memiliki keunggulan hidup rohani dan kepemimpinan, tetapi dengan rendah hati Yohanes tetap tunduk kepada kehendak Allah.
Sikap seperti ini patut untuk kita serap dan kita terapkan dalam kehidupan kita sehingga tidak memunculkan perpecahan dalam tubuh Gereja, tetapi justru persatuan dan kekuatan demi perwujudan kehendak Allah.