Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Rabu, 24 Januari 2018: PW St. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: 2 Sam 7:4-17; Mzm 89:4-5, 27-28, 29-30; Mrk 4:1-20; RUybs.
Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
Penabur itu menaburkan firman.
Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebenatar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."
Renungan
1. Anda termasuk yang mana?
Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. Oleh karena itu, pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi.
Saat kita mendengarkan sabda yang sedang dibacakan dari mimbar, saat itu pulalah kita menjadi tanah yang sedang ditaburi 'benih' sabda Allah.
Masing-masing kita memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Anda termasuk yang mana? Semoga kita tidak kehilangan semangat untuk berusaha menjadi tanah yang subur.
2. Pertobatan hati
Kita mungkin seperti seorang petani yang telah mempersiapkan lahan yang baik bagi tumbuhnya benih yang ditaburkan itu. Kita mempersiapkan lahan hati kita dan segala sesuatu yang layak bagi Tuhan untuk datang dan tinggal di hati kita.
Persiapan hati itu bukanlah hal yang mudah karena butuh kesabaran. Kesabaran ini menuntun kita untuk melakukan discerment, agar kita lebih jeli melihat perjalanan hidup kita. Kita lebih jelas melihat sikap dan tindakan kita sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan ruang yang layak bagi Tuhan.
Pertobatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengeluarkan segala sesuatu yang mengganggu atau menghalangi Tuhan untuk hadir dan tinggal di dalam hati kita.
Ketika Tuhan hadir dan tinggal di dalam hati kita, maka kita diajak untuk selalu mendengarkan Dia yang berbicara dari dalam hati kita.
Dari sanakah Ia akan menuntun dan membimbing kita agar kita tetap kuat menghadapi setiap cobaan dan godaan yang datang di dalam hidup kita sehingga kita kelak menjadi saksi-saksi-Nya di dunia ini.