21.17 -
*Kebangkitan*
Kebangkitan Kristus memberi harapan
Ketika saya bertugas di Milan, saya melihat seorang ibu yang penuh semangat bekerja di pastoran. Pagi-pagi buta dia sudah membersihkan pastoran, mencuci pakaian dan menyiapkan makanan untuk para romo yang tinggal di sana.
Suatu hari saya bertanya: “Ibu, bekerja di sini digaji berapa sebulan?” Jawabnya: “Saya bekerja di sini atas kemauan saya sendiri, saya tidak digaji.” Mendengar jawaban tersebut saya terkejut.
Lalu dia melanjutkan ceritanya: “Dulu saya seorang yang membenci Tuhan, saya jahat sekali dan tidak mau ke gereja. Ketika suami saya meninggal, saya pikir saya akan melarat karena saya tidak mempunyai suatu pekerjaan. Ternyata Tuhan begitu peduli dalam kehidupan saya, saya diberi-Nya jalan keluar sehingga tidak kekurangan sesuatu apapun. Kristus telah membangkitkan jiwa saya. Hal inilah yang membuka mata saya untuk kembali ke Kristus dan bekerja demi kemuliaan-Nya.”
Paskah, kebangkitan Kristus telah benar-benar dirasakan oleh ibu di atas sehingga pola pikirnya berubah, dari perasaan putus asa menjadi penuh harapan dalam kehidupannya.
Kebangkitan Kristus membuat sukacita. Akan tetapi ada banyak orang Kristen yang imannya terguncang karena diserang oleh pihak lain, mereka mengatakah bahwa Yesus tidak pernah bangkit. Hal ini terjadi sejak gereja awali (Mat 28:13-15 - tersiar cerita tentang Yesus yang jenazahnya dicuri murid-murid-Nya ketika malam) sampai sekarang (dengan ditemukannya kubur Yesus, Injil Tomas, Injil Barnabas, silsilah Maria Magdalena dll.).
Ketika ada ajaran sesat, gereja mengadakan konsili. Tujuan konsili untuk menegaskan kembali ajaran Gereja yang sudah berakar sebelumnya. Jadi, yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru.
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sendiri menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja “diserang” oleh ajaran yang sesat, Allah mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan ajaran yang benar dan Yesus memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili untuk menegaskan kembali kesetiaan ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus kepada para Rasul.
Konsili menghasilkan Magisterium (Wewenang Mengajar) Gereja.
Iman tidak pernah mengecewakan
Allah selalu menjawab iman yang mempertanyakan,
Bahkan ketika Ia tidak menjawab
Seperti yang diharapkan secara manusiawi oleh orang beriman.
(Adrienne von Speyr)
Jadi, ajaran Gereja Katolik menjawab pertanyaan yang paling mendasar dalam hidup kita. Pertanyaan-pertanyaan hanya bisa dijawab dengan memuaskan jika kita punya keterbukaan hati terhadap rahmat Tuhan, menerima apa yang dinyatakan Yesus melalui Gereja yang didirikan-Nya.
Untuk beriman kita perlu bukti, iman tanpa bukti tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh 1:1, 14). Allah itu Roh (Yoh 4:24 » tidak kelihatan).
Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17). Masih banyak tanda-tanda yang dibuat Yesus yang tidak tercatat dalam kitab ini. Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh 20:30-31; kitab » ada yang dilihat).
Jika Kristus tidak bangkitkan,
maka sia-sialah kepercayaan kamu.
(1 Kor 15:17)
Segala pekerjaan yang telah dilakukan dengan jerih payah, berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan ... harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini kesia-siaan dan kemalangan besar (Pkh 2:11, 21).
Nasib semua orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban, mereka menuju alam orang mati (Pkh 9:1-3).
Mengapa Pengkotbah mengatakan “semuanya sia-sia”? Karena dia tidak pernah tahu ada kebangkitan orang mati.
Mengapa kebangkitan sangat penting? Sebab selama ini tidak ada gagasan tentang kebangkitan, tidak ada orang mati seperti Kristus dinyatakan bangkit. Tidak ada.
Marilah kita belajar dari Yoh 20:19-29
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
» Para murid kecewa pada Yesus, karena mereka mengharapkan Yesus sebagai pembebas bangsa Israel, ternyata Yesus mati disalib. Meskipun demikian mereka tetap hidup dalam komunitas sehingga mengalami kebangkitan Kristus.
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.”
» Paskah dirayakan selama delapan hari (Oktaf Paskah). Sejak tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II menetapkan Hari Minggu Paskah II menjadi Hari Minggu Kerahiman Ilahi.
Tomas tidak berada dalam komunitas sehingga dia tidak mengalami Kristus yang bangkit. Jadi, janganlah pernah meninggalkan komunitas, berdoa sendiri di rumah, tidak lagi ke gereja atau tidak ikut persekutuan umat beriman. Belajarlah pada pengalaman gereja awali, orang-orang percaya berkumpul dan Roh Kudus melawat mereka ketika mereka berdoa bersama (Kis 2:1-13).
Paskah adalah suatu peralihan dari dunia lama ke dunia baru, habis gelap terbitlah terang, ada sesuatu yang baru yang lain.
Serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: “Salam, hai raja orang Yahudi!”
Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya (Mrk 15:16-20a).
Kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Mrk 15:39),
» Kristus dihina dan dicaci maki bukan diam bodoh, tetapi mampu membuka mata orang yang menyiksa-Nya melihat bahwa Dia adalah sungguh Anak Allah.
Bagaimana caranya melihat Yesus yang bangkit dalam diri sesama kita?
Karena takut Petrus menyangkal Yesus (Mat 26:69-75) » bangkit dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: “...” (Kis 2:14-36; 3:12-26; 4:1-22).
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” (Kis 9:1-5).
Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid.
Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus (Kis 9:26-27).
» Syarat seseorang disebut rasul: (1) menjadi saksi kebangkitan Yesus dari antara orang mati. (2) Diberi tugas oleh Tuhan untuk pewartaan misionaris, agar dengan pewartaan Injil membangkitkan iman dan mempersatukan para beriman dalam satu jemaat (Gal 1:15-17; 1 Kor 9:1-2; 15:7-11; 2 Kor 10:13-16).
Barnabas melihat perubahan hidup Paulus. Perubahan hidup ini terjadi setelah Pulus melihat Yesus yang bangkit.
Pemberitaan Kristus yang disalibkan,
untuk orang Yahudi suatu batu sandungan
dan untuk orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
tetapi untuk mereka yang dipanggil,
Kristus
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
(1 Kor 1:23-24)
Jika kita mau dihina, dicaci maki dan diolok-olok sampai mati, tetapi tidak membuat orang lain sadar bahwa kita ini benar-benar seperti Yesus, maka kita baru menjadi orang bodoh yang mau diinjak-injak, belum mampu membuka sesuatu yang baru kepadanya.
Ingatlah! Tujuan penderitaan untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati kita, apakah kita berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Untuk membuat kita mengerti bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan (Ul 8:2-3).
Kita tahu bahwa Kristus bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi; maut tidak berkuasa lagi atas Dia (Rm 6:9). Jika kita percaya Yesus sudah bangkit, maka kita punya pengharapan. Jadi, sebagai manusia baru, kita harus berani mengatakan: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? (1 Kor 15:55).
Dengan cara ini kita tidak berfokus pada hal-hal yang negatif, tetapi bisa memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Flp 4:8).
(Sumber: Warta KPI TL No.132/IV/2016 » Renungan KPI TL Tgl 7 April 2016, Bapak Edwin Pascalis).