23.16 -
Melihat Kristus yang bangkit
Alleluia! Hari ini kita merayakan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus yang merupakan kemenangan-Nya atas maut ini adalah kunci untuk memahami misteri seluruh kehidupan-Nya.
Kebangkitan-Nya ini merupakan dasar iman kita, sebab jika Kristus tidak sungguh bangkit, maka sia-sialah iman kita (1 Kor 15:17).
Sebab puncak pernyataan kasih Allah di dalam Kristus yang mengambil rupa manusia, adalah untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan maut. Dan untuk itulah, Kristus wafat dan bangkit dari kematian.
Paus Fransiskus dalam surat ensikliknya yang pertama, Lumen Fidei, mengatakan, “Kematian Kristus memperlihatkan keandalan sempurna dari kasih Allah, terutama dalam terang kebangkitan-Nya.
Sebagai Seorang yang bangkit, Kristus adalah saksi yang dapat dipercaya, patut diimani (bdk. Why 1:5; Ibr 2:17), dan sebuah pendukung yang kuat untuk iman kita. “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu”, kata Santo Paulus (1 Kor 15:17).
Seandainya kasih Bapa tidak menyebabkan Yesus bangkit dari kematian-Nya, seandainya kasih itu belum mampu mengembalikan tubuh-Nya untuk hidup kembali, maka itu tidak akan menjadi sebuah kasih yang benar-benar dapat diandalkan, yang mampu menerangi juga kegelapan dari kematian. …
Umat Kristiani, mengakui iman mereka dalam kasih Allah yang nyata dan kuat yang benar-benar bertindak dalam sejarah dan menentukan tujuan akhirnya: sebuah kasih yang dapat dijumpai, sebuah kasih yang sepenuhnya terungkap dalam sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus.” (LF 17)
Maka kebangkitan Kristus bagi kita merupakan bukti bahwa kasih Allah adalah kasih yang dapat dipercaya, sebab kasih-Nya tiada berakhir dan melampaui segala sesuatu, bahkan kematian sekalipun. Tiada seorangpun yang dapat memberikan kasih semacam ini.
Kebangkitan Kristus membawa kepada kita pengharapan, bahwa kalau kita beriman kepada-Nya, dan terus setia sampai akhir, kitapun akan beroleh janji keselamatan ini: yaitu kita akan juga dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus.
Oleh karena itu, perayaan Paska selalu mengingatkan kita akan Baptisan, yang melaluinya kita disatukan dengan Kristus dalam wafat dan kebangkitan-Nya, sehingga kita memperoleh kehidupan ilahi-Nya yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal. Perjalanan untuk sampai kepada kehidupan kekal ini mensyaratkan iman.
Paus Fransiskus menyebutkan bahwa Injil Yohanes merupakan Injil yang dengan sempurna menggambarkan keterkaitan antara iman dengan pendengaran dan penglihatan akan Kristus yang hidup.
“Pada akhirnya, kepercayaan dan penglihatan bersinggungan: “Siapapun yang percaya kepada-Ku, percaya kepada Dia yang telah mengutus Aku. Dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh 12:44-45).
Digabungkan dengan pendengaran, penglihatan kemudian menjadi sebuah cara dari mengikuti Kristus, dan iman muncul sebagai sebuah proses dari tatapan, yang di mana mata kita berangsur terbiasa dengan memandang dengan tajam jauh ke dalam.
Maka, Paskah pagi diteruskan dari Yohanes yang, berdiri di kegelapan awal pagi di hadapan makam yang kosong, “melihat dan percaya” (Yoh 20:8), kepada Maria Magdalena yang, setelah melihat Yesus (bdk. Yoh 20:14) dan ingin memegang-Nya, diminta untuk memandang-Nya saat Dia naik kepada Bapa-Nya, dan akhirnya, kepada pengakuan penuh Maria Magdalena dihadapan para murid-Nya: “Aku telah melihat Tuhan!” (Yoh 20:18)…..
Bagaimana seseorang mencapai perpaduan antara pendengaran dan penglihatan ini? Hal ini menjadi mungkin melalui pribadi Kristus sendiri, yang dapat dilihat dan didengar. Dia adalah Sang Sabda yang menjadi daging, yang kemuliaan-Nya telah kita lihat (bdk. Yoh 1:14).
Terang iman adalah terang dari sebuah wajah yang di dalamnya Bapa terlihat …. Kebenaran yang diungkapkan iman kepada kita adalah sebuah kebenaran yang berpusat pada sebuah perjumpaan dengan Kristus, pada pandangan akan kehidupan- Nya dan pada kesadaran akan kehadiran-Nya.
Santo Thomas Aquinas berbicara tentang fides oculata para rasul – sebuah iman yang melihat! – dalam kehadiran tubuh Tuhan yang bangkit. Dengan mata kepala mereka sendiri mereka melihat Yesus yang bangkit dan mereka percaya; dengan kata lain, mereka mampu untuk melihat lebih tajam ke kedalaman pemahaman dari apa yang telah mereka lihat dan untuk mengakui iman mereka kepada Putera Allah, yang duduk di sebelah kanan Bapa-Nya.” (LF 30)
Sudahkah kita melihat jauh ke dalam, ketika mendengarkan dan merenungkan Injil hari ini, sehingga kitapun dapat dengan yakin mengimani bahwa Kristus adalah Tuhan yang telah sungguh bangkit dari mati, untuk memberikan hidup-Nya yang mengatasi kematian itu kepada kita?
(Sumber: Melihat Kristus yang bangkit, katolisitas.org).